Hari Natal selalu merupakan peristiwa besar di rumah kami. Ibuku, walaupun kecil penampilannya,
namun dilimpahi dengan energy dan aktivitas yang mencapai klimaksnya pada musim Natal. Sejak dari
bulan Juli dia sudah mulai mempersiapkan hadiah-hadiah pribadi, masing-masing dibuat dengan
tangannya sendiri. Ketika bulan Desember mulai tiba, dia akan mulai mempersiapkan makanan-makanan:
selai-selai, jeli-jeli, kue-kue pai, kue-kue tart dan roti-roti. Dia memiliki Sembilan orang anak, lalu ada lagi
cucu-cucu, dan akhirnya ada lagi cicit-cicit. Pesta Hari Natal akan dipenuhi dengan sekitar 40 orang atau
lebih, dan setiap orang menerima hadiah haril karya tangannya.
Tetapi itu bukanlah segalanya. Beberapa hari sebelum hari Natal, ibu akan menjamu sekelompok
orang-orang yang sangat berbeda. Dia membawa pulang orang-orang yang terkurung atau yang
dibiarkan tinggal sendirian, yang tidak akan dapat menikmati kehangatan makan malam di sebuah
keluarga yang merayakan hari Natal.
Ibuku adalah seorang yang suka member, memberi dengan kasih karunia. Dia tidak pernah belajar
tentang teologi, tetapi dia menghidupkan ajaran injil.
Memberi denga kasih karunia itu jarang sekali terjadi dan sekarang menjadi semakin jarang,
sementara gelombang mementingkan diri sendiri menyapu ke seluruh lapisan masyarakat. Kebanyakan
dari kita mendapati bahwa adalah tidak mungkin untuk memberi saja – memberi tanpa ikatan-ikatan,
tanpa mengharapkan balasan kembali. Paling sedikit, kita ingin agar Paman Sam mau memberikan
potongan pajak kepada kita; dan paling besar kita mengharapkan balasan dari si penerima. Kita
menginginkan suatu balasan kembali.
Kita juga mendapati betapa sulitnya kita berdiam diri mengenai pemberian kita. Yesus menceritakan
tentang kemunafikan yang kedengaran seperti terompet di keramaian pasar, sehingga semua orang
mengetahui betapa murah hatinya kita ini. Mereka mencari – dan mendapatkan – upah berupa pujian
dari manusia; tetapi itu adalah hasil dari suatu upah. Namun engkau, kata Yesus, engkau para pengikut-
Ku memberikan pemberianmu tanpa gembar-gembor, dan “Bapamu, yang melihat apa yang tersembunyi,
akan membalasnya kepadamu” (Matius 6:4)
Saya memikirkan hari Natal ibuku dengan pemberian-pemberiannya yang sederhana berisi cinta
dan tidak mungkin dibandingkan dengan hari Natal orang lain yang hidup di dalam kemakmuran. Hari
Natal telah menjadi peristiwa yang menyebabkan stress tinggi, dengan harus member kepada si
penyebab stress.
Oh, untuk kesederhanaan di dalam member! Itulah cara Allah member – dengan kasih karunia.