Hal ini terutama disebabkan aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum serta proses pembentukan tulang pada bayi sangat aktif.Apabila usia bertambah, proses tersebut semakin berkurang. 2.Lokasi dan konfigurasi fraktur. Lokalisasi fraktur memegang peranan penting.Penyembuhan fraktur metafisis lebih cepat daripada fraktur diafisis. Disamping itu,konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat penyembuhannyadibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak. 3.Pergeseran awal fraktur. Pada fraktur yang periosteumnya tidak bergeser, penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang bergeser. 4.Vaskularisasi pada kedua fragmen. Apabila kedua fragmen mempunyaivaskularisasi yang baik, penyembuhannya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisifraktur memiliki vaskularisasi yang jelek sehingga mengalami kematian, pembentukan union akan terhambat atau mungkin terjadi nonunion. 5.Reduksi serta imobilisasi. Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurnaakan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang mengganggu penyembuhan fraktur. 6.Waktu imobilisasi. Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhansebelum terjadi union, kemungkinan terjadinya non-union sangat besar. 7.Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak.
Adanyainterposisi jaringan, baik berupa periosteum maupun otot atau jaringan fibrosalainnya akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur. 8.Faktor adanya infeksi dan keganasan local. 9.Cairan synovial. Cairan synovial yang terdapat pada persendian merupakanhambatan dalam penyembuhan fraktur. 10.Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak. Gerakan aktif dan pasif pada anggotagerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur. Akan tetapi, gerakan yangdilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan menggangguvaskularisasi.
Fraktur Kondiler Tibia Mekanisme traumaFraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripadamedialis serta fraktur kedua kondiler . Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibatkecelakaan antara mobil dan pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki bagiallateral dengan gaya kearah medial (valgus).Ini menghasilkan fraktur depresi ataufraktur split dari kondiler lateralis tibia apabila kondiler femur didorong kearahtersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang lebih besar,jadi fraktur pada daerahini biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih besar(varus). Jatuh dariketinggian akan menimbulkan kompresi aksial sehingga bisa menyebabkan fraktur pada proksimal tibia. Pada golongan lanjut usia, pasien dengan osteoporosis lebihmudah terkena fraktur kondiler tibia berbanding robekan ligamen atau meniscussetelah cedera keseleo di lutut . Eminentia intrakondiler dapat fraktur bersama robekanligamen krusiatum sebagai akibat hiperekstensi atau gaya memutar .7 KlasifikasiKlasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasiSchatzker . I: Fraktur split kondiler lateral II: Fraktur split/depresi lateral III: Depresi kondiler lateral IV: Fraktur split kondiler medial V: Fraktur bikondiler VI: Fraktur kominutif Tipe
IV-VIbiasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat.Fraktur tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm, sedangkan yang bergeser apabiladepresi melebihi 4 mm.