Anda di halaman 1dari 7

Politic Communication

Pemanfaatan Televisi Sebagai Media Komunikasi Politik

Disusun Oleh: Angelica Thania Debora Pungus Dwitya Anindita Fanny Adriana 2010140454 2010141412 2010140139 2010140755

A. PENDAHULUAN Latar Belakang Tema ini menarik dibahas karena hingga saat ini media televisi masih menjadi satu-satunya media terlengkap dalam hal visual dan non visual, juga sebagai salah satu media yang memiliki peminat terbanyak dibanding media cetak dan elektronik, serta media televisi paling mudah dijangkau masyarakat dalam penyampaian informasi dan berita baik untuk kelas menengah bawah hingga menengah atas. Media televisi terus mengalami perkembangan pesat dengan semakin terbukanya media dalam menyampaikan dunia perpolitikan secara terangterangan, bahkan tak jarang televisi menyiarkan acara-acara berbau yang politik yang disampaikan secara frontal dan memicu banyak perdebatan hingga berujung pada konflik, serta membentuk image para politikus di mata masyarakat sesuai dengan penyampaian media(positif/negatif) Tujuan Penulisan Untuk memenuhi tulisan mata kuliah Komunikasi Politik, serta mencoba pemanfaatan media dalam komunikasi politik. Manfaat Penulisan Dapat memahami secara kritis dunia perpolitikan dalam media yang saat ini sedang marak menjadi konsumsi publik. B. PEMBAHASAN Deskripsi Persoalan Dewasa ini, media televisi mempunyai peran strategis dalam kehidupan politik bangsa. Peran media televisi dalam menyalurkan informasi tentang peristiwa politik yang terjadi, sering memberikan dampak signifikan bagi perkembangan dinamika politik. Bahkan, seringkali peran media tidak sekedar sebagai penyalur informasi atas peristiwa politik yang sungguh terjadi, lebih dari itu media televisi mempunyai potensi untuk membangun

pendapat umum (opini public) yang bisa mendorong terjadinya perubahan atas konstruksi realitas politik. Peristiwa politik memang selalu menarik perhatian media televisi sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling terkait. Pertama, dewasa ini politik berada di era mediasi, media televisi mempunyai peran signifikan sebagai mediator antara actor politik dan konstituennya sehingga mustahil memisahkan kehidupan politik dari media televisi, meskipun kadang dalam prakteknya seringkali terjadi perbedaan dan persaingan antar-media televisi. Dalam konteks ini, sajian informasi media televisi mempunyai efek ganda, yaitu dalam hal pemuas kehausan mayarakat akan informasi politik, sekaligus sebagai media sosialisasi aktor politik untuk memperoleh dukungan publik. Bahkan aktor politik seringkali berusaha menarik perhatian media televisi untuk meliput aktivitas politiknya. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan politik para actor politik lazimnya mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa tersebut hanya rutinitas belaka. Apalagi jika peristiwa tersebut sesuatu yang luar biasa, alhasil liputan politik senantiasa menghiasi berbagai media televisi setiap hari. Dengan peran tersebut, media televisi menjadi sebuah agen dalam membentuk citra di masyarakat. Pemberitaan di media televisi sangat terkait dengan pembentukan citra, karena pada dasarnya komunikasi itu proses interaksi sosial, yang digunakan untuk menyusun makna yang membentuk citra tersendiri mengenai dunia dan bertukar citra melalui simbol-simbol (Nimmo, 1999). Pengertian Dasar Televisi Dalam Undang-Undang Penyiaran No. 32 tentang penyiaran tahun 2002, menyebutkan penyiaran televisi adalah: Media komunikasi massa dengar pandang yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Televisi sebagai salah satu media komunikasi yang paling diminati saat ini, memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki oleh media

komunikasi lainnya. Penggabungan antara unsur suara (audio) dan unsur gambar (visual) merupakan daya tarik dari sebuah televisi. Menurut Effendy dalam buku yang berjudul Ilmu, Teori, dan Filsafat komunikasi mengatakan bahwa: Televisi mempunyai daya tarik yang kuat tak perlu dijelaskan lagi. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur-unsur berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. (Effendy, 2003:177) Komunikasi Politik Definisi komunikasi politik oleh Lord Windlesham dalam karyanya, what is political communication. Bunyinya sebagai berikut: Political communication is the deliberate passing of a political message by a sender to a receiver with the intention of making the receiver behave in a way that might not ontherwise have done. Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikan berperilaku tertentu. (Effendy, 2000:158) Definisi komunikasi politik oleh Dan Nimo: Communication (activity) considered political by virtue of its consequences (actual and potential) which regulate human conduct under condition of conflict. Komunikasi atau kegiatan yang dianggap politis atas dasar konsekuensi-konsekuensi aktual dan potensial, yang menata perilaku manusia dalam kondisi konflik. Perkembangan polemik tentang masalah Di era globalisasi dan demokrasi sekarang ini, media televisi menjadi lebih terbuka dalam penyampaian pemberitaan, sangat jauh berbeda ketika masa sebelum khusus reformasi khususnya ketika masa pemerintahan Soeharto. Semua pemberitaan adalah hasil karya media televisi, publik hanya bisa menerima dan mengkritisinya secara bijak, karena mengenai kebenaran politik dalam praktek lapangan hanya para aktor yang mengetahuinya. Kadangkala pemberitaan politik di televisi tidak selalu sesuai fakta, tapi itulah yang berkembang

menjadi sebuah opini publik. Oleh karena itu, jika suatu media televisi diketahui masyarakat bahwa menayangkan pemberitaan yang tidak benar, maka kredibilitasnya akan menurun.

Akibat dari pandangan tersebut Jika sekali saja suatu media mengecewakan atau membohongi public dalam suatu pemberitaan, maka kredibilitas media itu sendiripun menurun. Bahkan ada beberapa kasus yang pernah terjadi, orang yang diberitakan suatu media mengenai dirinya merasa tidak terima dengan pemberitaan tersebut karena dianggap kebohongan atau fitnah, akhirnya ia melaporkan media tersebut ke Dewan Pers Indonesia untuk menangani pengajuan kasusnya. Jika orang tersebut terbukti menjadi korban dari pemberitaan miring, maka media tersebut pun harus meminta maaf kepada korban dan menjalani hukuman sesuai prosedur dewan pers yang telah ditetapkan. Kasus Dalam proses pemilihan Cagub dan Cawagub Jakarta 2012, media televisilah yang memiliki peran penting dalam membentuk image bagi Jokowi. Jokowi digambarkan sebagai sosok yang hangat, bersahaja, tenang, dan mampu memimpin Solo dengan baik , juga dipaparkan bahwa Jokowi sosok yang bersih dari korupsi, serta ia juga memiliki banyak prestasi. Hal itulah yang membuat publik suka dengan sosok Jokowi dibandingkan para Cagub lainnya. Analisis dan Pandangan Kelompok Kelebihan pandangan Televisi memiliki kelebihan dari sisi audio dan visual jika dibandingkan dengan media lainnya, sehingga memang dapat diakui bahwa khalayak/masyarakat lebih memilih televisi untuk menggarap banyak informasi dengan mudah, cepat, dan efisien. Kekurangan pandangan Dengan banyaknya media televisi yang dapat dipilih oleh masyarakat,

namun masyarakat harus bisa lebih kritis dalam menanggapi suatu issue atau berita yang disuguhkan oleh suatu stasiun televisi. Kita tidak bisa hanya mempercayai dan menelan mentah-mentah informasi hanya dari satu stasiun televisi aja. Adanya konglomerasi media yang semakin marak saat ini juga menjadi alasan utama bagi para penonton untuk lebih kritis, karena banyak dari mereka yang lebih mengutamakan kepentingan individu daripada kepentingan bersama (dalam hal ini mengenai kebenaran suatu berita). Tidak semua pemberitaan oleh suatu media benar dan memiliki bukti konkret, jadi kita sebagai penonton perlu menonton lebih dari satu atau dua stasiun televisi untuk membandingkan pemberitaan antar-stasiun televisi yang satu dengan yang lain tentang suatu isu yang sedang marak diperbincangkan. Sikap kelompok terhadap masalah Kami menjadi lebih kritis dalam menanggapi berbagai isu, kami tidak hanya melihat dan menerima berita dari satu sisi media saja, tapi kami juga menonton berita dari media televisi lain

C. PENUTUP Kesimpulan: Pemberitaan tentang politik di Indonesia memang lebih banyak diberitakan atau ditampilkan di televisi. Peranan televisi sangat membantu sebagai media komunikasi politik. Bisa juga dibkatakan bahwa televisi merupakan media yang paling lengkap unsurnya, dimana televisi memuat audio dan visual nya secara bersamaan. Inilah yang membuat masyarakat lebih tertarik untuk melihat dan mendengar pemberitaan politik melalui televise dibandingkan dengan media lainnya. Namun saat ini dalam media televisi sidah terjadi konglomerasi media, dimana beberapa stasiun televisi bisa dimiliki oleh satu orang yang sama yang didalam nya memiliki kepentingan bisnis dan politik tersendiri. Itu sebabnya mengapa para penonton harus pintar dalam mengolah berita yang didapat atau disiarkan, dan tidak langsung menelan berita yang disiarkan dengan mentah mentah tanpa menyaring nya kembali.

Saran: Kita sebagai penonton atau masyarakat awam harus berfikir secara kritis dalam menerima berita yang disiarkan di media televise. Melihat dan membuat perbandingan sendiri antara berita yang disiarkan di satu stasiun TV dengan stasiun TV lainnya. Dan tetap mengontrol kinerja para politikus lewat pemberitaan politik yang ada. Dan sebagai wartawan khususnya dalam bidang politi alangkah baiknya jika meraka bisa bersikap netral dimana pemberitaan yang mereka beritakan tidak memihak atau menjatuhkan pihak lainnya.

Anda mungkin juga menyukai