Anda di halaman 1dari 4

Makna dan Arti Sumpah Pemuda

Ketika kita membaca atau mendengar teks di atas maka akan ditemukan banyak ekspresi dimulai dari kata ini teks apa ya? Kayanya pernah denger deh atau ahhh.. ini mah udah pasti teks sumpah pemuda, saya mah hapal, kan saya orang indonesia atau mungkin ada juga yang bilang ini teks apa sih? Kok saya baru pertama kali denger Banyaknya ekspresi di atas tentu akan mengundang banyak asumsi dari orangorang yang mendengarnya, dimulai dari orang yang memaklumi dengan kondisi tertentu, ada juga yang mencibir. Namun, apapun ekspresinya yang harus kita pahami sekarang ialah bagaimana kita para pemuda dan pemudi Indonesia mampu mengisi hari-hari kita yang ada sekarang ini dengan hal-hal yang positif untuk membangun bangsa. Mengartikan hari Sumpah Pemuda tidak hanya dimaknai dari menghapal sejarahnya di luar kepala. Namun lebih dalam dari itu semua, yakni memahami dengan adanya Sumpah Pemuda kita bangsa Indonesia yang terdiri dari puluhan suku bangsa, ribuan pulau disatukan dalam sebuah ikrar dengan kesamaan tanah air, bangsa dan bahasa yang satu, yakni Indonesia. Maka, tugas kita saat sebagai pemuda dan pemudi Indonesia yakni dengan berusaha memajukan bangsa dan menjaga kesatuan Negara dari segala ancaman baik dari dalam (yakni kerukunan antara suku-suku bangsa maupun umat beragama) maupun dari luar (yakni batasan wilayah, pemeliharaan kebudayaan dan lain sebagainya). Untuk menjaga itu semua tentunya kita harus mempunyai semangat kesatuan dan persatuan yang tinggi. Semangat yang harus dipunyai oleh setiap para pemuda sekarang ini, semangat yang didasari dengan keyakinan, kemauan, kerja keras dan akhlak yang baik untuk selalu menjunjung tinggi kejujuran serta tidak haus akan sebuah kedudukan. Semangat yang akan menjadikan kita bersat dan tidak mudah di pecah belah. Jika ada pertanyaan, mengapa harus kaum muda? Maka jawabannya karena jiwa muda mempunyai semangat yang luar biasa dalam hal mengembangkan pikiranpikiran kreatif untuk menghasilkan sesuatu hal.

Dan cenderung mau menghadapi resiko-resiko yang ada untuk menghadapi tantangan, tentunya yang bernilai positif. Namun, harus selalu diiringi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi atas apa saja hal yang dilakukan.

Sejarah Hari Sumpah Pemuda Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis. Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anakanak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan. Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong

Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dan lain-lain. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab. Johanna Masdani Tumbuan termasuk di antara 71 pemuda yang hadir dalam Kongres Pemuda Kedua, Oktober 1928 dan turut serta mengikrarkan Sumpah Pemuda yang berlangsung di sebuah gedung yang terletak di Jalan Kramat Raya no. 106 Jakarta Pusat. Johanna Masdani Tumbuan menjadi seorang saksi sejarah detik-detik Proklamasi Indonesia yang dilakukan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada 17 Agustus 1945. Johanna Masdani Tumbuan juga ikut serta menyusun konsep pembangunan Tugu Proklamasi yang sederhana di depan rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur (kini Jl. Proklamasi) no. 56, Jakarta. Tugu ini kemudian dibongkar oleh Bung Karno, namun dibangun kembali pada tahun 1980-an. Baca juga pada Sejarah Perjuangan Pemuda Indonesia dan Sumpah Pemuda oleh David DS Lumoindong. Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong. Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Arti Sumpah Pemuda dan Generasi Muda Saat Ini Seberapa besar arti Sumpah Pemuda bagi generasi muda? Mungkin kita yang sudah dewasa masih mengingat bagaimana cerita perjuangan hingga pahlawan kita bisa melahirkan Hari Sumpah Pemuda. Akan tetapi saat ini generasi muda bangsa ini

justru melupakan makna Sumpah Pemuda itu. Perkembangan jaman tentu saja berdampak pada perkembangan pola pikir juga, tetapi tampaknya generasi muda bangsa ini justru tidak mengalami perkembangan pola pikir itu. Tidak ada maksud untuk mengecam bahwa generasi muda bangsa ini tidak berkualitas, melainkan setidaknya generasi muda bisa bercermin dari peristiwa yang ada. Patut diacungi jempol bahwa generasi muda tergerak untuk memperbaiki kondisi bangsa ini dengan cara bergabung dengan partai politik dan tidak sungkan-sungkan menyampaikan aspirasi generasi muda demi perbaikan bangsa ini. Akan tetapi tampaknya sisi positif perkembangan generasi muda hanya terbatas pada mereka yang memiliki kualitas SDM yang baik. Masih banyak ternyata generasi muda yang tidak memliki kualitas SDM yang baik. Bisa kita lihat bagaimana mahasiswa hanya berdemo tiap hari tanpa memikirkan bagaimana kelanjutan studi, dan yang lebih parahnya lagi, di televisi kita bisa lihat bagaimana tawuran mahasiswa antar universitas yang terjadi dengan gampangnya. Gampang karena mereka tidak memiliki rasa takut atau sungkan tawuran di depan kantor polisi, seolah-olah polisi dianggap tidak ada oleh mereka. Belum lagi tawuran tersebut merusakkan sebuah mobil orang yang tidak tahu apa-apa, padahal orang itu memarkirkan mobilnya untuk berobat di RSCM. Bagaimana konsekuensi terhadap tawuran itu, media tidak menginformasikan kembali update beritanya. Masyarakat di mana pun tampaknya gerah melihat aksi tawuran, baik oleh siswa, mahasiswa, atau siapapun juga. Mahasiswa atau kaum pelajar itu seharusnya memiliki intelektualitas yang tinggi sehingga tidak perlu menyelesaikan masalah dengan tawuran. Secara kasar kata, perilaku tawuran mereka itu sama saja berarti mereka 'mempelajarinya' di bangku kuliah selain pengetahuan-pengetahuan yang lain. Prestasi generasi muda Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata sekarang, sebab ada banyak penghargaan yang diraih baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penghargaan itu juga menjadikan bangsa kita lebih dipandang, terlebih dengan prestasi yang diraih di luar negeri. Semoga semangat arti Sumpah Pemuda bisa terus dikobarkan agar perjuangan tidak berhenti melainkan terus berlanjut ke generasi muda berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai