Anda di halaman 1dari 1

c).

Tetanus Penyakit ini disebabkan oleh baksil Costridium Tetani yaitu bakteri gram-positif dan bersifat anaerob (bisa berbiak di dalam lingkungan tanpa oksigen). Bakteri ini bisa membentuk spora di dalam tanah, kotoran manusia dan binatang. Bila tidak terkena sinar matahari, spora bisa tahan sampai bertahuntahun. Penyakit tetanus sebenarnya sudah dikenal sejak zaman Hippocrates, sedangkan bakteri penyebabnya baru dapat diisolasi pada tahun 1889 oleh Kitasato. Bakteri tetanus lebih banyak ditemukan di dalam tanah olahan sehingga penduduk pedesaan lebih banyak menjadi carrier dalam usus, kulit dan mulut. Bakteri clostridium titani mengeluarkan toksin tetanospasmin. Jika racun ini masuk ke dalam tubuh melalui luka di bagian tubuh, maka akan berubah menjadi aktif dalam keadaan tanpa oksigen. Racun tetanospasmin kemudian menyebar dari luka melalui ujung syaraf dan menimbulkan kontraksi otot di sekitar daerah luka. Setelah itu, racun akan menjalar ke seluruh syaraf dan akhirnya mencapai sunsum tulang belakang. Jika ini terjadi, maka akan menimbulkan kontraksi pada semua otot polos. Masa inkubasi penyakit ini antara 3-21 hari. Makin jauh jarak luka (tempat masuknya spora) dengan pusat syaraf, maka makin lama masa inkubasinya. Anak yang terserang tetanus akan sering mengalami trismus (mulut terkunci) dan wajahnya berubah mengerikan (risus sadonicus). Gejala lainnya adalah panas, iritabel, gelisah, bulu kuduk kaku, sulit menelan, otot perut, punggung dan dada kaku. Pengobatan tetanus dilakukan dengan jalan menetralisasi toksin, membersihkan luka, memberikan antibiotika penisilin atau tetrasiklin dan memperkuat nutrisi, cairan serta kalori. Sebagai pencegahan, anak perlu mendapat imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif merupakan vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid yang diberikan bersama vaksin pertusis dan difteri. Sedangkan imunisasi pasif diberikan dalam bentuk serum antitetanus (ATS profilaksis) pada penderita luka yang berisiko terinfeksi tetanus. Di Indonesia vaksin terhadap Difteri, Pertusis, dan Tetanus terdapat dalam 3 jenis kemasan, yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT, dan kombinasi DPT. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu penyuntikan minimal selama 4 minggu sampai 5 minggu (DPT1, DPT2, dan DPT3). Suntikan pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, sebabnya suntikan ini harus diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P) (Theophilus, 2000). Menurut penelitian Dyah W. Isbagio (2001b) pada penelitian yang melibatkan 375 anak SD di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa dengan adanya program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada anak SD dapat bermanfaat dalam meningkatkan kekebalan terhadap tetanus.

Anda mungkin juga menyukai