Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan sangat erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu membuat siswa dapat belajar dengan baik. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah proses aktif yang dialami oleh siswa dalam membangun pengetahuannya (Syarifudin, 2006: 70), dan tentunya hal tersebut berpengaruh terhadap penguasaan konsep. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti yang telah kita ketahui bahwasanya kegiatan belajar mengajar khususnya biologi jarang yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa karena sistem pengajaran yang hanya mengandalkan metode ceramah yaitu hanya melakukan transfer ilmu, jadi pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini membuat siswa merasa kesulitan untuk memahami secara lebih mendalam konsep-konsep, terlebih lagi konsep yang abstrak karena melalui pengalaman seseorang dapat belajar. Hal ini tentu saja akan berdampak pada prestasi belajar. Mengutip sebuah pepatah cina kuno dari buku yang ditulis Nuryani et al (2003). ada pernyataan dalam pembelajaran:saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya melakukaan dan saya mengerti atau I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand. Pengalaman belajar dapat diperoleh jika pembelajaran dilakukan oleh siswa itu sendiri atau lebih dikenal dengan Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Saat ini telah banyak dikembangkan model-model pembelajaran induktif yang berbasis konstruktivistik yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, kemampuan berpikir yang memacu siswa agar lebih kritis, kreatif, dan mampu memecahkan suatu permasalahan. Salah satu model pembelajaran induktif yang dapat

digunakan adalah model pembelajaran problem based learning (PBL). Didalam problem based learning (PBL), siswa biasanya bekerja dalam tim dan dihadapkan dengan suatu masalah nyata terbuka untuk dipecahkan, menjelaskan masalah dengan tepat, memperhitungkan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah, dan bagaimana cara mulai memecahkan masalah itu. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi terlebih dahulu, tetapi informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya. Gagasan pembelajaran untuk pemahaman dan pemecahan masalah tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan belajar tempat para siswa untuk melakukan interaksi akademik dalam membangun pengetahuan. Hasil belajar yang paling tinggi adalah pemecahan masalah dan salah satu prinsip belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yaitu mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, yang sangat penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran disekolah. Dengan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, siswa akan terlatih dan mampu mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dalam kelas untuk memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat secara mandiri. Belajar memecahkan masalah menurut Gagne merupakan tipe belajar yang kompleks, dalam memecahkan masalah diperlukan penalaran yang kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama (Sagala,2009), oleh karena itu dalam problem based learning perlu dipilih salah satu metode yang cocok sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Konsep sistem pencernaan manusia merupakan materi yang menarik untuk dijadikan dasar materi penelitian pembelajaran berbasis masalah karena dalam sistem pencernaan manusia terdapat masalah-masalah berupa gangguan pada sistem pencernaan seperti gastritis (maag), Konstipasi, pankreasitis, flatus dan diare. Gangguan sistem pencernaan manusia seperti terjadinya penyakit diare dapat saja

terjadi karena pengaruh faktor-faktor luar seperti kondisi MCK yang kurang sehat, air yang digunakan untuk minum telah tercemar, apalagi akhir-akhir ini di daerah-daerah tertentu di kota Bandung sering mengalami banjir. Faktor lainnya adalah kondisi makanan yang kurang steril, adanya zat tambahan pada makanan seperti zat warna, pengawet dan zat berbahaya lainnya. Dengan memecahkan masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya khususnya mengenai sistem pencernaan makanan pada manusia sehingga dapat melatih kemampuan memecahkan masalah yang merupakan salah satu kemampuan tingkat tinggi yang harus dimiliki siswa. Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian yang dilakukan Nurhasanah (2007) menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada konsep sistem respirasi untuk meningkatkan penguasaan konsep, berpikir kritis, dan sikap ilmiah siswa SMA. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terdapat peningkatan pada penguasaan konsep, kemampuan berpikir kritis, dan sikap ilmiah siswa SMA, setelah mendapatkan pembelajaran berbasis masalah. Hasil penelitian yang diperoleh Runi (Nurhasanah, 2007 :5) menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah pada konsep pencemaran lingkungan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah dari pada siswa dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti ingin mengetahui ada/ tidak adanya hubungan antara kemampuan memecahkan masalah siswa dengan penguasaan konsep sistem pencernaan melalui penggunaan model pembelajaran Problem based learning dan apabila ada hubungan seberapa erat hubungan tersebut. Pada penelitian ini, peneliti yang bertindak sebagai guru akan mengetengahkan suatu permasalahan pada salah satu topik materi pembelajaran yang nantinya akan dipecahkan oleh siswa. Diharapkan dengan pembelajaran seperti ini siswa dapat aktif agar memperoleh pengalaman belajar seperti yang telah disebutkan di atas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara kemampuan memecahkan masalah dengan penguasaan konsep siswa pada konsep sistem pencernaan melalui pembelajaran problem based learning?. Dari rumusan masalah diatas muncullah pertanyaan-pertanyaan penelitian, diantaranya sebagai berikut:.

Bagaimana kemampuan memecahkan masalah siswa setelah menggunakan model pembelajaran problem based learning. Bagaimana penguasaan konsep siswa setelah menggunakan model pembelajaran problem based learning. Bagaimanakah hubungan antara kemampuan memecahkan masalah siswa dengan penguasaan konsep pada konsep sistem pencernaan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran problem based learning.
C. Batasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada masalah:

Model problem based learning adalah model pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Kemampuan memecahkan masalah yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi sistem pencernaan subkonsep gangguan/kelainan pada sistem pencernaan. Penguasaan konsep yang diukur mencakup aspek kognitif C1, C2, C3 ,C4. Sesuai

dengan taksonomi Bloom hasil revisi menurut Anderson . Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep manusia. sistem pencernaan

D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui adanya hubungan antara kemampuan memecahkan masalah siswa dengan penguasaan konsep pada konsep sistem pencernaan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning.

E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain :

Bagi Siswa Pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning diharapkan dapat mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), dan melalui pembelajaran problem based learning diharapkan siswa dapat memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari khususnya di bidang kesehatan pencernaan, membina rasa tanggung jawab setiap anggota kelompok atas hasil belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. Bagi Guru. Sebagai bahan masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan bagi guru mengenai model pembelajaran sehingga model pembelajaran problem based learning dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Bagi Peneliti Sebagai rujukan bagi peneliti lain dalam menerapkan model pembelajaran problem based learning pada konsep biologi lainnya. F. Asumsi Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendidikan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi para siswa untuk belajar keahlian memecahkan masalah & berpikir kritis (Berns & Erickson, 2001) Menurut Donalds (2000) PBL membantu siswa membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja tim, dan berkomunikasi(Amir, 2009: 13). PBL dikembangkan terutama untuk membantu kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar menjadi siswa yang mandiri (Sudirman, 2007 :73). G. Hipotesis Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan memecahkan masalah dengan penguasaan konsep sistem pencernaan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

Anda mungkin juga menyukai