Anda di halaman 1dari 13

SURROGATE DECISION MAKING

(PEMBUATAN KEPUTUSAN YANG DIWAKILKAN)

OLEH: IZHARYNUR YAHMAN

Seringkali

pasien hanya memberikan petunjuk secara umum dan tidak ada indikasi mengenai apa yang dipilih, sehingga diperlukan orang lain yang membuat keputusan.

Kasus Tn. S, seorang duda 76 tahun menderita stroke berat dan afasia. Selama 2 minggu terakhir masih mengalami paralisis kedua tangan dan kaki. Tidak merespon secara konsisten terhadap permintaan atau pertanyaan sederhana namun dapat tersenyum ketika tangannya disentuh. Pasien menderita pneumonia. Selama hidupnya ia enggan pergi ke dokter dan tidak teratur meminum obat penurun kolesterolnya. Pasien senang berjalanjalan dan bekerja di kebunnya. Ketika istrinya meninggal karena serangan jantung, ia berkata kematian bukanlah musuh, istriku menginginkan untuk tetap aktif dan sehat hingga akhir hayatnya dan Tuhan mengabulkan doanya.

Pasien

merupakan seorang pria yang mandiri dan enggan untuk menerima bantuan dari orang lain. Dia tidak memberikan petunjuk lisan maupun tertulis, kedua anaknya meyakini bahwa Tn.S akan menolak antibiotik. dia tidak suka tergantung pada orang lain dan akan sangat membenci dirawat selama di rumah. Pada kondisinya sekarang, dia tidak dapat melakukan hal-hal yang disukainya

Anggota

keluarga Pembuatan keputusan oleh keluarga dimana pasien tidak memiliki kapasitas dalam membuat keputusan merupakan standar praktek medis.

Sebagian

besar pasien lebih memilih anggota keluarga sebagai wakil. Opini publik menyatakan bahwa 30% pasien memilih keluarga mereka sebagai pembuat keputusan jika mereka dalam keadaan tidak mampu. 53% menginginkan keluarga mereka bersama dengan dokter untuk membuat keputusan. Hanya 3% yang menginginkan pengadilan untuk membuat keputusan.

Anggota

keluargalah yang paling tau apa yang pasien inginkan. Karena anggota keluarga pada umumnya memiliki hubungan yang dekat dengan pasien. Anggota keluarga senantiasa bertindak untuk kebaikan pasien. ikatan kekeluargaan dan kasih sayang akan membuat anggota keluarga senantiasa menjaga dan melakukan yang terbaik demi kepentingan pasien daripada untuk kepentingan mereka pribadi.

Pengambilan

keputusan akan menjadi sulit jika pasien tidak memiliki anggota keluarga. Pada kondisi ini, maka seorang teman dekat dapat menjadi wakil yang sesuai dalam mengambil keputusan.

Jika

tidak ada perwakilan satupun, maka dokter dapat berkonsultasi dengan teman sejawat atau komite etik rumah sakit untuk pengambilan keputusan terhadap pasien.

Dokter

harus menjadi penengah ketika keputusan yang dibuat oleh wakil dari pasien ternyata bertentangan dengan pernyataan dari pasien atau keinginan pasien yang lebih dahulu diutarakan

Adanya

emosi yang menghalangi pengambilan keputusan. Wakil atau pengganti seringkali mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan karena stres emosional yang disebabkan oleh kesedihan atau penyangkalan. Keputusan yang diambil tidak konsisten dengan prinsip yang dimiliki oleh pasien. Dokter sebaiknya memastikan apakah keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan keyakinan dalam agama yang dianut oleh pasien.

Kepentingan

yang berlawanan. Pada beberapa kasus, anggota keluarga seringkali lebih mementingkan keperluan mereka daripada pasien. Anggota keluarga yang jahat, mungkin saja berusaha untuk mengambil kuasa atas harta warisan atau dana pensiun.

Anda mungkin juga menyukai