Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERBENGKELAN

PELUMASAN PADA MESIN BUBUT

Oleh: Iqbal Falah CL Siti Nurlatipah Sultan Syah Luthfi Apri P Edvan Saputra Ridhoningsih Ahmad S

A1H010011 A1H010013 A1H010014 A1H010015 A1H010018 A1H010020 A1H010021

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, maka penyusunan Makalah Perbengkelan ini dapat terselesaikan. Makalah ini berjudul Pelumasan Pada Mesin Bubut. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat guna melengkapi tugas terstruktur dari mata kuliah Perbengkelan yang diampu oleh Ir. Masrukhi, M.P. Makalah ini berisi tentang sistem penyundutan pada motor bakar. Dalam makalah ini akan dijelaskan juga proses penyundutan pada motor bakar. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih kurang sempurna, namun penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Purwokerto, 27 September 2012

Penyusun

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua elemen mesin yang terbuat dari logam akan bergerak relatif antara satu dengan yang lainnya dapat mengalami hambatan yang besar karena gesekan permukaan. Karena hal tersebut, fungsi pelumas menjadi sangat penting. Dengan pelumasan dapat dihindari kontak langsung dari dua bagian logam mesin yang bergesekan. Komponen- komponen mesin akan terselimuti oleh lapisan pelumas sehingga antara bagian satu dan lainnya seperti tidak bersentuan. Kondisi ini akan menimbulkan gaya gesek yang kecil antara komponen mesin. Pelumas memegang peranan penting dalam desain dan operasi semua mesinotomotif. Umur dan servis yang diberikan oleh mobil atau traktor tergantung pada perhatian yang kita berikan pada pelumasannya. Pada motor bakar, pelumasan bahkan lebih sulit dibanding pada mesin-mesin lainnya, karena di sini terdapat panas terutama di sekitar torak dan silinder, sebagai akibat leadakan dalam ruang pembakaran. Tujuan utama dari pelumasan setiap peralatan mekanisadalah untuk melenyapkan gesekan, keausan dan kehilangan daya.

B. Tujuan 1. Mengetahui pengertian pelumasan. 2. Mengetahui sistem pelumasan. 3. Mengetahui macam-macam pelumasan. 4. Mengetahui sistem pelumasan pada mesin bubut. C. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksusd dengan pelumasan? 2. Apa yang dimaksusd dengan sistem pelumasan? 3. Apa saja macam-macam pelumasan? 4. Bagaimana sistem pelumasan pada mesin bubut?

II. ISI

1. Pengertian Pelumas Pelumas merupakan zat cair yang mempunyai kekentalan tinggi yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak bumi. Untuk menambahkan kemampuannya, pelumas banyak dicampur dengan bahan aditif. Selain dari pengolahan minyak bumi, adapula yang diperoleh dari bahan-bahan organik lainnya, misalnya minyak jarak, minyak sawit dan kastrol. 2. Pengertian Sistem Pelumasan Kegiatan pelumasan merupakan kegiatan pemberian pelumas pada alat atau mesin yang bergerak atau bergesekan dengan bagian mesin yang lain agar kinerjanya tetap baik. Dalam pelumasan yang paling penting adalah menentukan jenis pelumas mana yang paling cocok dipakai untuk melumasi peralatan atau bagian-bagian mesin. Secara umum tujuan pelumasan adalah untuk mengurangi gesekan, mengurangi keausan, sebagai pendingin atau mengurangi panas mencegah timbulnya karat, sebagai pembersih, sebagai penyekat, dan sebagai peredam suara sedangkan bagian-bagian mesin yang perlu dilumasi adalah bantalan-bantalan luncur, bantalan peluru, roda gigi dan bagian mesin berupa torak (cylinder head, liner) termasuk alat-alat hidrolik. Pelumasan memegang peranan penting dalam desain dan operasi semua desain otomotif, umur dan service yang diberikan pada mobil atau traktor

tergantung pada perhatian yang kita berikan pada pelumasan baik pada desain sistemnya maupun selama mesin beroperasi. 3. Tujuan dan fungsi pelumas Pada intinya tujuan dan fungsi pelumas adalah sama, yaitu: a. Tujuan utama dari pelumasan setiap peralatan mekanis adalah untuk mengurangi gesekan, keausan dan kehilangan daya. Tujuan lain pelumasan pada motor bakar adalah : 1. Menyerap dan memindahkan panas

2.

Sebagai penyekat lobang antara torak dan silinder sehingga tekanan tidak bocor dari ruang pembakaran.

3.

Sebagai bantalan untuk meredam suara berisik dari bagian-bagian yang bergerak.

b. Fungsi utama dari pelumasan yaitu: 1. Mengurangi gesekan

Gesekan langsung antara dua permukaan bagian-bagian mesin yang bergerak dapat menyebabkan pengikisan dan kerusakan bagian mesin tersebut. Dengan adanya lapisan pelumas diantara dua permukaan benda tadi, maka gesekan tidak menjadi langsung, tetapi didasari atau dialasi oleh lapisan minyak pelumas sehingga dapat mengurangi tahanan gesek atau perlawanan gerak. Hasil yang diperoleh, dengan adanya lapisan minyak pelumas saat adanya gerakan untuk saat akan bergerak berputar lebih kecil, panas yang timbul akibat gesekan juga berkurang, pada akhirnya akan mengurangi biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan alat tersebut. Dengan adanya lapisan pelumas maka gesekan yang ditimbulkan pada bagian-bagian mesin akan berkurang sehingga keausan yang terjadi akan dapat berkurang. 2. Mengurangi keausan Berkurangnya keausan akan memperoleh keuntungan ganda antara lain, mencegah biaya yang tinggi dari penggantian suku cadang (spare part) yang aus. Disamping itu juga mencegah kerugian yang diakibatkan oleh terhentinya proses produksi akibat kerusakan yang dialami oleh peralatan bersangkutan yang memerlukan waktu dan biaya perbaikan. 3. Mengurangi panas Panas merupakan hasil kerja dari gesekan ataupun adanya sistem kerja pada suhu tinggi seperti kerja motor bakar dan lain sebagainya. Untuk memelihara suhu yang dikehendaki sekitar bagian-bagian mesin yang dilumasi tersebut, maka panas yang terjadi dapat diserap oleh minyak pelumas dan batasan jumlah panas yang diserap bergantung kepada kemampuan dan proses pelumasan yang digunakan. Dengan sistem pelumasan sirkulasi, maka panas yang diserap oleh minyak pelumas dibawa kesuatu sistem pendingin dan kembali lagi ke dalam sistem

pelumasan pada suhu yang lebih rendah sesuai dengan yang diinginkan. Panas dalam kotak transmisi atau dalam kotak roda gigi, sebagian besar diteruskan ke dinding melalui minyak pelumas yang ada di dalamnya. 4. Mencegah karat Pada beberapa kondisi dalam sistem pelumasan seperti adanya udara yang mengandung uap air, adanya debu dan kotoran yang melekat, sehingga akan terjadi oksidasi disekitar bagian-bagian mesin dan akibat dari semua itu akan menimbukan proses pengkaratan dari peralatan terutama pada bagian- bagian yang langsung berhubungan dengan udara luar. Dengan adanya pelumas atau gemuk maka bagian-bagian mesin atau permukaan logam tersebut terlindungi dari pengaruh proses pengkaratan tersebut. 5. Sebagai Pendingin ( Coolant ) Pelumas akan membantu menyerap panas yang dialami komponenkomponen mesin yang timbul karena proses pembakaran atau karena gesekan dari komponen-komponen yang saling bergerak dan tidak dapat dijangkau oleh sistim pendinginan, misalnya: piston dan bagian-bagiannya, bearing, turbocharger, mekanik katup dan lain-lain, maka: a. Pelumas harus mempunyai suhu yang stabil, sehingga sistim harus dilengkapi dengan pendingin oli ( Oil Cooler). b. Sistem pelumasan harus bertekanan. 6. Sebagai Pembersih (Cleaner) Pelumas akan membersihkan geram-geram/kotoran/endapan asam yang terjadi akibat gesekan, proses pembakaran atau karena terbawa oleh udara atau bahan bakar, khususnya dalam menetralisir asam belerang (Acid) yang terjadi dari proses pembakaran karena kandungan belerang dalam bahan bakar. Karena asam ini dapat mengikis permukaan logam. Untuk mendukung fungsi kerja tersebut, maka sistem pelumasan dilengkapi dengan filter. 7. Sebagai penyekat (Sealing) Oli juga meningkatkan penyekatan (sealing). Cylinder liner telah didesain sedemikian rupa sehingga selalu terdapat lapisan yang melekat pada dinding. Hal

ini memudahkan piston ring untuk memberikan efek penyekatan pada ruang bakar. 8. Sebagai Penghantar panas Oli juga berguna untuk menghantarkan panas dari bagian dalam mesin. 9. Sebagai peredam suara Oli juga berguna juga untuk memberikan efek peredaman suara. 4. Syarat dan sifat pelumas a. Syarat pelumas Seperti pada penjelesan mengenai arti pelumas pada bagian pengertian pelumas yang sudah dijelaskan. Pelumas merupakan zat cair yang mempunyai kekentalan tinggi yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak bumi. Untuk menambahkan kemampuannya, pelumas banyak dicampur dengan bahan aditif. Selain dari pengolahan minyak bumi, adapula yang diperoleh dari bahan-bahan organik lainnya, misalnya mempunyai persyaratan sebagai berikut: 1. Viskositas minyak mesin harus sesuai dengan jenis operasi mesin yang bersangkutan. Jika viskositasnya terlampau rendah akan mengakibatkan over heating pada mesin. Sebaliknya jika viskositas minyak tersebut terlampau tinggi, tahanan gesek akan bertambah sehingga mungkin mesin sukar dihidupkan. 2. Memiliki daya pelapisan atau kelekatan yang baik pada permukaan logam atau komponen-komponen mesin. 3. 4. Tidak mudah bercampur dengan barang-barang lainnya (kotoran-kotoran) Memiliki titik nyala yang tinggi dan sukar menguap sehingga pelumas tidak mudah terbakar pada suhu tinggi. 5. Mempunyai koefesien perpindahan panas konduksi yang baik sehingga mudah memindahkan panas. 6. Mempunyai titik beku yang rendah, hal ini dibutuhkan pada kondisi mesin yang bekerja pada daerah dingin.

b. Sifat Pelumas Agar minyak pelumas memenuhi fungsinya khusus pada perkakas perbengkelan, perlu diperhatikan sifat dari minyak pelumas tersebut, yang antara lain: 1. Kekentalan Kekentalan minyak pelumas harus sesuai dengan fungsi minyak tersebut yaitu untuk mencegah keausan permukaan bagian yang bergesekan, terutama pada beban yang besar dan pada putaran rendah. Minyak pelumas yang terlalu kental sukar mengalir melalui salurannya, disamping menyebabkan kerugian daya mesin yang terlalu besar. Biasanya kekentalan minyak pelumas diuji pada temperatur 210oF dan dinyatakan dengan bilangan SAE; misalnya SAE 30, SAE 40, SAE 50 dan seterusnya. Makin kental makin tinggi bilangan tersebut. Ada kalanya pengujian tersebut dilakukan pada temperatur 0oF; untuk membedakannya di belakang tulisan SAE itu ditambahkan huruf w misalnya SAE 20 w.

2.

Indeks kekentalan Kekentalan minyak pelumas itu berubah-ubah menurut perubahan

temperatur. Dengan sendirinya minyak pelumas yang baik tidak terlalu peka terhadap perubahan temperatur, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya baik dalam keadaan dingin, pada waktu mesin mulai berputar (start), maupun pada temperatur kerja. Untuk mengukur perubahan kekentalan tersebut dipakai indeks kekentalan. 3. Titik tuang Pada temperatur tertentu, yang disebut titik tuang, minyak pelumas akan membentuk jaringan kristal yang menyebabkan minyak tersebut sukar mengalir. Karena itu sebaiknya dipergunakan minyak pelumas dengan titik tuang yang serendah-rendahnya untuk menjamin agar minyak pelumas dapat mengalir dengan lancar dan salurannya pada setiap keadaan operasi. 4. Stabilitas Beberapa minyak pelumas pada temperatur tinggi akan berubah susunan kimianya sehingga terjadilah endapan yang mengakibatkan cincin torak melekat

pada alurnya. Dalam beberapa hal minyak pelumas dapat membentuk lumpur apabila bercampur dengan air dan beberapa komponen hasil pembakaran. Karena itu, bak minyak pelumas haruslah mendapatkan ventilasi yang cukup baik agar minyak pelumas atau gas pembakaran dapat keluar dengan leluasa dari bak minyak pelumas. 5. Kelumasan Minyak pelumas harus memiliki kelumasan atau sifat melumasi yang cukup baik, yaitu dapat membasahi permukaan logam. Hal ini berarti bahwa dalam segala keadaan selalu akan terdapat lapisan minyak pelumas pada permukaan mesin yang bersentuhan. Sifat ini sangat untuk melindungi permukaan bagian tersebut, misalnya pada waktu start, yaitu pada saat minyak pelumas belum cukup banyak atau pompa minyak pelumas belum bekerja sebagaimana mestinya 5. Klasifikasi pelumas Secara garis besar pelumas diklasifikasi menurut tiga hal yaitu bahan asal pelumas, viskositas, dan yang terakhir menurut penggunaannya. A. Penggolongan menurut bahan asal Pelumas dibedakan menjadi dua yaitu pelumas mineral dan sintetis. Pelumas mineral dibuat dari bahan dasar (baseoil) yang berasal dari minyak mentah (crude oil), dengan tambahan aditif sekitar 10-20%.Sedangkan pelumas sintetik dibuat dari unsur-unsur kimia sintetik, baik bahan dasarnya maupun aditifnya. Bahan kimia yang banyak diaplikasisebagai pengganti minyak mentah adalah poly alphaolefins, ester berbasa dua, ester organo fosfat, ester silikat, glikol poli alkilena, silikon atau fluor hidrokarbon. Karena mengandalkan bahan sintetik dan proses pembuatannyapun cukup rumit, maka harga pelumas sintetik menjadi jauh lebih mahal dari pelumas mineral. Pelumas sintetik dipakai pada mesin-mesin yang dioperasikan dalam kondisi kerja yang berat, mobil balap yang terus menerus dipacu pada rpm tinggi, atau pada kondisi stop and go, atau kalau memang itu direkomendasikan oleh pembuat mesin. Pelumas sintetik juga diperlukan di daerah yang beriklim sangat dingin seperti di Eropa atau sangat panas di daerah gurun. Dalam kondisi cuaca

yang sangat dingin, oli mineral umumnya membeku. Pelumas sintetik memiliki kestabilan cair yang alami, yang memberikan aliran pelumas yang lebih baik di dalam mesin meski temperatur sangat rendah.Pelumas sintetik memang mempunyai kelebihan dibanding oli mineral. Pelumas sintetik umumnya memiliki rentang kekentalan yang sangat luas atau besar sehingga lebih fleksibel beradaptasi terhadap berbagai perubahan temperatur. Bahkan ada oli sintetik yang tingkat kekentalannya sangat ekstrim, misalnya SAE 10W-60 atau 5W-50. Pelumas dengan kekentalan seperti itu dapat dibilang dingin tidak beku, panas tidak encer. Ada berbagai sumber bahan pelumas, diantaranya: a) Gemuk hewan: berasal dari babi, domba, ikan, dll. Kelemahan bahan pelumas yang berasal dari hewan adalah tidak tahan panas, dan cepat teriksodasi menjadi cair (waxy dan gummy), dalam keadaan tertentu asam lemak yang timbul dapat merusak mesin. b) Tumbuh-tumbuhan: Berasal dari biji atau buah misalnya minyak jarak, mimyak biji kapas, minyak zaitun, dll. Hanya minyak jarak yang agak baik untuk pelumas motor kapal terbang, kapal laut, karena tahan suhu rendah tidak mudah bercampur dengan bahan bakar dan tanah terhadap suhu tinggi. c) Mineral : Minyak kasar dalam tanah merupakan sumber terbesar dari bahan pelumas dan bahan bakar. Sedangkan untuk jenis sumbernya, yaitu: 1. Parrin base crudes: hanya menghasilkan sedikit bahan pelumas 2. Asphalt base crudes: dengan berat jenis yang lebih tinggi bewarna hitam menghasilkan banyak bahan pelumas. B. Penggolongan menurut viskositas Viskositas minyak pelumas sangat bergantung terhadap perubahan temperatur. Pada temperatur yang tinggi minyak pelumas cenderung encer dan pada temperatur yang rendah cenderung kental. Society of Automobile Engineers [SAE] yang berkedudukan di Amerika Serikat menggolongkan pelumas berdasarkan penomoran SAE. Dalam keadaan suhu yang sama, semakin besar nomor SAE nya menandakan semakin besar pula viskositasnya. Pada umumnya

perkakas bengkel menggunakan minyak lumas SAE 5 sampai dengan SAE 70. Minyak lumas SAE 40 biasanya dipakai untuk musim panas, sedangkan untuk musim dingin dipakai SAE 20. Untuk musim semi dan musirn gugur dapat dipakai SAE 30. Untuk pelumas-pelumas yang dipakai mesin yang beroperasi pada daerah bertemperatur rendah SAE menggunakan huruf "W" [winter], sebagai contoh 5W20, 5W-30. Pada umumnya penomoran dengan simbol "W" dengan viskositas yang sama dengan penomoran tanpa "W" mempunyai keunggulan kemampuan pelumasan yang sangat baik pada daerah dingin, hal ini karena pelumas dapat lebih encer dan mudah bersirkulasi untuk pelumasan, terutama pada waktu start awal dengan kondisi mesin dingin. Sebagai contoh "10W - 30" mempunyai kemampuan yang sama dengan pelumas SAE 10W yang bagus pelumasannya pada daerah dingin tetapi mempunyai viskositas yang sama dengan SAE 30 pada T = 1000C jadi penomorannya digabung memjadi "10W-30". Klasifikasi S.A.E (the Society of Automotive Engineers) dilakukan dengan pemberian nomor pada oli yang erat hubungannya dengan kekentalan, kualitas dan penggunaannya. Dengan berkembangnya industri perminyakan, maka usaha meningkatkan mutu minyak pelumas juga berkembang pesat. Karena itu, minyak pelumas yang ada di pasaran telah banyak melalui bermacam-macam pengujian secara fisik maupun secara kimia. Pengujian secara fisik, lebih dominan, dan ini memang wajar karena pada kenyataannya penggunaan bahan pelumas sebagian besar sangat tergantung pada sifat-sifat fisiknya. Sedang pengujian secara kimia, terutama untuk menjaga kemurnian dan mencegah kotoran-kotoran yang tidak dikehendaki yang erat kaitannya dengan mutu. Beberapa pengujian tersebut antara lain: 1. Pengujian gravity, penting untuk mengontrol operasi dalam penyulingan minyak, sedikit sekali manfaatnya sebagai indeks kualitas bahan pelumas. 2. Warna, dalam pengertian cahaya yang dipantulkannya atau warna yang dilewatkannya terlalu dianggap penting walaupun tidak pasti menyatakan kualitas. 3. Cloud dan Pour Points Test.

Cloud test penting jika adanya awan di atas oli mengganggu operasi motor. Tetapi harus hati-hati, karena minyak yang basah, maka awan yang terlihat adalah air yanag menguap, sehingga tidak ada kaitannya dengan kualitas oli tersebut. memang pengujian ini kurang penting dari segi praktis, berbeda dengan pour ponit test. Pour point test menyatakan suhu di bawah mana oli tersebut dapat berbahaya jika digunakan dalam gravity lubrication system. 4. Carbon residue test, Flash and Fire Test, dan Viscocity Test. Diantara semua pengujian di atas, mungkin yang paling penting adalah viscocity test. Viscocity atau kekentalan suatu cairan adalah ukuran dari tahanannya terhadap aliran. Dalam pengertian komersial, pernyataan tentang waktu dalam detik yang dibutuhkan oleh minyak dengan volume tertentu untuk mengalir seluruhnya melalui pipa standar disebut Viscosity of the oil. Alat untuk menentukan kekentalan minyak dewasa ini digunakan secara umum di Amerika Serikat adalah Say Bolt Universal Viscosimeter. Kekentalan oli menentukan gesekan pada bantalan (bearing) panas yang timbul dan laju aliran pada kondisi beban tertentu, kecepatan dan desain bantalan (bearing) tertentu. Karena itu pada pengujian kekentalan, pengukuran dilakukan pada suhu 100 C atau 130F pada oli yang encer dan pada 210 F pada oli yang kental. Suatu jenis oli misalnya S.A.E. 40, berarti bahwa untuk 60 cc oli tersebut yang dimasukan pada Say Bolt Universal Viscosimeter diperlukan waktu 40 detik untuk mengalirkanya sampai oli habis mengalir seluruhnya. Ternyata walaupun 2 jenis oli memiliki kekentalan yang sama pada suhu 130 F, belum tentu kekentalannya akan tetap sama di bawah atau diatas suhu tersebut. Karena itu dalam kaitan dengan perubahan kekentalan oli terhadap suhu, diadakan perbandingan yang disebut Viscosity Index, karena berdasarkan observasi umum, ternyata bahwa kekentalan parafin base oils hanya berubah sedikit sekali, diberi nilai 100 sedang asphalitic base oils dengan perubahan kekentalan yang besar dengan perubahan suhu diberi nilai 0. Viscosity Index

ditentukan pada suhu 100 F dan 210 F. Untuk menggunakan Chart berikut, sebuat titik ditentukan yang merupakan perpotongan garis vertikal yaitu kekentalan oli pada 100 F dan garis diagonal yaitu kekentalan oli pada 210 F. Jika melalui titik ini ditarik garis kearah skala vertikal, akan menunjukan Viscosity Index dari oli. Klasifikasi bahan pelumas menurut S.A.E. lebih jelasnya adalah sebagai berikut : a. Crankcase oil : untuk plumas motor, SAE 5W, 10 W, 20 W, 20, 30, 40 dan 50 b. Transission dan Axle : 1. 2. Untuk transmissi Untuk differensial : SAE 75, 80 dan 90 : SAE 140 dan 250

C. Penggolongan menurut penggunaannya Untuk memperoleh hasil pelumasan yang baik maka minyak lumas dibagi dalam beberapa jenjang disesuaikan dengan penggunaannya. 6. Sistem pelumasan Terdapat tiga jenis sistem pelumasan pada motor bakar, yaitu: 1.) Tipe Simple Circulating Splash. 2.) Internal forced feed. 3.) Full internal forced feed. Dalam penggunaannya, pelumasan lama-kelamaan dapat habis dikarenakan oli masuk melalui piston dan terbakar dalam ruang pembakaran, keluar dari crankcase berupa uap atau kabut serta terjadinya kebocoran. 1. Tipe simple circulating splash Dalam sistem ini, pelumasan semua bagian-bagian motor tergantung pada percikan dan semprotan oli oleh batang torak yang tercelup kedalam oli. Agar oprasi ini berhasil, tinggi permukaan oli dibawah batang torak harus dipertahankan dan tetap seragam. Ini dilakukan dengan memompa secara kontinu oli dari reservoir ke Splash pan, dimana terdapat dasar berbentuk mangkuk seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar. Sistem simple - circulating splash 2. Internal forced feed Oli dibawah tekanan keluar dari bearing dalam bentuk semprotan atau spray yang melumas diujung silinder, piston dan piston-pins. Connecting rod tidak tercelup kedalam oli, karena itu splash pan tidak diperlukan. Sebuah pressure indicator menunjukkan apakah pompa bekerja dan tekanan tetap dipertahankan. Mekanisme klep juga dilumas dengan penyemprotan dari Crankchase seperti terlihat pada gambar.

Gambar. Sistem internal forced-feed and splash 3. Full internal forced feed Sistem ini lebih maju selangkah, dan tidak hanya menekan oli ke main Crankshap, Connecting rod dan Camshaft bearings seperti telah dijelaskan terdahulu tetapi juga menekan oli. Sampai pada piston pin bearings melalui

saluran atau lubang dari connecting rod ke piston pin seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. Sistem full internal force feed

Silinder dan piston menerima oli dari piston pins dan kabut terjadi karena semprotan oli melalui berbagai beraings. Mekanisme klep dilumas dengan oli yang disemprotkan. Agar sistem pelumasan dapat bekerja normal, maka perlu dijaga agar jumlah oli yang dibutuhkan dan tekanan yang diperlukan oli gauges dan oilm pressure indicator. Oil gauges indicator terdiri dari 2 macam yaitu bayonet gauges dan test cock (high level dan low level). Tekanan oli, terutama pada sistem full force feed sangat penting, direkomendasikan antara 25-40 lbs. Jika bearings dan silinder telah aus tekanan oli akan menurun, maka perlu dinaikkan dengan menyetel relief valve. Akan tetapi jika tekanan oli mendadak turun,ada beberapa kemungkinan terjadi : 1. Oli terlalu lancar. 2. Kurang oli. 3. Oli terlalu dingin, sulit mengatur. 4. Pompa oli atau pipa-pipa saluran rusak. 5. Saringan oli atau pipa-pipa saluran tersumbat.

Karena gerakan piston, maka tekanan dalam crankcase berubah-ubah yang dapat memaksa oli masuk ke ruang pembakaran melalui piston ring. Untuk menghindarkan ini diperlukan breather cap. Disamping itu breather cap juga dapat berfungsi untuk alat penyaring oli. Beberapa hal yang tidak dikehendaki adalah : 1. Adanya air dalam oli yang dapat menyebabkan karat pada bagian-bagian yang bergerak. 2. Pengenceran oli terjadi, yang dapat disebabkan oleh: a. Setelah karburator tidak baik, campuran bahan bakar udara terlalu kaya, bensin masuk dan mengkondensasi dalam mesin. b. Choke ditutup terlalu lama pada waktu start (misalnya pada cuaca dingin di pagi hari). Piston ring rusak menyebabkan bahan bakar masuk ke dalam crankcase dan mengkondensasi. 3. Sisa karbon akhirnya akan mengendap pada bagian atas dari piston, dalam piston ring dan silinder head. Endapan-endapan karbon ini tidak dikehendaki karena: a. Motor menjadi sangat panas. Terjadi pre-ignation. b. Dapat mempercepat kerusakan piston ring atau ring lengket pada groove. c. Partikel-partikel carbon mengotori oli. d. Partikel-partikel masuk di bawah klep, meyebabkan klep macet (lengket) tidak berfungsi. e. Partikel-partikel carbon melekat pada busi atau igniter, sehingga penyundutan bahan bakar gagal. 7. Komponen-komponen sistem pelumasan Komponen-komponen pada sistem pelumasan, yaitu: 1. Pompa oli Pompa oli berfungsi untuk menghisap oli dari oil pan kemudian menekannya ke bagian-bagian mesin. Macam-macam pompa oli: a. Internal gear b. Trochoid

c. External gear 2. Sistem pengatur tekanan oli Ketika pompa oli digerakkan oleh mesin maka tekanan oliakan naik, pada kecepatan tinggi tekanan oli akan berlebihan dan hal ini dapat menyebabkan kebocoran pada seal-seal oli. Untuk mencegah hal ini diperlukan semacam pengatur yang menjaga tekanan oli agar tetap konstan tanpa terpengaruh putaran mesin. Komponen yang melakukan hal ini adalah relief valve. 3. Filter oli Filter oli pada sistem pelumasan berfungsi untuk memisahkan kotorankotoran dari oli. Pada filter oli dipasangkan by passvalve yang berfungsi sebagai saluran alternatif saat filter oli tersumbat. Penggantian filter oli harus memperhatikan kondisi kerja mesin serta lama pengperasiaannya. 4. Lampu tanda tekanan oli Lampu tanda tekanan oli (oil pressure warning lamp) berfungsi untuk memberi peringatan ke pengemudi bahwa sistem pelumasan tidak normal dan dipasang pada blok silinder untuk mendeteksi tekanan pada oil gallery. 5. Nosel oli Nosel oli (oil nozzle) berfungsi untuk mendinginkan bagian dalam piston. Pada oil nozzle terdapat check valve yang berfungsi untuk mencegah tekanan oli dalam sirkuit pelumasan turun terlalu rendah. 6. Pendingin oli Pendingin oli (oil cooler) yang banyak digunakan untuk motor diesel adalah tipe pendingin air. Oli cooler berfungsi untuk mendinginkan oli agar kekentalannya tetap. 8. Cara pelumasan Ada beberapa cara dalam melakukan pelumasan, yaitu: 1. Pelumasan tangan Cara ini sesuai dengan beban ringan, kecepatan rendah, atau kerja yang tidak terus menerus. Kekurangannya adalah bahwa aliran pelumasan tidak selalu tetap, atau pelumasan menjadi tidak teratur.

2. Pelumasan tetes. Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang banyak dan teratur melalui katup jarum. Cara ini untuk beban ringan dan sedang. 3. Pelumasan sumbu. Cara ini menggunakan sebuah sumbu yang dicelupkan pada mangkok minyak sehingga minyak terhisap oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti dalam hal pelumasan tetes. 4. Pelumasan cincin. Menggunakan cincin yang digantungkan pada poros sehingga akan berputar bersama poros sambil mengangkat minyak dari bawah. Cara ini dipakai untuk beban sedang. 5. Pelumasan pompa Pelumasan pompa dipergunakan untuk mengalirkan minyak kedalam bantalan.Cara ini dipakai untuk melumasi bantalan yang sulit letaknya. 6. Pelumasan gravitasi. Pada bantalan diletakkan sebuah tangki, minyak dialirkan oleh gaya beratnya. Cara ini digunakan untuk kecepatan sedang dan tinggi pada kecepatan keliling sebesar 10-15 m/s. 7. Pelumasan celup. Sebagian dari bantalan dicelupkan dalam minyak.Cara ini cocok untuk bantalan dengan poros tegak. Disini perlu diberikan perhatian pada besarnya gaya gesekan, karena tahanan minyak, kenaikan temperature, dan kemungkinan masuknya kotoran dan benda masuk. Dalam memilih bantalan yang akan digunakan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tinggi rendahnya putaran poros. b. Jenis bahan yang dikenakan. c. Besar kecilnya beban yang dikenakan. d. Ketelitian elemen mesin. Kemudahan perawatannya.

9. Sistematik Pelumasan Eretan Pada Mesin Bubut

Suatu mesin dalam melakukan pekerjaannya memerlukan energi dan waktuyang dibutuhkan dalam mengerjakan suatu proses produksi. Pada kesempatan ini penulis ingin membahas dan mengkaji lebih dalam, pada sistematik pelumasan pada eretan mesin bubut. Untuk lebih jelasnya mari kita mengkaji dan meneliti bersama seperti apa sistematik pelumasan pada Eretan Mesin Bubut. Dan bagian-bagian dari eretan mesin bubut antara lain adalah: 1. Meja Mesin ( Bed ) Meja mesin bubut berfungsi sebagai tempat dudukan kepala lepas, eretan, penyangga diam (stedy rest), dan merupakan tumpuan gaya pemakanan waktu pembubutan. Bentuk meja ini bermacam-macam, ada yang datar dan ada yang salahsatu atau kedua sisinya mempunyai ketinggian tertentu. Permukaannya halus dan rata,sehingga gerakan kepala lepas dan lain-lain di atasnya lancar. Bila alas ini kotor atau rusak akan mengakibatkan jalannya eretan tidak lancar sehingga akan diperoleh hasil pembubutan yang tidak baik atau kurang presisi. Dan untuk proses pelumasannya dengan teknik pelumasan siram atau teknik pelumasan semir, dengan cara disemprot dengan oli pelapis anti karat. 2. Eretan (Carriage) Eretan terdiri atas eretan memanjang ( longitudinal carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang ( crosscarriage ) yang bergerak melintang alas mesin, dan eretan atas ( top carriage ) yang bergerak sesuai dengan posisi

penyetelan di atas eretan melintang. Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakananyang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur denganketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semuaeretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun manual. Pada eretan teknik pelumasan dengan cara pelumasan teknik tkan atau dengan sistem hidrolik pada tuas pemompa oli atau pelumas kesela-sela antara meja dengan eretan. Mengapadigunakan sistem pelumasan seperti ini, agar proses pelumasan lebih cepat, praktis,dan dapat menjangkau bagian yang sempit seperti poros transportir penggerak maju mundur eretan pada saat digunakan.mesin dan eretan atas (top carriage) yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan di atas eretan melintang. Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakananyang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur denganketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semuaeretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun manual. Pada eretan teknik pelumasan dengan cara pelumasan teknik tkan atau dengan sistem hidrolik pada tuas pemompa oli atau pelumas kesela-sela antara meja dengan eretan. Mengapadigunakan sistem pelumasan seperti ini, agar proses pelumasan lebih cepat, praktis,dan dapay menjangkau bagian yang sempit seperti poros transportir penggerak majumundur eretan pada saat digunakan. 3. Kepala Lepas ( Tail Stock ) Kepala lepas sebagaimana digunakan untuk dudukan senter putar sebagai pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai tirus, dan cekam bor sebagai menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser sepanjang alas mesin, porosnya berlubang tirus sehingga memudahkan tangkai bor untuk dijepit. Tinggi kepala lepassama dengan tinggi senter tetap. Kepala lepas ini terdiri dari dua bagian yaitu alas dan badan, yang diikat dengan 2 baut pengikat (A) yang terpasang pada kedua sisi alas.Kepala lepas sekaligus berfungsi untuk pengatur pergeseran badan kepala lepas untuk keperluan agar dudukan senter putar sepusat dengan senter tetap atau sumbu mesin atau tidak sepusat yaitu pada waktu membubut tirus di antara dua senter. Selain roda pemutar (B), kepala lepas juga terdapat dua lagi lengan pengikat yang satu (C)dihubungkan dengan alas yang

dipasang mur, di mana fungsinya untuk mengikatkepala lepas terhadap alas mesin agar tidak terjadi pergerakan kepala lepas darikedudukannya. Sedangkan yang satunya (D) dipasang pada sisi tabung luncur/rumahsenter putar, bila dikencangkan berfungsi agar tidak terjadi pergerakan longitudinalsewaktu membubut. Pada sistem pelumasan pada Tail Stok menggunakan sistem pelumasan tekan, yang cara pelumasannya oli dimasukkan dan ditekan pada baut penyetel maju mundur, yang berada pada samping tuas pengunci, dibawah ini adalahfoto dari Tail Stok / Kepala Lepas.

4.Penjepit Pahat (Tools Post ) Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat, yang bentuknya ada beberapa macam. Jenis ini sangat praktis dan dapat menjepit pahat 4 (empat) buah sekaligus sehingga dalamsuatu pengerjaan bila memerlukan 4 (empat) macam pahat dapat dipasang dan disetel sekaligus. Untuk penjepit pahat menggunakan teknik pelumasan eles atau siram dengan alat kuas atau semprotan oli. 5.Eretan Atas Eretan atas berfungsi sebagai dudukan penjepit pahat yang sekaligus berfungsi untuk mengatur besaran majunya pahat pada proses pembubutan ulir, alur, tirus, champer (pingul) dan lain-lain yang ketelitiannya bisa mencapai 0,01

mm. Eretan ini tidak dapat dijalankan secara otomatis, melainkan hanya dengan cara manual. Kedudukannya dapat diatur dengan memutarnya sampai posisi 360, biasanya digunakan untuk membubut tirus dan pembubutan ulir dengan pemakanan menggunakan eretan atas. 6. Eretan Lintang Eretan lintang berfungsi untuk menggerakkan pahat melintang alas mesin atau arah ke depan atau ke belakang posisi operator yaitu dalam pemakanan benda kerja. Pada roda eretan ini juga terdapat dial pengukur untuk mengetahui berapa panjang langkah gerakan maju atau mundurnya pahat. Perawatan yang hati-hati dan benar sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pabrik pembuat mesin akan dapat menambah umur produktifitas mesin dan akanmeningkatkan produktifitas serta efisiensi mesin.pelumasan harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan baik mengenai cara pelumasan,waktu pelumasan dan jenis minyak pelumas yang digunakan.Untuk perawatan mesin-mesin perkakas yang presisi dan dioperasikan dengansecara terus menerus pelumasan harus dilakukan secara teratur dan kunatitasnya diperbanyak. juga mesin-mesin yang dioperasikan kadang-kadang melebihi kemampuanya harus dilakukan perawatan yang lebih intensif dan diperiksa secaraberkesinambungan.untuk jenis pekerjaan yang dilakukan oleh mesin tersebut makapelumasan menjadi hal yang sangat penting dan sangat utama. Pengantian oli pelumas mesin tidak dapat dipastikan sama untuk semua mesin karena tergantung dari jenis mesin, beban kerjanya, jenis bahan pembuat mesin dan faktor lainnya. Untuk mesin bubut disarankan sebagai berikut: a. Untuk mesin baru dilakukan pengantian oli setelah mesin beroperasi selama 500 jam kerja, b. Untuk mesin-mesin yang sudah lama dioperasikan pengantian oli pelumas mesin setelahmesin bekerja selama 10 bulan operasi. Mesin-mesin yang mempunyai tingkat kerumitan perawatan yang sama, harus dibagi merata selarna setahun, untuk menghindari beban kerja perawatan yang tidak merata. Jumlah jam kerja orang (man hour) setiap bulannya harus seimbang, dan sesuai dengan. waktu kerja dari perusahaan secara keseluruhan sehingga tidak

terjadi kelebihan waktu kerja (over time) yang seharusnya tidak usah terjadi. Jadwal perawatan mesin harus dibagi menjadi jadwal perawatan mesin jangka pendek, jangka menengah dan jadwal perawatan mesin jangka panjang.. Jadwal perawatan mesin jangka pendek adalah jadwal perawatan mesin harian yang berupa pelumasan pada waktu-mesin dan pelumasan mesin pada waktu mesin selesai dipakai. Perawatan ini dapat dilaksanakan oleh operator dari mesin yang bersangkutan. Petunjuk-petunjuk tentang perawatan ini harus dijelaskan dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan pernberian pelumas. Simbol-simbol pelumasan harus ditempelkan di dekat mesin tersebut. Untuk mesin-mesin dengan pelumasan otomatis atau dengan pelumasan sentral, harus diberikan petunjuk untuk melaksanakan pelumasan tersebut. Jadwal perawatan mesin jangka sedang adalah perawatan mesin bulanan yang disusun dari jadwal perawatan mesin tahunan yang dalarn penyusunannya harus disesuaikan dengan jadwal operasi produksi pada bulan yang bersangkutan, sehingga tidak terjadi bentrokan. Jadwal perawatan bulanan merencanakan kapan; berapa lama dan berapa hari perawatan tersebut akan dilaksanakan sehingga jam kerja orang (man hour) untuk kegiatan perawatan tersebut dapat direncanakan. Jadwal perawatan mesin jangka sedang juga berupa perneriksaan kualitas dan tingkat pelumasan seluruh mesin yang berupa penambahan, perbaikan dan pemeriksaan tingkat pelumasan dan kebersihan peluncur-peluncur.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelumas merupakan zat cair yang mempunyai kekentalan tinggi yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak bumi. 2. Kegiatan pelumasan merupakan kegiatan pemberian pelumas pada alat atau mesin yang bergerak atau bergesekan dengan bagian mesin yang lain agar kinerjanya tetap baik. 3. Tujuan utama dari pelumasan setiap peralatan mekanis adalah untuk mengurangi gesekan, keausan dan kehilangan daya. Tujuan lain pelumasan pada motor bakar adalah : - Menyerap dan memindahkan panas - Sebagai penyekat lobang antara torak dan silinder sehingga tekanan tidak bocor dari ruang pembakaran. - Sebagai bantalan untuk meredam suara berisik dari bagian-bagian yang bergerak. 4. Fungsi utama dari pelumasan yaitu: - Mengurangi gesekan - Mengurangi keausan - Mengurangi panas - Mencegah karat - Sebagai pendingin ( coolant ) - Sebagai pembersih ( cleaner ) - Sebagai penyekat ( sealing ) - Sebagai penghantar panas - Sebagai peredam suara 5. Syarat dan sifat pelumas - Syarat pelumas - Sifat pelumas

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan penulis sendiri. Kami mengharapkan saran ataupun kritik yang membangun supaya kami lebih baik lagi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Agam dan Tony Priambodo. 2011. Laporan Teknik Perawatan Tentang Mesin Bubut. Semarang: Politeknik Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai