Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL BLOK XVIII MATA SKENARIO 3

MATA MERAH DISERTAI VISUS TURUN

Oleh Kelompok 12: 1. Agil Wahyu Wicaksono 2. Amelia Yunita 3. Ayu Wening Tyas PS 4. Delia Intan Iswari 5. Faisal Hafidz 6. Ivan Aristo 7. Magdalena Wibawati 8. Rio Nanda P. 9. Syifa Marhattya Rizky 10. Yudhistira Pemana ( G0010008 ) ( G0010016 ) ( G0010036 ) ( G0010052 ) ( G0010076 ) ( G0010104 ) ( G0010120 ) ( G0010162 ) ( G0010184 ) ( G0010200 )

Tutor: dr. Yoseph Indrayanto, SH, MS, Sp. And

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit mata sering diklasifikasikan menjadi 3 bagian besar, yaitu mata tenang (normal) tetapi visusnya turun (dibawah 6/6 atau 5/5 sebagai nilai normal), mata merah tetapi visusnya normal, dan mata merah disertai visus menurun. Skenario di bawah ini merupakan salah satu contoh kelainan mata dimana mata penderita merah dan visusnya turun. Pada saat dr. Ali jaga, terdapat pasien, Bapak Joko, usia 34 tahun, mengeluhkan mata kiri merah sejak 1 hari yang lalu. Juga mengeluhkan cekot cekot, pandangan kabur dan silau. Pada pemeriksaan didapatkan VOS 5/60, uji pinhole tidak maju, kelopak bengkak dan spasme, konjungtiva bulbi injeksi, kornea tampak tidak jernih. Setelah melakukan pemeriksaan lanjut, diagnosis dan terapi, dr Ali merujuk ke spesialis mata RSUD Dr Muwardi.

1.2 Permasalahan Utama 1. Anatomi, Histologi dan Fisiologi dari kornea dan iris. 2. Mekanisme terjadinya gejala dan tanda (symptoms and signs) yang dikeluhkan oleh Bapak Joko. 3. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis. 4. Differential diagnosis dari gejala di atas sekaligus komplikasi dari setiap differential diagnosis tersebut. 5. Terapi awal yang diberikan dr. Ali

1.3 Tujuan
1. Mengetahui struktur, baik secara makroskopik dan mikroskopik, serta fungsi dari kornea dan iris. 2. Mengetahui perjalanan penyakit yang diderita pasien serta komplikasinya. Juga termasuk perjalanan penyakit yang mirip gejalanya dengan penyakit yang diderita pasien. 3. Mengetahui tatalaksana penyakit yang diderita pasien.

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Mata Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari paling luar ke paling dalam. Lapisan-lapisan itu adalah sclera/kornea, koroid/badansiliaris/iris, dan retina. Mata menangkap pola iluminasi dalam lingkungna sebagai gambaranoptic pada sebuah lapisan selsel peka cahaya yaitu retina, seperti sebuah kamera menangkap bayangan pada film. Seperti film yang dapat dicuci cetak untuk menghasilkan gambar yangmirip dengan bayangan asli, demikian juga citra yang dikode diretina disalurkan melaluiserangkaian pengolahan visual yang semakin kompleks setiap langkahnya sampai akhirnyasecara sadar dipersepsikan sebagai gambar

yang mirip dengan gambar asli.

2.2 Anatomi Dan Fisiologi Kornea Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput matayang tembus cahaya. Kornea transparan (jernih), bentuknya hampir sebagian lingkarandengan diameter vertical 10-11mm dan horizontal 11-12mm, tebal 0,6-1mm terdiri 5 lapis.Kemudian indeks bias 1,375 dengan kekutan pembiasan 80%. Sifat kornea yang dapatditembus cahaya ini disebabkan oleh struktur kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesensatau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea, yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat 3aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripadaepitel dalam mencegah dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih beratdaripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat transparanhilang dan edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokalsesaat karena akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel.Kornea dipersarafi oleh banyak serat saraf sensoris terutama saraf siliaris longus,

saraf nasosiliaris, saraf ke V saraf siliaris longus berjalan supra koroid , masuk kedalam stromakornea, menembus membrane bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapisepitel dipersarafi sampai kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan

didaerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong didaerahlimbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel

akanmengakibatkan system pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadiedema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi. Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis: 1. Epitel Bentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bersifat fat soluble substance. Ujung saraf kornea berakhir di epitel oleh karena itu kelaianan pada epitel akanmenyebabkan gangguan sensibilatas korena dan rasa sakit dan mengganjal. Daya regenerasi cukup besar, perbaikan dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut. Tebalnya 50um, terdiri atas sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpangtindih;satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel batang sering terlihat mitosis sel , dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayapdan semakin maju kedepan menjaid sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;ikatan ini mengham0bat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yangmerupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat eratkepadanya . Bila terjadi gangguan akan menjadi erosi rekuren. epitel berasal dari ektoderm permukaan. 2. Membrana Bowman Terletak di bawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagenyang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.Mempertahankan bentuk kornea Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.Kerusakan akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut. 3. Stroma Lapisan yang paling tebal dari kornea. Bersifat water soluble substance .Terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun atas lamel-lamel, pada permukaan terlihatanyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen bercabang. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air, kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endoteldan penguapan oleh sel epitel. Gangguan dari susunan serat kornea terlihat keruh.Terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadangsampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel

stroma kornea yang merupakan fibroblastterletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar danserat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membrana Descement Lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat dan tidak berstruktur dan beningterletak dibawah stroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah. Merupakan membrane selular dan merupakan batas belakang stroma kornea

2.3 Diagnosis Banding a. Glaukoma Akut Definisi Penyakit mata yang disebabkan peningkatan tekana intraokuler yang mendadak sangat tinggi. Etiologi Primer memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata Sekunder akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak disebabkan oleh penyebab primer, menyerang pasien usia 40 tahun ke atas. Faktor Predisposisi Pada bentuk primer factor predisposisinya berupa pemakaian obat-obat midriatik,berdiam lama ditempak gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subuksasi lensa, katarak intumesen atau hipermatur, uveitis dengan subluksio/oklusio pupil, dan iris bombe, atau pascabedah intraokuler. Manifestasi Klinis Rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala disertai mual muntah, mata merah, dan bengkak, tajam penglihatan sangat menurun, dan melihat lingkaran-lingkaran seperti pelangi. Pada pemeriksaan dengan lampu senter terlihhat onjeksi konjunctiva, injeksi siliar, kornea suram karena sembab, reaksi pupil hilang atau

melambat, kadang pupil midriasis, kedua bilik mata depan tampak dangkal pada bentuk primer, sedangakan pada bentuk sekunder dijumapi penyakit penyebabnya. Fundoskopi sukar dilaukan karena terdapat kekeruhan pada media refrakta. Pada perabaan, bola mata yang sakit teraba lebih keras disbanding bola mata sebelahnya. Pemeriksaan Penunjang Pengukuran dnegan tonometri Schiotz memnunjukkan tekanan. Perimetri, gonioskopi, dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang. Komplikasi Kebutaan Penatalaksanaan Tekanan Intraokular harus segera diturunkan dengan memberikan asetazolamid 500 mg dilanjutkan 4 x 250 mg, solusiogliserin 50% 4 x 100150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergic 0,25-0,5 % 2 x 1 dan KCL 3 x 0,5 g. diberikan juga obat tetes mata kortikosteroid dan antibiotic untuk mengurangi reaksi inflamasi. Untuk bentuk yang primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2 % tiap 30 menit 1 jam pada mata yang terken serangan, dan 3x 1 tetes pada mata sebelahnya. Bila perlu diberikan aalgesik antiemetik. Penderitadirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi TIO dan keadaan matanya. Bila TIO tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya diberikan infusmanitol 20% 300-500ml/60 tetes/menit. Bila jelas menurun, operasi ditunda sampai mata tenang dengan tetap memantau TIO. Jenis operasi, iridektomi dan filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan gonioskopi setelah pengobatan medikamentosa. Selain pencegahan juag dilakukan iridektomi pada mata sebelahnya. Pada bentuk sekunder harus dicari penyebabnya dan diberi pengobatan yang sesuai. Dilakukan operasi hanya sesuai penybabnya, misalnya bila

karena hifema lakukan parasintesis, pada kelainan lensa lakukan ekstraksi lensa dan pada uveitis dilakukan iridektomi atau operasi filtrasi.

b. Uveitis Anterior Definisi Peradangan pada jaringan anterior uvea (iris dan badan siliaris), terjadi mendadak, biasanya berjalan 6-8 minggu. Etiologi Eksogen trauma uvea, invasi mikroorganisme. Endogen idiopati, autoimun, keganasan, mikroorganisme yang telah ada dalam tubuh pasien (contoh : TBC,herpes simpleks, dll). Patofisiologi Proses imunologi yang menghasilkan sel-sel radang yang merusak jaringan sekitar uvea. Manifestasi Klinis Fotofobia, sakit, mata merah, sukar melihat dekat, dan proses lakrimasi pada penderita akut. Bila kronik, mata akan menjadi putih dengan gejala ringan walau dengan inflamasi berat. Komplikasi Sinekia posterior dan sinekia anterior dan dapat mengakibatkan glaucoma sekunder. Dapat pula terjadi uveitis simpatis. Pemakaian steroid jangka panjang juga harus diperhatikan. Penatalaksanaan Harus segera ditangani untuk mencegah kebutaan, penggunaan steroid tetes matapada siang hari dan salep pada malam hari. Dapat digunakan dexamethason, betamethason, dan prednisolon 1tetes tiap 5 menit, kemudian dosis diturunkan hingga per hari. Dapat juga digunakan steroid sistemik. Untuk mengurangi rasa sakit, melepas sinekia, dan mengistirahatkan iris yang meradang, diberikan sikloegik. Setelah infeksi fokal, penyakit yang mendasari, atau kuman penyebab diketahui, diberikan pengobatan sistemik.

c. Ulkus Kornea Definisi Hilangnya sebagian permukaan krnea akibat kematian jaringan kornea. Etiologi Bakteri, jamur, Achantamoeba (biasanya berasal dari cairan pencuci lensa kontak), dan Herpes Simpleks. Manifestasi Klinis Mata merah, sakit ringan hingga berat, fotophobia, penglihatan menurun, kadang kotor. Pada pemeriksaan terlihat kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel. Iris sukar dilihat akibat edema kornea, lipatan descemet, reaksi jaringan uvea berupa flare, hipopion, hifema, dan sinekia posterior. Bila disebabkan oleh jamur, maka infiltrate akan berwarna abu-abu dikelilingi infiltrate halus disekitarnya (fenomena satelit). Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan sediaan langsung dan pemeriksaan jamur dengan sediaan hapus KOH. Diagnosis Banding Keratomalasia, tukak hipersenditif Stafilokok, dan infiltrate sisa benda asing. Penatalaksanaan Pengobatan bertujuan untuk menghalangi hidup bakteri dengan antibiotic dan untuk mengurangi reaksi radang dengan steroid. Diberikan siklopegik serta antibiotic topical dan subkonjunctiva yang sesuai. Pasien dirawat bila terancam perforasi, tidak dapat member obat sendiri, dan bila penyakit berat sehingga diperlukan obat sistemik. Mata tidak boleh dibebat, dan pembersihan secret dilakukan 4 kali sehari, dan berhati-hati dengan glaucoma sekunder. Pengobatan dihentikan bila terjadi epiteisasi dan mata terlihat tenang. Bila penyebabnya pseudomonas pengobatan harus ditambah 1-2 minggu. Untuk Keratitis herpetic dilakukan debridement epitel dengan aplikator kapas, siklopegik atropine 1% dan dibalut tekan. Antivira topical untuk mempercepat penyembuhan(Asiklovir IV atau oral 5 x 800 mg dalam waktu

72 jam setelah terjadi gejala kulit untuk 10-14 hari. Bila perlu diberikan analgesic dan kortikosteroid topical. Bila dsebabkan Achanthomoeba, selain debrimen epitel, diberikan

topical propamidin isetionat 1 % dan neomisin tetesm atau poliheksametilen biguanid 0,01-0,02% atau golongan imidazol.

d. Keratitis Definisi Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut jugakeratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma (Ilyas, 2006) Etiologi dan faktor pencetus Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex tipe 1. Selain itu penyebab lain adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik (Mansjoer, 2001). Tanda dan Gejala Umum Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltratdapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut (sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma. Adapun gejala umum adalah : 1. Keluar air mata yang berlebihan 2. Nyeri 3. Penurunan tajam penglihatan 4. Radang pada kelopak mata (bengkak, merah) 5. Mata merah

6. Sensitif terhadap cahaya (Mansjoer, 2001). Klasifikasi Keratitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang terkena : yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bowman dan keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma.Bentukbentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah (Ilyas, 2006): 1. Keratitis punctata superfisialis Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh sindrom dry eye, blefaritis, keratopati logaftalmus, keracunan obat topical, sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan pemakaian lensa kontak. 2. Keratitis flikten Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untukmenyerang kornea. 3. Keratitissika Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimaleatau sel goblet yang berada di konjungtiva. 4. Keratitis lepra Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut jugakeratitis neuroparalitik. 5. Keratitis nummularis Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan banyakdidapatkan pada petani. Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah : a. Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital b. Keratitissklerotikans. Patofisiologi Gejala Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru

kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari selsel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea (Vaughan,2009).Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresiiris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadipada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. Fotofobia, yang berat pada kebanyakan penyakitkornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berair mata dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen (Vaughan, 2009).Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan, terutama kalau letaknya di pusat(Vaughan, 2009).

e. Erosi Kornea Etiologi Erosi kornea dapat disebabkan karena adanya benda asing di dalam mata, adanya usaha untuk mengeluarkan atau menarik benda asing tersebut misalnya dengan jari kuku, atau melalui mekanisme non-kontak seperti pada pekerja yang terkena percikan api alat las. Pada kondisi ini, pasien memerlukan intervensi karena adanya rasa nyeri yang ditimbulkan. Pada erosi kornea, sel epitel yang melapisi kornea dapat hilang sebagian atau hilang total.

Gejala Nyeri (pada beberapaa kasus dapat disertai sensasi adanya benda asing, iritasi, atau mata kering) Pandangan kabur Fotofobia Lakrimasi

Pemeriksaan Tes fluorescein untuk membuktikan adanya defek epitel. Bila terdapat edema maka defek akan terlihat setelah beberapa jam. Penatalaksanaan Tujuan dari penatalaksanaan pada erosi kornea adalah untuk re-epitelisasi. Salep antibiotik, untuk menghindari infeksi Kortikoseroid tetes, untuk mengatasi inflamasi dan membantu

metabolisme kornea Siklopegik tetes, untuk mengurangi rasa nyeri.

BAB III PEMBAHASAN

Bapak joko berumur 34 tahun mengalami mata merah disertai visus turun. Mata pada umunya adalah berwarna putih.Mata merah adalah suatu mekanisme dimana terjadi pecahnya pembuluh darah sklera atau juga bisa karena vasodiltasi pembuluh darah sklera , sehingga sklera akan terlihat berwarna merah. Penyebabnya bisa bermacam-macam yakni trauma , infeksi seperti keratitis,konjungtivitis atau iridosiklitis. Pecahnya pembuluh darah mata misalnya akibat trauma maka akan menyebabkan mata menjadi merah, dan darah akan tertimbun dibawah jaringan konjungtiva(perdarahan

subkonjungtiva). Penatalaksanaan dari perdarahan subkonjungtiva adalah akut diberikan kompres dengan air dingin, untuk yang kronis diberikan kompres dengan air hangat. Patofisiologi dari perjalanan penyakit , terjadinya dilatasi pembuluh darah yang akan menyebabkan gejala hiperemia silier Peningkatan permeabilitas silier akan menyebabkan eksudasi ke dalam aquos humor, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi protein dan juga fibrin. Terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah akan menyebabkan iris edema. Selain itu juga mempengaruhi pada refleks pupil menurun, sehingga terjadinya miosis pada pupil. Miosis terus menerus pada pupil menyebabkan refleks silau. Sel-sel radang , fibrin dapat menyebabkan iris melekat pada lensa sehingga terjadi sinektia anterior. Timbunan dari fibrin menyebabkan fibroblas menutup pupil terjadilah seklusio pupil/oklusio pupil. Cairan pada Camera Oculi posterior tidak mengalir sehingga terjadi pembesaran iris atau bisa disebut iris bomb. Tidak mengalirnya cairan dengan baik akan menyebabkan peningkatan pada tekanan intraokuler sehingga terjadilah glaukoma sekunder.Peningkatan tekanan intraokuler akan menimbulkan rasa cekot-cekot yang berdenyut. Pandangan kabur yang dialami oleh pasien disebabkan karena kornea tidak jernih. Pada pemeriksaan VOS 5/60 menunujukkan terjadi penurunan visus dimana visus mata normal adalah 6/6 atau 5/5. Disertai juga pinhole tidak maju , uji

pinhole tidak maju menunjukkan kalau mata pasien tidak terjadi kelainan refraksi pada mata. Sehingga penurunan visusnya disebabkan oleh hal lain , bisa kelainan di kornea atau kelainan di retina. . Penurunan visus yang mendadak , yakni satu hari yang lalu merupakan salah satu komplikasi dari glaukoma akut. Perjalanan penyakit infeksi lain akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menimbulkan komplikasi penurunan visus. Sifat-sifat injeksi konjungtival antara lain; Mudah digerakkan dari dasarnya disebabkan arteri conjungtiva posterior melekat secara longgar pada conjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari dasarnya sclera Pada konjungtivitis pembuluh darah ini terutama didapatkan di daerah forniks Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena asalnya dari bagian perifer atau arteri ciliaris anterior Pembuluh darah berwarna merah segar Pembuluh darah akan lenyap bila ditetesi adrenalin 1:1000 Gatal Tidak ada fotofobia Pupil ukuran normal dengan reaksi normal Spasme adalah keadaan dimana terjadi kontraksi orbikularis okuli, yaitu otot-otot di sekitar mata tanpa disadari. Infeksi mengenai pada konjungtiva bulbi kemudian menjalar ke superir ke fornix menuju ke ke kelopak mata. Sehingga kelopak mata bengkak , bengkak merupakan tanda dari inflamasi. Infeksi juga mengenai salah satu nervus yang mempersarafi dari wajah yakni nervus facialis, sehingga akan terjadi mekanisme kontraksi dari musculus orbicularis oculi yang tanpa disadari. Injeksi konjungtival merupakan pelebaran pembuluh darah arteri conjungtiva posterior dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva. Kornea mata tidak jernih menunjukkan suatu kelainan yang dapat timbul , Sebab pada umumnya warna dari kornea jernih . Penyebabnya anatara lain adalah : Neovaskularisasi

Pada keadaan normal, pembuluh darah conjungtiva tidak akan melalui limbus. Setiap pembuluh darah yang melalui limbus harus dianggap neovaskularisasi dari cornea. Bila neovaskulariasi ringan , tidak akan timbul banyak peruahan , tetapi bila neovaskularisasi tebal , akan menganggu kejernihan dari cornea. Cairan yang meningkat (udem cornea) Tertimbunya cairan di dalam cornea akan menyebabkan udem dari cornea. Keratitis akan terbentuk invasi sel-sel, terbentuk infiltrat/ radang cornea. Apabila invasi sel-sel radang ini disertai dari peningkatan cairan maka akan tampak kornea tidak jernih. Perubahan susunan jaringan Adanya sel-sel radang ( keratitis) Menempelnya benda asing

Dr Aji memberikan terapi pendahuluan kepada pasien yang diderita, terapi pendahuluan yang biasa diberikan adalah berupa terapi tetes mata kortikosteroid, dan juga obat tetes mata yang bersifat miotikum. Golongan parasimpatomimetik misalnya adalah fisostigmin yang berfungsi untuk miosis sehingga kanalis schelmnyua terbuka. Terapi ini bersifat mengurangi derajat dari glaukoma akut. Pasien dirujuk ke spesialis mata karena untuk pemeriksaan lebih lanjut karena di poli mata memiliki alat yang lebih lengkap misal tonometer scfhiotz yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat takanan intraokuler.

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN Berdasarkan gejala yang ditimbulkan seperti mata merah, visus turun, kelopak mata bengkak dan spame, konjungtiva bulbi injeksi, kornea tampak tidak jernih dan uji pinhole tidak maju berarti terdapat kerusakan ataupun kelainan pada media refrakta. Media refrakta yang mengalami kerusakan atau kelainan pada skenario ini adalah pada kornea dan tunika uvea (pada bagian iris)penderita dan kemungkinan penyakit yang diderita pasien adalah glaucoma akut. Namun, untuk menentukan diagnosis yang tepat diperlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut.

4.2 Saran 1 2 Pasien disarankan untuk pergi ke dokter spesialis mata. Sebaiknya pasien tidak melakukan aktivitas di tempat yang kurang penerangan, karena akan mempengaruhi kerja pupil. 3 Sebaiknya pemeriksaan lebih lanjut dilakukan oleh pasien agar mengetahui diagnosis pasti dari oenyakitnya agar dapat diberikan terapi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA Gray, Henry. 2008. Gray's Anatomy of the Human Body 39th edition. Philadelphia : Churchill Livingstone.

Junqueira, L. Carlos. 1997. Histologi Dasar Edisi Kedelapan. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

.Sunaryo.2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 6 . Jakarta : FKUI

Ilyas, Sidarta. 2008. IlmuPenyakit Mata.Jakarta :BalaiPenerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, et al. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.

Voughan & Asbury. 2010. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai