Anda di halaman 1dari 6

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS RESPON BENCANA BANJIR

Trias Nirmalawati (11029068) Eka Rizki Apri Utami (11029074)

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Jalan Prof. Dr. Soepomo, S. H, Janturan, Umbulharjo, Yogyakarta 55164

ABSTRAK Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negaranegara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Banjir juga mengandung potensi yang merugikan sehubungan dengan terdapatnya ancaman berupa genangan banjir yang dapat menimbulkan kerusakan dan bencana. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan di dataran banjir maka potensi terjadinya kerusakan dan bencana tersebut mengalami peningkatan pula dari waktu ke waktu. Kata kunci: Lingkungan, Pengelolaan lingkungan, Respon bencana.

LATAR BELAKANG Manfaat yang kita peroleh dari Bumi sangatlah banyak. Lingkungan alam (ekosistem dalam pengertian yang lebih sempit) menyediakan berbagai fungsi. Fungsi ekosistem ini dapat dikelompokkan secara garis besar sebagai fungsi penyediaan, fungsi pengaturan, fungsi pendukung, fungsi kebudayaan. Semua fungsi ekosistem ini tidak hanya memberikan keuntungan langsung kepada manusia, tapi juga memberikan manfaat tidak langsung dengan mendukung dan meningkatkan sumberdaya alam berdasarkan pada basis aktifitas mata pencaharian dan kegiatan ekonomi.

Berbagai kasus kerusakan lingkungan yang terjadi baik dalam lingkup nasional maupun global, jika dicermati, sebenarnya berakar dari cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam lingkungannya.Perilaku manusia yang kurang atau tidak bertanggungjawab terhadaplingkungannya telah mengakibatkan terjadinya berbagai macam kerusakan lingkungan. Indikator terjadinya kerusakan lingkungan terutama yang berkaitan dengan sumberdaya lahan, air, udara dan atmosfer sudah cukup nyata dan dirasakan oleh penduduk bumi. Banjir tahunan yang semakin besar dan meluas, erosi dan pencemaran air sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan air yang berakibat kelaparan di beberapa daerah dan negara di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin, merupakan realitas yang sudah, sedang dan akan dirasakan oleh penduduk bumi. Polusi air dan udara, perubahan iklim yang mengaki batkan terjadinya musim hujan dan kemarau yang menyimpang, mencairnya salju di wilayah kutub utara dan selatan yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut hingga menenggelamkan beberapa wilayah pantai dan pulau, kerusakan dan kepunahan spesies tumbuhan dan hewan, ledakan hama dan penyakit, serta krisis pangandan energi merupakan kejadian yang yang terkait erat dengan kerusakan lingkungan. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab Negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Upaya perlindungan lingkungan dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan, baik berupa kriteria kualitas lingkungan (ambient) maupun kualitas buangan atau limbah (effluent). Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsure lingkungan hidup. Baku mutu sebagai tolok ukur untuk menetapkan apakah lingkungan telah rusak atau apakah suatu kegiatan telah merusak lingkunganperlu dilaksanakan dan diacu dalam kegiatan pembangunan nasional. Baku mutu lingkungan dapat berbeda untuk setiap wilayah atau waktu yang berbeda mengingat adanya perbedaan kondisi lingkungan, tata ruang dan teknologi. Fenomena alam merupakan kejadian alami yang membahayakan manusia dan memiliki potensi menyebabkan kerusakan. Contoh dari fenomena alami adalah seperti kekeringan, kebakaran hutan, puting beling, topan, gampa bumi dan tsunami. Fenomena alam seperti ini tidak bisa dicegah tapi dapat diperkirakan. Bencana alam adalah ketika fenomena alam yang terjadi menyebabkan kematian dalam jumlah besar, bergeser atau rusaknya kehidupan manusia dan ekosistem. Penerapan berbagai langkah perlindungan dapat mencegah atau mengurangi dampak dari bancana alam. Oleh kerena itu, bencana alam dapat dikurangi atau dicegah. Berbagai elemen seperti faktor sosial, lingkungan, ekonomi dan infrastruktur mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam menanggulangi bencana. Kekuatan merusak dari suatu fenomena alam adalah tetap (oleh karenanya, kita tidak dapat merubah suatu

kejadian alam). Karena sifatnya yang tetap, untuk mengurangi resiko yang terjadi, seluruh komponen yang rawan/rentan haruslah dikurangi. Memperisapkan diri terhadap bencana alam adalah berkaitan dengan pengurangan kerentanan. Berbagai faktor geografis, geologis, dan demografis sangat mempengaruhi kondisi wilayah Indonesia sehingga frekuensi bencana alam sangat tinggi. Selain itu kurangnya pengalaman, sumber daya manusia yang memadai dan anggaran merupakan salah satu faktor lambatnya pengurangan kerentanan bencana di Indonesia. Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) yang bergerak dari potensi ke tahap yang aktif, dan sebagai hailnya akan mempengaruhi kegiatan manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabbkan kerugiaan dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai keatian. Kerugian yang dihasilkan tergantung kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah alam juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability)yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.

TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menggali respon dan upaya yang dilakukan masyarakat setempat dalam menghadapi bencana. 2. Menggali respon dan upaya yang dilakukan masyarakat setempat dalam menghadapi penurunan kualitas lingkungan akibat bencana.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: 1. Studi literatur terkait referensi pengetahuan linkungan, pengelolaan lingkungan dan respon bencana. 2. Observasi merupakan studi lapangan yang dilakukan untuk pencarian dan pengumpulan data spatial untuk berbagai bencana alam yang ada di Yogyakarta.

HASIL Manusia dengan lingkungannya merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan. Karena kedua hubungan tersebut saling pengaruh dan mempengaruhi (Natsir;1986). Tingkah laku manusia selalu mempengaruhi keharmonisan dan keseimbangan lingkungan. Manusia yang mampu memelihara lingkungan dengan baik adalah manusia yang mampu mempergunakan alam sekitarnya guna memenuhi kebutuhan materinya secara wajar, sehingga kualitas lingkungan dapat dijaga dan ditingkatkan sekaligus memberikan manfaat kepada manusia. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Lingkungan antara lain : a) Faktor Ketidaktahuan Ketidaktahuan adalah berlawanan dengan ke tahuan. Menurut Suriasumantri (1987) pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, rasa ingin tahu merupakan sarana untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin. Manusia tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi mampu menalar, artinya dapat berpikir secara logis dan analitis. Kemampuan menalar manusia menyebabkan ia mampu mengembangkan pengetahuannya. b) Faktor Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kemiskinan dianggap sebagai peristiwa sosio ekonomi dimana sumber daya yang ada digunakan untuk memuaskan keinginan yang sedikit, sedangkan yang banyak tidak dapat memenuhi kebuutuhan ppokoknya sendiri. Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang paling berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas penduduk Indonesia, disamping faktor lain seperti tingkat produktivitas, pendidikan, kesehatan dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Penyebab kemiskinan pertambahan penduduk dan tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup. c) Faktor Kemanusiaan Manusia adalah mahluk yang berakal budi. Manusia mempunyai kemampuan atau keterampilan untuk memciptakan sebuah dunia baru. Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar lingkungannya. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, ia juga mengusahakan sumber daya alam lingkungannya untuk mempertahankan keturunannya, dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia bersama dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu ekosistem. Didalam suatu ekosistem, kedudukan manusia adalah sebagai bagian dari unsur lain yang mungkin tidak terpisahkan. Karena itu seperti dengan organisme lain, kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Untuk menjaga ekosistem, faktor manusia adalah sangat dominan. Manusia harus dapat menjaga keserasian hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya sehingga keseimbangan ekosistem tidak terganggu. d) Faktor Gaya Hidup

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi informasi serta Komunikasi yang sangat cepat, sudah tentu berpengaruh pula terhadap gaya hidup manusia. Perubahan gaya hidup ini adalah suatu hal yang wajar apabila Iptek yang diserapnya memberikan perubahan kearah yang positif dan diterima oleh lingkungan dimana individu/manusia itu berada. Namun, hendaknya sebagai manusia yang selalu dipengaruhi oleh Iptek dan Teknologi Informasi serta komunikasi perlu memiliki kebijakan dan kearifan dalam menghadapi kecanggihan Iptek dan teknologi informasi tersebut. Salah satu cara terbaru, dengan biaya cukup murah, untuk mengatasi banjir ini adalah dengan mebuat lubang resapan Biopori di dalam tanah. Biopori sendiri merupakan pori-pori berbentuk lubang (terowongan ) yang terbentuk oleh aktivitas organisme tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Dengan kata lain akan mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi. Karena air dapat diserap langsung ke dalam tanah. Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput dan vegetasi lainnya. Bahan organik ini, melalui proses pengomposan, menjadi sumber energi bagi organisme di dalam tanah. Dengan adanya bahan organik yang cukup, aktifitas mereka didalam tanah akan meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas organisme dalam tanah maka akan semakin banyak rongga-rongga biopori yang terbentuk. Cara ini boleh dibilang murah dan mudah dibuat dibandingkan dengan membuat sumur resapan yang memerlukan lahan luas dan biaya bahan yang cukup besar. Lubang Biopori bisa dibuat dimana saja; gedung perkantoran, taman dan kebun, pelataran parkir, halaman rumah terutama disekitar rumah yang berlahan sempit sekalipun, dan juga bisa dibuat di dasar parit. Dengan alat yang sederhana, pembuatan lubang biopori ini dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga juga.

KESIMPULAN Upaya pembangunan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana alam melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan. Dengan menggelar berbagai diskusi, pelatihan, ataupun simulasi bagaimana kesiapsiagaan bencana itu harus dilakukan, sehingga masyarakat benar-benar tergambar pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Pemecahan masalah berkaitan dengan kualitas lingkungan kota yang nyaman, sehat dan estetis dalam mengatus suhu, kelembaban, pencemaran debu, kebisingan, dan estetika. Lingkungan sendiri merupakan ruang yang ditempati makhluk hidup bersama benda hidup dan tak hidup. Erat kaitannya dengan lingkungan ini adalah ekosistem, di mana hutan merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dapat mengalami gangguan seiring dengan gangguan terhadap lingkungan hidup. Upaya penanggulangan krisis akibat bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya bencana yang dilakukan melalui kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadi bencana berupa kegiatan tanggap darurat sementara pada saat setelah terjadi bencana berupa kegiatan

DAFTAR PUSTAKA Dinata, Arda. 2005. Meningkatkan Kualitas Udara Bandung, Teropong. H. U Pikiran Rakyat. Miththapala, Sriyanie. 2008 . Pengintegrasian Perlindungan Lingkungan dalam Pengelolaan Bencana. Sri Lanka: Ecosystems and Livelihoods Group, Asia IUCN. Subagyo, dkk. 2006. Model Pelestarian Lingkungan Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Menghadapi Dampak Perubahan Iklim (Studi Kasus Pantai Demak). Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Suhartini. 2008. Modul Pengayaan Materi Proyek Pendampingan SMA: Pengelolaan Lingkungan. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Sundari E. S. 2003. Studi untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah Lingkungan Perkotaan. Bandung: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UNISBA. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai