Anda di halaman 1dari 12

Kelompok Tutorial 13

Skenario 3: Putri keracunan apa???

Skenario
Fani, seorang mahasiswi kedokteran semester 2,mengantar teman kosnya, Putri (nama samaran) yang diduga mengalami keracunan ke UGD. Beberapa jam yang lalu putri ditemukan dalam keadaan tidak sadar di kamar kosnya, masih bernafas tapi nafasnya sesak. Di kamarnya ditemukan kaleng pestisida yang isinya tinggal separuh, sebuah gelas berbagai merek yang sudah tinggal bungkusnya. Sang Putri memang sedang banyak masalah, kemungkinan ia kalut dan mencoba mengakhiri hidupnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda tanda antara lain hipotensi dan bronkokontriksi.

Dokter menjelaskan penderita mengalami keracunan kemungkinan akibat pestisida dan atau akibat obat obat lain yang diminum saat itu. Pestisida yang diminumnya telah mengganggu sistem saraf otonom. Diduga obat obat lain tersebut juga bekerja pada sistem saraf otonom, sebagai antagonis maupun agonis. Sebagai mahasiswa kedokteran, dengan adanya hipotensi dan bronkokonstriksi Fani bisa memastikan itu karena efek pestisida yang bekerja secara indirect mengaktifasi sisitem saraf parasimpatis. Namun tanda tanda hipotensi dan bronkokonstriksi bisa juga disebabkan karena obat lain yang belum diketahui namanya tersebut bekerja mempengaruhi aktifitas sistem simpatis. Untuk memastikan pada sistem parasimpatis atau simpatiskah yang terganggu, perlu dicari tanda dan gejala yang lain berdasarkan distribusi reseptor simpatis maupun parasimpatis.

Keyword:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Keracunan 8. Sistem paraf parasimpatis Hipotensi 9. Sistem saraf simpatis Bronkokonstriksi Sistem saraf otonom 10.Distribusi reseptor simpatis maupun Agonis parasimpatis. Antagonis Indirect

Klarisifikasi Istilah:
1. Hipotensi: keadaan dimana tekanan darah seseorang turun sampai dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg. 2. Bronkokonstriksi: penyempitan jalan napas, khususnya bronkhioli 3. Agonis: suatu ligand yang bila berinteraksi dapat menghasilkan efek (efek maksimum). 4. Antagonis: peristiwa manakala suatu senyawa menurunkan aksi suatu agonis atau ligan dalam menghasilkan efek.

Rumusan Masalah:
1. Mengapa Putri mengalami hipotensi dan bronkokonstriksi? 2. Apa efek pestisida dalam tubuh? 3. Mengapa hipotensi dan bronkokonstriksi dijadikan acuan utama Putri keracunan? 4. Cara kerja pestisida? 5. Bagaimana cara kerja obat mempengaruhi sistem saraf otonom? 6. Mengapa obat dapat bekerja sebagai agonis dan antagonis? 7. Bagaimana membedakan saraf simpatis atau parasimpatis yang terkena?

Hipotesis:
1. hipotensi: Kurangnya pemompaan darah dari jantung. Semakin banyaknya darah yang dipompa dari jantung setiap menitnya, maka semakin tinggi juga tekanan darahnya. Selain itu, seseorang yang memiliki kelainan atau penyakit jantung yang mengakibatkan irama jantung abnormal, kerusakan atau kelainan fungsi otot jantung, penyakit katup jantung, maka akan berdampak juga pada berkurangnya pemompaan darah (curah jantung) keseluruh tubuh. Pendarahaan yang hebat sehingga menyebabkan jumlah darah berkurang, diare yang tidak cepat teratasi, keringat berlebihan, buang air kecil atau berkemih berlebihan juga menjadi faktor terjadinya penurunan tensi darah. Pelebaran pembuluh darah juga mampu menyebabkan turunnya tekanan darah. Situasi ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas, diare, obat-obatan vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE).

- bronkokonstriksi:

Pemicu mengakibatkan terganggunya saluran pernafasan dan mengakibatkan penyempitan dari saluran pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan lebih mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat bila sudah ada atau terjadi peradangan. Faktor pada pasien Aspek genetik Kemungkinan alergi Saluran napas yang memang mudah terangsang Jenis kelamin Ras/etnik Faktor lingkungan Bahan-bahan di dalam ruangan : Tungau debu rumah Binatang, kecoa Bahan-bahan di luar ruangan : Tepung sari bunga Jamur Makanan-makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna makanan Obat-obatan tertentu Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray ) Ekspresi emosi yang berlebihan Asap rokok dari perokok aktif dan pasif Polusi udara dari luar dan dalam ruangan Infeksi saluran napas Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas fisik tertentu Perubahan cuac

2.

Pestisida Menyebabkan Kemandulan Salah satu pestisida adalah atrazine, pembunuh gulma yang banyak digunakan di pertanian tebu dan terdeteksi dalam air keran. Para ilmuwan dan dokter mengemukakan bahwapestisida ini meningkatkan risiko keguguran dan kemandulan (kualitas dan mobilitas sperma menurun). Bahaya Pestisida Pada Kehamilan, Bayi, dan Anak Pestisida yang tidak sengaja termakan oleh ibu hamil dapat menyebabkan bayi cacat lahir. Cacat lahir seperti spina bifida, bibir sumbing, kaki pengkor, dan sindrom down bisa diakibatkan paparan pestisida. Untuk memperkecil resiko, ibu hamil harus selektif dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Paparan pestisida selama 3 bulan sebelum konsepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan resiko keguguran spontan pada ibu hamil. Selain itu, bayi yang dilahirkan juga beresiko terkena leukimia dan kecerdasannya bisa terganggu. Bila terpapar pestisida sejak kehamilan akan berpengaruh pada pembentukan janin dalam kandungan. Residu pestisidabisa meningkatkan risiko kelainan bawaan tertentu selama perkembangan janin. Apalagi selama perkembangannya janin belum mampu mendetoksifikasi racun yang ada. Sementara otak dan sistem saraf sendiri masih terus berkembang hingga anak berusia 12 tahun.

Anak yang terpapar residu pestisida sejak balita, ketika usia SD kecerdasannya akan menurun. Sebuah penelitian yang dilakukan di Meksiko terhadap anak yang mengkonsumsi anggur disemprot pestisida dan yang tidak disemprot pestisida, menunjukkan perbedaan kognitif yang signifikan.

Pengaruh Pestisida Terhadap Perubahan Hormon Jangka panjang dari paparan pestisida secara terus menerus dalam waktu sekitar 20-30 tahun akan terjadi perubahan hormonal dan sistem reproduksi. Pada anak laki-laki diistilahkan dengan demasculinisation, yaitu hilangnya sifat-sifat maskulin. Sementara pada anak perempuan disitilahkan dengan defeminisasion. Jadi anak mengalami perubahan orientasi seksualnya.

Pestisida Menyebabkan Diabetes Bertahun-tahun ilmuwan percaya ada hubungan antara diabetes dengan pestisida. Menurut jurnal yang diterbitkan di Diabetes Care, orang yang mengalami kelebihan berat badan dan dalam tubuhnya terdapat pestisida golongan organoklorin berisiko tinggi terkena diabetes. Untuk menghindarinya, konsumsi makanan organic dan hindari penyegar udara kimia dan produkproduk artifisial yang beraroma.

Pestisida Menyebabkan Kanker Pestisida cukup erat hubungannya dengan kanker. Lebih dari 260 pestisida berkaitan dengan beragam jenis kanker seperti limfoma, leukemia, sarcoma, jaringan lunak, otak, kanker hati, dan kanker paru-paru.

Pestisida Menyebabkan Autisme Perpaduan antara gen dan polutan yang masuk ketika ibu hamil dipercaya para peneliti sebagai penyebab autisme. Kebanyakan insektisida membunuh hama dengan mengganggu fungsi saraf. Mekanisme yang sama terjadi pada janin yang terpapar insektisida. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Universitas Harvard menunjukkan urin yang mengandung pestisida berbahan aktif organofosfat pada anak-anak lebih mungkin mengalami ADHD dan hiperaktif dibanding urin pada anak-anak yang tidak tercemar pestisida.

Pestisida menyebabkan Obesitas Kadang pestisida bertindak sebagai hormon palsu dalam tubuh. Hormon ini mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur pengeluaran hormon yang sehat. Menurut penelitian yang dimuat jurnal Environmental Health Perspectives, lebih dari 50 jenis pestisida diklasifikasikan sebagai pengganggu hormon, di antaranya dapat memicu sindrom metabolik dan obesitas.

4.

Anda mungkin juga menyukai