Anda di halaman 1dari 5

Pengelolaan Limbah Radioaktif secara Absorpsi I. Tujuan 1.

Melakukan pengelolaan limbah radioaktif cair I-131 dengan cara absorpsi menggunakan AgNO3. 2. Menentukan faktor dekontaminasi 3. Menentukan efisiensi pemisahan II. Dasar Teori Limbah radioaktif ditimbulkan selama beroperasinya pembangkit listrik tenaga nuklir dan juga akibat penggunaan bahan radioaktif di industri, penelitian dan rumah sakit. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan bekas serta alat-alat yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena dipergunakan dalam kegiatan nuklir dan tidak dapat dipergunakan lagi. Bahan bekas tersebut dapat berupa benda padat, seperti jarum suntik bekas, kain pembersih bekas, kertas penyerap, peralatan gelas untuk penanganan zat radioaktif atau pernah digunakan untuk menampung larutan zat radioaktif, binatang percobaan, resin penukar ion bekas, peralatan bekas dari pabrik pemurnian uranium. Untuk yang berupa cairan seperti dari air cucian, benda padat yang terkontaminasi atau cairan zat radioaktif yang sengaja dibuang baik untuk percobaan, maupun sisa cairan dari pabrik. Tujuan pengelolaan limbah radioaktif ini adalah menangani limbah radioaktif dengan suatu cara sehingga melindungi kesehatan manusia dan lingkungan untuk generasi sekarang dan yang akan datang tanpa membebani masalah bagi generasi yang akan datang. Limbah Radioaktif Cair Limbah radioaktif cair adalah limbah yang paling banyak dihasilkan oleh instalasi yang menggunakan fasilitas nuklir, karena hampir pada setiap bagian instalasi nuklir menggunakan air sebagai bahan untuk proses ataupun pencucian. Dari bahaya yang ditimbulkan limbah radioaktif cair dapat dibagi menjadi tiga, yaitu limbah cair konsentrasi tinggi, limbah cair konsentrasi menengah dan limbah cair konsentrasi rendah. Tujuan pengolahan limbah cair adalah untuk menurunkan kadar zat pencemar yang terkandung di dalam air limbah sampai memenuhi persyaratan efluen yang berlaku.

Rumus rumus yang Digunakan 1. Menentukan Faktor Dekontaminasi FD = A0 A1 FD = Faktor dekontaminasi (cpm/cpm) A0 = Aktivitas sebelum diolah (cpm) A1 = Aktivitas sesudah diolah (cpm) 2. Menentukan Efisiensi Pemisahan EP = A0-A1 x 100% A0 EP = Efisiensi Pemisahan (%) A0 = Aktifitas sebelum diolah (cpm) A1 = Aktifitas sesudah diolah (cpm) III. Alat dan Bahan Alat : 1. Pipet gondok 10 mL 2. Labu takar 50 mL 3. Mikro pipet 500 L 4. Mikro pipet 100 L 5. Gelas beaker 6. Erlenmeyer 7. Corong gelas 8. Syringe 9. Surveymeter dekontaminasi

Bahan : 1. I-131 2. HCl 0,1 N 3. AgNO3 0,1 N 4. Aquadest

IV. Langkah Kerja 1. I-131 dipipet sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur, kemudian dicatat aktivitas awalnya. 2. HCl 0,1 N sebanyak 120 L ditambahkan ke dalamnya, kemudian diaduk hingga rata. 3. AgNO3 0,1 N sebanyak 300 L ditambahkan ke larutan tersebut, dan tunggu sampai terbentuk endapan. 4. Endapan disaring, dan dicatat aktivitas pada endapan dan filtrat. V. Data Percobaan Volume I-131 (mL) 1 0,5 0,5 N HCl = 0,2 N N AgNO3 = 0,1 N Volume AgNO3 (mL) 22,05 17,05 21,1 Perubahan Warna Putih tidak berbentuk endapan Cpm pada larutan IV, V, VI 22000 28;33,39 5047;17960;5824 Volume HCl (mL) 10 7,5 10 Total Volume (mL) 11 8 10,5

Volume HCl + I-131 (mL) 11 8 10,5 No. Keterangan 1. Aktivitas awal I-131 2. Aktivitas filtrat (Atf) 3. Aktivitas endapan (Ate) Cacah latar = 20

Pembuatan HCl 0,2 N = 1,67 mL diambil HCl pekat dimana HCl 37% ; densitas = 1,19 gr/mL, BM HCl = 36,5 gr/mol dan diencerkan menjadi 100 mL. Massa kertas saring IV Massa kertas saring V Massa kertas saring VI = 0,9042 gr = 0,9039 gr = 0,9047 gr = 1,2181 gr = 1,1387 gr = 1,2215 gr

Massa kertas saring IV + endapan AgCl (IV) Massa kertas saring V+ endapan AgCl (V) Massa kertas saring VI + endapan AgCl (VI) VI. Perhitungan 1. Menentukan faktor dekontaminasi FD = A0 A1

= 22000 cpm 5047 cpm = 4,359 Dengan cara yang sama untuk larutan 2 dan 3 yaitu: Larutan (perbandingan A1 (cpm) Ao (cpm) HCl : I-131) 11 5047 22000 8 17960 22000 10,5 5824 22000 2. Menentukan efisiensi pemisahan EP = A0 - A1 x 100% A0 = ( 22000 5047 ) cpm x 100% 22000 cpm = 77,059% Dengan cara yang sama untuk larutan 2 dan 3 yaitu: Larutan (perbandingan A1 (cpm) Ao (cpm) HCl : I-131) 11 5047 22000 8 17960 22000 10,5 5824 22000 3. Stoikiometri Reaksi V (I-131 + HCl) = (1 + 10) mL = 11 mL n HCl n AgNO3 = N.V = 0,2 N . 11 mL = 2,2 mmol = N.V = 0,1 N . 22,05 mL = 2,205 mmol HCl mula-mula reaksi sisa 2,2 mmol 2,2 mmol + AgNO3 2,205 mmol 2,2 2,2 mmol mmol 2,2 mmol 2,2 mmol 2,2 mmol 2,2 mmol AgCl + HNO3 EP 77,059% 18,364% 73,527% FD 4,359 1,225 3,777

Endapan AgCl teori = n x Mr AgCl = 2,2 mmol x 143,5 = 315,7 mgr = 0,3157 gr

Masa endapan praktek

= (berat kertas saring + AgCl) (berat kertas saring) = 1,2181 gr - 0,9042 gr = 0,3139

Dengan cara yang sama untuk larutan 2 dan 3 yaitu: Larutan (perbandingan Masa endapan teori Massa endapan praktek HCl : I-131) (gr) (gr) I 0,3157 0,3139 II 0,2296 0,2348 III 0,3014 0,3117 VII. Pembahasan Hahahaaaa belum ig IX. Kesimpulan 1. AgNO3 dapat digunakan untuk bahan absorben yang efektif untuk mengolah limbah I-131 aktivitas rendah. 2. Faktor dekontaminasi pada praktikum 5,714 3. Efisiensi pemisahannya 82,5%. X. DAFTAR PUSTAKA Sunardi dkk. (2011). Adsorpsi Limbah Uranium Menggunakan Lempung Nanggulan. Prosiding Seminar Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. 2, 111-113. www.bapeten.go.id/prinsip-dasar-pengelolaan-limbah-radioaktif diakses pada 21 Maret 2013 http://en.wikipedia.org/wiki/Iodine-131diakses pada 21 Maret 2013 Yogyakarta, 14 Mei 2013 Asisten, Praktikan,

Ir. Bangun Warsito, M.Sc

Pratiwi

Anda mungkin juga menyukai