PENGOLAHAN LIMBAH LIMBAH RADIOAKTIF DAN INDUSTRI DENGAN BAKTERI Prof.Ir.Zainus Salimin, Msi
PTLR-BATAN
FILE : My Doc/ZAINUS PPT / Zainus Presentasi STTN 2013 (49 slide)
MATERI PRESENTASI
I.PENDAHULLUAN . Limbah Radiokatif . Limbah Industri . Baku Mutu . Proses Pengolahan Untuk Pemenuhan Baku Mutu . Proses Pengolahan Limbah Dengan Bakteri. II. TEORI . Bakteri . Extracellular Polymeric Substance (EPS). . Proses Oksidasi Biokimia Untuk Pengolahan Limbah. . Pemanfaatan EPS Untuk Pengolahan Limbah. III. JUDUL-JUDUL PENELITIAN . Judul Penelitkian Yang Telah Dilaksanakan . Judul Penelitian Yang Akan Dilaksanakan
PENDAHULUAN
Kegiatan industri nuklir menimbulkan limbah cair organik radioaktif seperti :
a.limbah detergen persil dari pencucian pakaian kerja radiasi b.limbah solven 30% TBP dalam kerosin dari pemurnian atau pengambilan uranium dari gagalan fabrikasi EBN.
c.limbah solven yang mengandung D2EHPA (di-2-ethyl hexyl phosphoric acid) dan TOPO (trioctyl phospine oxide) dalam kerosin dari pemurnian asam fosfat.
d.Limbah solven organik PPO (poly 2, 6 dimethyl-1,4 phenylene oxide) (C5H11NO), POPOP (5-phenyl-2-[4-(5 phenyl-1,3-oxazol-2-yl)phenyl]) (C24H16N2O2), dioxan (C4H8O2), toluene (C7H8), dan xylene (C8H10) dari kegiatan analisis zat radioaktif dengan metode liquid scintillation. e.Limbah organik berupa minyak pelumas terkontaminasi dari kegiatan perawatan instalasi nuklir.
PENDAHULUAN (Lanjutan)
a. Limbah Deterjen Persil
Deterjen persil adalah senyawa alkyl-aril sulfonat dgn rumus CH3-(CH2)10-CH2-OSO3Na atau Na+R+SO3-(jenis deterjen berkadar buih rendah). Tiap molekul sbg suatu rantai yg salah satu ujungnya bersifat suka air (hidrofil) dan ujung lainnya bersifat takut air (hidrofob). Gugus SO3- bersifat hidrofil dan rantai karbon R+ bersifat hidrofob. Kotoran yg berupa lemak atau minyak menarik gugus hidrofob, sedang gugus hidrofil tertarik oleh air [1].
PENDAHULUAN (Lanjutan)
Solven 30% TBP dalam kerosin adalah pelarut organik untuk ekstraksi uranium dalam fabrikasi elemen bakar nuklir.
Solven tersebut diambil kembali melalui proses stripping yang menimbulkan limbah fase air yang mengandung solven.
TBP berumus C12H27PO4 yang mempunyai koefisien distribusi dan selektivitas yang tinggi, tahan radiasi dan tahan asam.
Dalam pemakaiannya, TBP dilarutkan dalam kerosin odorless pada komposisi TBP dan kerosin masing-masing 30 dan 70 % volume.
Kerosin adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai atom C tiap molekulnya pada harga C9 sampai C14.
Senyawa penyusunnya: alkana (CnH2n+2), sikloalkana (metil siklo pentana, etil siklo heksana, dan lain-lain), hidrokarbon aromatik (benzena, toluen, dan lain-lain).
PENDAHULUAN (Lanjutan)
Limbah solven 30% TBP-kerosin fase air dari fabrikasi elemen bakar nuklir berkadar solven 1 %, BOD 397 ppm, COD 605 ppm, pH 4,8 dan aktivitas uranium 3,7x103 Bq/l.
PENDAHULUAN (Lanjutan)
c.Limbah Radioaktif Cair Fasa Air
Limbah radioaktif cair fasa air ditimbulkan dari operasi reaktor dan fasilitas nuklir lainnya, mengandung unsur radiokatif Cs-137, Sr-90, Co-60, Fe-55, Fe-56, dll beraktivitas 109 Bq/liter.
d.Limbah Industri
BAKU MUTU
Baku Mutu Tingkat Radioaktivitas Lingkungan , Keputusan Ka. BAPETEN No.02/Ka.BAPETEN/V-99: 1000 Bq/liter untuk U-238, 2000 Bq/liter untuk Co-60, 700 Bq/liter untuk Cs-137, 4000 Bq/liter untuk Sr-90, 30.000 Bq/liter untuk Fe-55, dll. Baku Mutu Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) : Keputusan Menteri LH No. Kep.51/Men LH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri Peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria dan Klasifikasi Baku Mutu Air. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Men Ke s/Per/IX/1990 tentang Baku Mutu Air Minum Dan Air Bersih.
Table 1. Waste Water Quality Standard of Industrial Activities According to Environmental Ministerial Regulation No. Kep-51/MENLH/10/1995 .
Tabel 2. Water Quality Criteria According Class, According to Government Regulation No. 82 Year of 2001.
CLASS
Parameter Unit I II III IV ANORGANIC CHEMICAL Mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9 PH BOD COD DO Phosphat total as P NO3 as N NH3-N Arsenic Cobalt Barium Boron Selenium Cadmium Chromium (VI) Copper Iron Lead Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L 2 10 6 0,2 10 0,5 3 25 4 0,2 10 (-) 1 0,2 (-) 1 6 50 3 1 20 (-) 1 0,2 (-) 1 12 100 0 5 20 (-) 1 0,2 (-) 1
Remark If by natural on the outside of thats interval value, so it is determined being based on natural condition
Mg/L 0,01 Mg/L 0,01 Mg/L 0,05 Mg/L 0,02 Mg/L 0,3
0,05 0,05 0,05 0,01 0,01 0,01 0,05 0,05 1 For drinking water treatment by convensional, Cu1mg/L For drinking water treatment by convensional, Fe5mg/L For drinking water treatment by convensional, Cu0,1mg/L
Mg/L 0,03
0,03 0,03
Tabel 2. Water Quality Criteria According Class, According to Government Regulation No. 82 Year of 2001 (Lanjutan). Parameter FISICAL Manganese Mg/L 0,1 Mercury Zinc Chloride (-) (-) (-) Mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005 Mg/L 0,05 0,05 0,05 2 For drinking water treatment by convensional, Zn5mg/L Mg/L 600 (-) (-) Unit
CLASS
II
III
IV
Remark
Cyanide Fluoride
Nitric as N
Sulfuric
Mg/L 400
(-)
(-)
(-)
Table 3. Drinking and Clean Water Standart Quality According to Health Ministerial Regulation No. 416 /MENKES/PER/IX/1990 No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. 7. 8. 9 10 Parameter Physical Parameter Odor Taste Temperature Turbidity Colour Conductivity Chemical Parameter pH Total Solid Free Carbon Dioxide Alkalinity : -Phenolpthaline -Total -Hydroxide -Carbonate -Bicarbonate Hardness Calsium Magnesium Iron Mangan Ammonium Nitrite Unit Drinking and Clean Water Standard Air 25 50 2500 6.5 8.5 1000 500 500 500 1.0 0.5 1.0
11 12 13 14 15 16 17
Type of Treatment
Plain sedimentation
Industry
Mining, phosphate, steel, mills, power plants (fly ash),beetsugar processing (beet washing), pulp (hydraulic debarking), foundry Pulp and paper, textile, petroleum and petrochemical, food plants, steel mills, mining, chemical plants Petroleum and petrochemical, laundry, meat packing, machining (cutting oil), aircraft or railroad-car washing, dairies, food plants. Beet- and cane-sugar plants, dairies, meat packing, pulp and paper, canning, chemical plants, breewing, petroleum and petrochemical, tanneries.
Colloidal
Organic matter
Vary with industry; some are easily oxidized biologically; others require special techniques Very strong organic wastes
Trickling filter; activated sludge: conventional, high-rate, contact stabilization, aerobic digestion
Dissolved metals
Toxic materials
Anaerobic treatment followed by aerobic treatment Generally cations of Al, Cr, Precipitate with lime, followed Metal finishing, plating, rayon Cu, Fe or Zn in low pH by sedimentation processing, steel mills, solution tanneries Chromates Reducwee with ferrous iron Tanneries, plating, metal sulfate or sulfur dioxide; then finishing precipitate with lime, followed by sedimentation Cyanide (generally with Oxidize with chlorine ot Plating, foundry metal complexes) hypochlorite; then treat with lime for precipitating metals
TEORI
Bakteri
Mikroorganisme dapat mengakumulasi logam berat dan unsur radioaktif. Mekanisme akumulasinya : fisika, kimia, biologi, adsorpsi, presipitasi, pertukaran ion, pembentukan kompleks, dan fenomena transfer massa. Sel hidup & mati mikroba (dinding sel, pigmen, polisakarida, protein, dan residu selular tahan urai), mampu mendekontaminasi larutan. Penyerapan logam berat dan unsur radioaktif dari larutan oleh biomassa mikroba tsb disebut biosorpsi Biosorpsi dan fenomena terkait merupakan proses penting untuk penghilangan racun kuat, logam berat, dan unsur radioaktif dari limbah cair menghasilkan detoksifitas larutan (Gambar 1).
Biomasa pengikat dapat berupa massa hidup atau mati, tersuspensi bebas atau terimobilisasi ke dalam atau pada matrik inert atau sebagai butiran, biofilm atau agregrat, atau produk yang dikeluarkan atau diturunkan oleh sel mikroba.
Pengambilan kembali secara nondestruktif misalnya desorpsi menggunakan asam encer, karbonat
Biomassa atau produk yang dikeluarkan atau diturunkan oleh sel mikroba
Resirkulasi
Pengolahan secara destruktif misalnya insenerasi, pelarutan dalam asam atau basa
Gambar 1. Skema penghilangan logam berat, unsur radioaktif, dan substansi terkait dari larutan dengan biomasa mikroba.
Beberapa contoh akumulasi logam berat dan unsur radioaktif oleh mikroorganisme ditunjukkan dalam Tabel 5.
Pada Tabel 5 ditunjukkan bahwa setiap jenis mikroba mempunyai kemampuan biosorpsi unsur logam yang spesifik. Tabel 6 menunjukkan komponen sel bakteri dan fungsinya yang mendukung terjadinya proses biosorpsi, sedangkan komposisi sel bakteri ditunjukkan pada Tabel 7.
Berdasarkan komponen dan komposisi bakteri tersebut terlihat bahwa di dalam tubuh bakteri mengandung polisakarida, protein, lipid, gula, asam amino, polifosfat, sulfat, dan lain-lain.
Pengolahan limbah dengan bakteri dapat dilakukan melalui : penggunaan langsung bakteri untuk menguraikan zat organik sekaligus mengikat logam berat dan unsur radioaktif, dan atau penggunaan tak langsung melalui ekstraksi kandungan bahannya (EPS) yang dapat menyerap logam berat dan unsur radioaktif.
Tabel 5. Beberapa contoh akumulasi logam berat dan unsur radioaktif oleh mikroba
DNA
Plasmid DNA
Ribosom Flagella
50,0 22,0 12,0 9,0 2,0 1,0 1,0 1,0 0,5 0,5 0,5 0,2 0,3
Asam nukleat adalah asam yang merupakan pengemban kode genetik sistem kehidupan. Tipe utama asam nukleat : asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). DNA : polimer rantai panjang molekul deoksiribosa gula, diikat oleh gugusgugus fosfat. Hidrolisa dari DNA menimbulkan pecahan-pecahan kecil gula, asam dan ion fosfat. Struktur RNA serupa DNA, adalah sederet satuan gula (ribosa) diikat oleh ikatan fosfat. Hasil hidrolisa RNA : nukleotida, nukleosida, ion fosfat, dan akhirnya ribosa dan basa. Lipida : senyawa organik tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut oranik non polar seperti dietil eter atau senyawa hidrokarbon yang lain. Lipida : lemak dan minyak, terpena, steroid, fosfolipid, fosfogliserida, lesitin, sefalin, plasmalogin, sfingolopid, dll. Lipida mengandung gugus fungsional karboksilat, fosfat, dan aminokarboksilat. EPS bergugus -COOH, -OPO3H, -OSO3H, NHSO3H, -OH, -CH(NH2) COOH, dll. Contoh struktur EPS dalam lumpur aktif ditunjukkan pada Gambar 2.
EPS sebagai biosorben mampu mengikat kation dan anion. Pengikatan kation dilakukan oleh gugus fungsional karboksilat, fosfat, sulfat, dan aminokarboksilat dengan masing-masing reaksi sebagai berikut [2] :
Mn+ adalah kation bermuatan positip n dengan nilai n satu atau 2. Kation terikat EPS dapat terusir dan diganti kation lain berselektivitas > besar. Pertukaran ion cenderung lebih memilih terlebih dahulu ion dengan kondisi : Ion dengan valensi lebih tinggi. Ion terlarut dengan volume tersolvatasi kecil. Ion dengan kemampuan berpolarisasi lebih besar. Ion yang bereaksi kuat dengan tempat penukar ion dari padatan resin. Ion yang paling sedikit bereaksi dengan ion lain untuk membentuk kompleks. Urutan selektivitas kation adalah sebagai berikut : Ba2+ > Pb2+ > Sr2+ > Ca2+ > Ni 2+ > Cd2+ > Cu2+ > Co2+ > Zn2+ > Mg2+ > Ag+ > Cs+ > K+ > Na+ > H+ dan UO22+ >> Cu2+ > Co2+.
Pengikatan anion oleh EPS dilakukan oleh gugus hidroksil dan gugus amino :
Gugus amina dapat mengikat anion dan sekaligus kation sesuai reaksi 4 dan 6. Urutan selektivitas anion adalah sebagai berikut : SO42- > I- > NO3- > CrO42- > Br- > Cl- > OH-. Gugus-gugus hidroksil, amina, karboksil, fosfat, dan sulfat dapat juga mengikat ion logam membentuk kompleks.
Gugus-gugus hidroksil, amina, karboksil, fosfat, dan sulfat dapat juga mengikat ion logam membentuk kompleks. Kompleks tersebut terbentuk antara ligan organik dan ion logam , Gambar 3 menunjukkan pembentukan kompleks ion Zn () dengan ligan dari 4 buah gugus fosfat .
Bakteri yang diaerasi dan diberi nutrisi berkembang biak dan memakan zat organik menjadi CO2 dan H2O sehingga terbentuk lumpur biomassa bakteri yang berkomposisi sel hidup dan mati (residu selular tahan urai)
Logam berat dan unsur radioaktif dlm limbah terjerap pada lumpur biomassa bakteri, shg terjadi dekontaminasi larutan.
Gambar 5. Hubungan oksigen terlarut dengan rasio F/M pada flok aerobik
2 3
4 5 6
Cu Zn
Mo Se Mg
14,6x10-5 16x10-5
43x10-5 14x10-10 30x10-4
8 9
10 11 12
Ca Na
K Fe CO3
62x10-4 5x10-5
45x10-4 12x10-3 27x10-4
Nutrisi utama bakteri aerob adalah N dan P, rasio BOD : N : P = 100 : 5 : 1. Kebutuhan oksigen untuk proses oksidasi biokimia mengikuti rumus :
Berdasarkan Gambar 4 , lumpur aktif jenis filamentous bulking tidak dikehendaki pembentukannya karena akan menyebabkan penyumbatan sistem perpipaan, ini terjadi pada konsentrasi oksigen yang rendah ( < 0,1 mg/liter).
Lumpur pin-point terjadi dari operasi dengan nisbah F/M yang rendah, lumpur ini sulit membentuk flok sehingga pengendapan lumpur sulit terjadi, logam berat dan unsur radioaktif sulit dipisahkan dari larutannya. Lumpur non-bulking dihasilkan dari operasi plug-flow atau selector plant configuration , pengendapan lumpur tersebut mudah terjadi ,logam berat dan unsur radioaktif mudah dipisahkan dari larutannya.
Jumlah bakteri yang ditambahkan dapat dihitung melalui penggunaan Gambar 5 yang berabsis F/M dan berordinat kadar oksigenm terlarut, nilai F= BOD.Volume limbah dan M= jumlah bakteri yang diperlukan.
Gambar 7. Unit proses oksidasi biokimia pengolahan limbah terpasang hasil rancangan
1.
Pengolahan Limbah Radioaktif cair Yang Mengandung Deterjen Dengan Proses Oksidasi Biokimia.
Pengolahan Limbah Radioaktif TBP-Kerosen Fase Air Dengan Proses Oksidasi Biokimia. Pengolahan Limbah Radioaktif Cair Dari Dekomisioning Fasilitas Pemurnian Asam Fosfat PT.Petrokimia Gresik Dengan Proses Oksidasi Biokimia.
2. 3.
4. 5. 6.
Denitrifikasi Limbah Radioaktif Cair Asam Nitrat Dari Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir Dengan Proses Oksidasi Biokimia. Denitrifikasi Limbah Radioaktif Cair Asam Nitrat Dan Diterjen Dengan Proses Oksidasi Biokimia. Pengolahan Air Lindian Fasilitas Tempat Pembuangan Akhir Limbah Kota Semarang Dengan Proses Oksidasi Biokimia.
9 10 11
JUDUL PENELITIAN
Penggunaan EPS pseudomonas aerugenosa sp terdispersi untuk pengolahan limbah cair elektroplating. Penggunaan EPS pseudomonas aerugenosa sp terimobilisasi pada matriks polivinilkhlorida untuk proses denitrifikasi dan penghilangan logam berat. Penggunaan EPS pseudomonas aerugenosa sp terdispersi untuk proses denitrifikasi dan penghilangan logam berat. Penggunaan EPS kultur bakteri campuran bacillus, pseudomonas, arthrobacter, dan aeromonas terdispersi untuk proses denitrifikasi dan penghilangan uranium. Penggunaan EPS kultur bakteri campuran bacillus, pseudomonas, arthrobacter, dan aeromonas terimobilisasi pada matriks antrasit untuk proses denitrifikasi dan penghilangan uranium. Penggunaan EPS streptomysces terimobilisasi pada gel poliakrilamida untuk penghilangan uranium, tembaga, dan kobal.
3
4
JUDUL PENELITIAN
Regenerasi EPS streptomysces terimobilisasi pada gel poliakrilamida dengan larutan Na2CO3. Penggunaan EPS streptomysces terdispersi untuk penghilangan uranium, tembaga, dan kobal. Penggunaan EPS Citrobacter terimobilisasi pada matriks poliakrilamida untuk penghilangan uranium, kadmium,tembaga, dan timbal. Regenerasi EPS Citrobacter terimobilisasi pada matriks poliakrilamida dengan larutan Na2CO3. Penggunaan EPS Citrobacter terdispersi untuk penghilangan uranium, kadmium,tembaga, dan timbal. Penggunaan EPS bacillus terimobilisasi pada matriks poliakrilamida untuk penghilangan logam Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, U, dan Zn. Penggunaan EPS bacillus terdispersi untuk penghilangan logam Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, U, dan Zn.
10 11 12 13
13 Penggunaan EPS bacillus terdispersi untuk penghilangan logam Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, U, dan Zn. 14 Penggunaan alge chlorella vullgaris dan spirulinaplatensis terimobilisasi pada poliakrilamida untuk penghilangan logam Cu, Pb, Zn, Au, dll. 15 Penggunaan aspergillas miger untuk penghilangan logam Zn, Mg, logam-logam sulfida dalam larutan . 16 Penggunaan chlorella pyrenoidosa, chlorella vulgaris dan spirulinaplatensis untuk biosorpsi logam Ag. 17 Penggunaan alge chlorella vullgaris terimobilisasi pada matriks poliakrilamida untuk penghilangan logam Au, Cu, Zn, dan Hg. 18 Regenerasi alge chlorella vullgaris terimobilisasi pada matriks poliakrilamida dengan larutan EDTA.
TERIMA KASIH