Anda di halaman 1dari 49

PRESENTASI DALAM RANGKA KERJASAMA PTLR BATAN- STTN, YOGYAKARTA 3 MEI 2013

PENGOLAHAN LIMBAH LIMBAH RADIOAKTIF DAN INDUSTRI DENGAN BAKTERI Prof.Ir.Zainus Salimin, Msi

PTLR-BATAN
FILE : My Doc/ZAINUS PPT / Zainus Presentasi STTN 2013 (49 slide)

MATERI PRESENTASI
I.PENDAHULLUAN . Limbah Radiokatif . Limbah Industri . Baku Mutu . Proses Pengolahan Untuk Pemenuhan Baku Mutu . Proses Pengolahan Limbah Dengan Bakteri. II. TEORI . Bakteri . Extracellular Polymeric Substance (EPS). . Proses Oksidasi Biokimia Untuk Pengolahan Limbah. . Pemanfaatan EPS Untuk Pengolahan Limbah. III. JUDUL-JUDUL PENELITIAN . Judul Penelitkian Yang Telah Dilaksanakan . Judul Penelitian Yang Akan Dilaksanakan

PENDAHULUAN
Kegiatan industri nuklir menimbulkan limbah cair organik radioaktif seperti :
a.limbah detergen persil dari pencucian pakaian kerja radiasi b.limbah solven 30% TBP dalam kerosin dari pemurnian atau pengambilan uranium dari gagalan fabrikasi EBN.

c.limbah solven yang mengandung D2EHPA (di-2-ethyl hexyl phosphoric acid) dan TOPO (trioctyl phospine oxide) dalam kerosin dari pemurnian asam fosfat.
d.Limbah solven organik PPO (poly 2, 6 dimethyl-1,4 phenylene oxide) (C5H11NO), POPOP (5-phenyl-2-[4-(5 phenyl-1,3-oxazol-2-yl)phenyl]) (C24H16N2O2), dioxan (C4H8O2), toluene (C7H8), dan xylene (C8H10) dari kegiatan analisis zat radioaktif dengan metode liquid scintillation. e.Limbah organik berupa minyak pelumas terkontaminasi dari kegiatan perawatan instalasi nuklir.

PENDAHULUAN (Lanjutan)
a. Limbah Deterjen Persil
Deterjen persil adalah senyawa alkyl-aril sulfonat dgn rumus CH3-(CH2)10-CH2-OSO3Na atau Na+R+SO3-(jenis deterjen berkadar buih rendah). Tiap molekul sbg suatu rantai yg salah satu ujungnya bersifat suka air (hidrofil) dan ujung lainnya bersifat takut air (hidrofob). Gugus SO3- bersifat hidrofil dan rantai karbon R+ bersifat hidrofob. Kotoran yg berupa lemak atau minyak menarik gugus hidrofob, sedang gugus hidrofil tertarik oleh air [1].

PENDAHULUAN (Lanjutan)

b.Limbah Solven TBP Kerosin

Solven 30% TBP dalam kerosin adalah pelarut organik untuk ekstraksi uranium dalam fabrikasi elemen bakar nuklir.
Solven tersebut diambil kembali melalui proses stripping yang menimbulkan limbah fase air yang mengandung solven.

TBP berumus C12H27PO4 yang mempunyai koefisien distribusi dan selektivitas yang tinggi, tahan radiasi dan tahan asam.
Dalam pemakaiannya, TBP dilarutkan dalam kerosin odorless pada komposisi TBP dan kerosin masing-masing 30 dan 70 % volume.

Kerosin adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai atom C tiap molekulnya pada harga C9 sampai C14.
Senyawa penyusunnya: alkana (CnH2n+2), sikloalkana (metil siklo pentana, etil siklo heksana, dan lain-lain), hidrokarbon aromatik (benzena, toluen, dan lain-lain).

PENDAHULUAN (Lanjutan)

Limbah solven 30% TBP-kerosin fase air dari fabrikasi elemen bakar nuklir berkadar solven 1 %, BOD 397 ppm, COD 605 ppm, pH 4,8 dan aktivitas uranium 3,7x103 Bq/l.

Limbah tersebut bersifat toksik (B3) dan radioaktif.


Berdasarkan baku mutu limbah cair sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 15 Th 1995 nilai parameter pokok lingkungan adalah COD 100 ppm, BOD 50 ppm dan pH 6-9, sedangkan untuk aktivitas uranium berharga 1000 Bq/l sesuai Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 02/V-1999.

PENDAHULUAN (Lanjutan)
c.Limbah Radioaktif Cair Fasa Air
Limbah radioaktif cair fasa air ditimbulkan dari operasi reaktor dan fasilitas nuklir lainnya, mengandung unsur radiokatif Cs-137, Sr-90, Co-60, Fe-55, Fe-56, dll beraktivitas 109 Bq/liter.

d.Limbah Industri

Jenis Limbah dari Kegiatan industri :


Limbah cair yang mengandung kation Hg (II), Pb(II), Cu(II), Ni(II), dan Zn(II) dari industri soda api. Limbah cair yang mengandung kation Cd(II), Cu(II), Ni(II), Cr,(III, VI), Pb(II), Cu(II), Al,(III) dan Zn(II) pada pH rendah yang mengandung anion sianida, sulfat , dll dari industri elektroplating, metal finishing, rayon processing, industri baja, dan pengecoran logam . Limbah cair yang mengandung kation Cr (III, VI), NH4(I), dll dan anion Sulfur , serta zat organik lemak dan minyak dari industri penyamakan kulit. Limbah cair yang mengandung kation Fe(II,III), Cd(II), Zn(II), Ti(II), Pb(II), Cu(II), Co(II), dan Cr,(III,VI) dan zat organik fenol, minyak dan lemak dari industri cat, tekstil, plastik, elektronik, otomotiv, dll. Limbah yang mengandung kation Zn (II), Hg(II), Mn(II), Cr(III, VI), Ni(II), dll, dan zat organik , minyak dan lemak dari industri baterai. Limbah cair yang mengandung zat organik dengan parameter COD, BOD, TSS, dll yang tinggi dari industri makanan, gula, susu, daging, tapioka, MSG (Mono Sodium Glutamat), kertas, deterjen, pelumas, dan solven organik.

Limbah-limbah tersebut mempunyai parameter B3 yang melebihi nilai baku mutunya.

BAKU MUTU
Baku Mutu Tingkat Radioaktivitas Lingkungan , Keputusan Ka. BAPETEN No.02/Ka.BAPETEN/V-99: 1000 Bq/liter untuk U-238, 2000 Bq/liter untuk Co-60, 700 Bq/liter untuk Cs-137, 4000 Bq/liter untuk Sr-90, 30.000 Bq/liter untuk Fe-55, dll. Baku Mutu Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) : Keputusan Menteri LH No. Kep.51/Men LH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri Peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria dan Klasifikasi Baku Mutu Air. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Men Ke s/Per/IX/1990 tentang Baku Mutu Air Minum Dan Air Bersih.

Table 1. Waste Water Quality Standard of Industrial Activities According to Environmental Ministerial Regulation No. Kep-51/MENLH/10/1995 .

Tabel 2. Water Quality Criteria According Class, According to Government Regulation No. 82 Year of 2001.
CLASS

Parameter Unit I II III IV ANORGANIC CHEMICAL Mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9 PH BOD COD DO Phosphat total as P NO3 as N NH3-N Arsenic Cobalt Barium Boron Selenium Cadmium Chromium (VI) Copper Iron Lead Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L 2 10 6 0,2 10 0,5 3 25 4 0,2 10 (-) 1 0,2 (-) 1 6 50 3 1 20 (-) 1 0,2 (-) 1 12 100 0 5 20 (-) 1 0,2 (-) 1

Remark If by natural on the outside of thats interval value, so it is determined being based on natural condition

Minimum limits number

For fishery, free ammonia content for sensitive fish0,02mg/L as NH3

Mg/L 0,05 Mg/L Mg/L Mg/L 0,2 1 1

Mg/L 0,01 Mg/L 0,01 Mg/L 0,05 Mg/L 0,02 Mg/L 0,3

0,05 0,05 0,05 0,01 0,01 0,01 0,05 0,05 1 For drinking water treatment by convensional, Cu1mg/L For drinking water treatment by convensional, Fe5mg/L For drinking water treatment by convensional, Cu0,1mg/L

0,02 0,02 0,2 (-) (-) (-) 1

Mg/L 0,03

0,03 0,03

Tabel 2. Water Quality Criteria According Class, According to Government Regulation No. 82 Year of 2001 (Lanjutan). Parameter FISICAL Manganese Mg/L 0,1 Mercury Zinc Chloride (-) (-) (-) Mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005 Mg/L 0,05 0,05 0,05 2 For drinking water treatment by convensional, Zn5mg/L Mg/L 600 (-) (-) Unit
CLASS

II

III

IV

Remark

Cyanide Fluoride
Nitric as N

Mg/L 0,02 Mg/L 0,5


Mg/L 0,06

0,02 0,02 (-) 1,5 1,5 (-)


For drinking water treatment by convensional, NO2-N1mg/L For ABAM is not required For drinking water treatment by convensional, S as H2S0,1mg/L

0,06 0,06 (-)

Sulfuric

Mg/L 400

(-)

(-)

(-)

Free Chloride Mg/L 0,03

0,03 0,03 (-)

Sulfur as H2S Mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

Table 3. Drinking and Clean Water Standart Quality According to Health Ministerial Regulation No. 416 /MENKES/PER/IX/1990 No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. 7. 8. 9 10 Parameter Physical Parameter Odor Taste Temperature Turbidity Colour Conductivity Chemical Parameter pH Total Solid Free Carbon Dioxide Alkalinity : -Phenolpthaline -Total -Hydroxide -Carbonate -Bicarbonate Hardness Calsium Magnesium Iron Mangan Ammonium Nitrite Unit Drinking and Clean Water Standard Air 25 50 2500 6.5 8.5 1000 500 500 500 1.0 0.5 1.0

NTU Pt-Co Omh/cm


Mg/litre CO2 mg/litre CaCO3 mg/litre CaCO3 mg/litre CaCO3 mg/litre CaCO3 mg/litre CaCO3 mg/litre CaCO3 mg/litre CaCO3 mg/litre CaCO3 mg/litre Fe mg/litre Mn mg/litre NH4 mg/litre NO2

11 12 13 14 15 16 17

Proses Pengolahan Yang Ada Untuk Pemenuhan Baku Mutu


Pengolahan Limbah Cair Organik Radioaktif

a.Limbah Deterjen Persil


Dari operasi pencucian pakaian kerja radiasi di IPLR-PTLR ditimbulkan 133,7 m3 limbah cair per tahun yg mengandung deterjen konsentrasi maksimum 1,496 g/l dgn nilai COD 338 ppm, BOD 189 ppm dan aktivitas minimal 10-6 Ci/m3. Limbah tsb diolah melalui proses evaporasi (stlh dicampur dgn limbah cair lain yg sejenis shg kadar deterjen sangat rendah), dilanjutkan proses sementasi konsentrat hasil evaporasi. Unsur radioaktif utama adalah Cs137 (T1/2= 30 thn). Evaporasi limbah deterjen tersebut menimbulkan buih, shg utk mencegah distilat terkontaminasi unsur radioaktif dibutuhkan bhn anti buih. Biaya operasi evaporasi mahal karena diperlukan uap air pemanas yang dibangkitkan dari pembakaran minyak dalam boiler dan memerlukan bhn anti buih dan asam nitrat penghilang kerak [1].

b.Limbah solven TBP-kerosen


TBP, [C12H27PO4] adalah senyawa organik sbg solven pengekstraksi uranium dari senyawa uranil nitrat [UO2(NO3)2] dgn Kd dan selektivitas yg tinggi, tahan radiasi, dan tahan asam. Dlm pemakaian TBP dilarutkan dlm kerosin odorless pd komposisi masing-masing 30% dan 70% vol. Solven TBP-kerosin punya nilai kalori pembakaran 10.000 kkal/kg, limbah tsb diolah dgn insenerasi. Pada pembakaran timbul uap fosfat dlm gas hasil pembakaran yg merusak filter kantong (bag filter) dari inseneratornya. Hal tsb dihindari dgn penambahan garam kalsium formiat guna mengendapkan fosfat dlm bentuk kalsium fosfat yg kmd terikat dlm abu pembakaran. Pengolahan limbah tsb perlu biaya operasi tinggi.

c.Limbah solven D2EHPA-TOPO dlm Kerosen


Solven ini untuk ekstraksi uranium dlm asam fosfat, mempunyai kalori pembakaran > 10.000 kkal/kg, shg limbah dpt dibakar dlm insenerator. Masalah yg timbul sama spt pada pembakaran solven TBPkerosin.

d.Limbah Solven Organik


Limbah solven organik PPO (C5H11NO), POPOP (C24H16N2O2), dioxan (C4H8O2), toluene (C7H8), dan xylene (C8H10) dari kegiatan analisis zat radioaktif dengan metode liquid scintillation, diolah melalui proses insenerasi.

e.Limbah Minyak Pelumas Bekas


Limbah organik berupa minyak pelumas terkontaminasi dari kegiatan perawatan instalasi nuklir diolah melalui proses insenerasi.

Pengolahan Limbah Cair Radioaktif Fasa Air


Limbah radioaktif cair fasa air ditimbulkan dari operasi reaktor dan fasilitas nuklir lainnya, mengandung unsur radiokatif Cs-137, Sr-90, Co-60, Fe-55, Fe-56, dll beraktivitas 109 Bq/liter diolah dengan proses evaporasi atau proses pertukaran ion.

Pengolahan Limbah Cair Dari Industri Non Nuklir


Pengolahan limbah cair dari industri non nuklir dilakukan melalui metode pengolahan seperti ditunjukkan pada Tabel 4

Table 4. Common Industrial Waste Water Treatment Methods and Applications


Category of Pollutant Suspendes solids Characteristics
Dense, rapid settling

Type of Treatment
Plain sedimentation

Industry
Mining, phosphate, steel, mills, power plants (fly ash),beetsugar processing (beet washing), pulp (hydraulic debarking), foundry Pulp and paper, textile, petroleum and petrochemical, food plants, steel mills, mining, chemical plants Petroleum and petrochemical, laundry, meat packing, machining (cutting oil), aircraft or railroad-car washing, dairies, food plants. Beet- and cane-sugar plants, dairies, meat packing, pulp and paper, canning, chemical plants, breewing, petroleum and petrochemical, tanneries.

Colloidal

Chemical coagulation followed by sedimentation or flotation

Oily material or light-weight Flotation (with chemical solids treatment if necessary)

Organic matter

Vary with industry; some are easily oxidized biologically; others require special techniques Very strong organic wastes

Trickling filter; activated sludge: conventional, high-rate, contact stabilization, aerobic digestion

Dissolved metals

Toxic materials

Anaerobic treatment followed by aerobic treatment Generally cations of Al, Cr, Precipitate with lime, followed Metal finishing, plating, rayon Cu, Fe or Zn in low pH by sedimentation processing, steel mills, solution tanneries Chromates Reducwee with ferrous iron Tanneries, plating, metal sulfate or sulfur dioxide; then finishing precipitate with lime, followed by sedimentation Cyanide (generally with Oxidize with chlorine ot Plating, foundry metal complexes) hypochlorite; then treat with lime for precipitating metals

Proses Pengolahan Limbah Dengan Bakteri.


Kemampuan bakteri aerob dalam menguraikan zat organik melalui proses biooksidasi sehingga terbentuk biomassa bakteri yang sekaligus mengakumulasi logam berat dan unsur radiokatif sangat menarik untuk diteliti. Hasil tersebut dapat menjadi proses alternatif pengolahan limbah cair organik radioaktif, sehingga proses detokfikasi dan dekontaminasi dapat berlangsung, baku mutu B3 dan radioaktivitas dapat dipenuhi. Kemampuan biosorben Extracellular Polymeric Substance (EPS) yang terkandung dalam bakteri dalam pengikatan logam berat dan radionuklida sangat menarik untuk diteliti guna pemanfaatan lumpur aktif hasil pengolahan limbah dengan proses biooksidasi menggunakan bakteri aerob. Lumpur aktif tersebut biasanya hanya dibuang begitu saja, padahal mengandung EPS yang mempunyai sifat sorpsi, penukar ion, dan pembentuk kompleks yang sangat bagus terhadap kation dan anion sehingga dapat mengikat ion tersebut dengan mudah. Dalam penelitian ini EPS diekstraksi dari lumpur aktif hasil pengolahan limbah industri makanan dengan biooksidasi menggunakan bakteri. EPS kemudian digunakan untuk biosorbsi uranium melalui operasi EPS terdispersi dalam limbah.

TEORI
Bakteri
Mikroorganisme dapat mengakumulasi logam berat dan unsur radioaktif. Mekanisme akumulasinya : fisika, kimia, biologi, adsorpsi, presipitasi, pertukaran ion, pembentukan kompleks, dan fenomena transfer massa. Sel hidup & mati mikroba (dinding sel, pigmen, polisakarida, protein, dan residu selular tahan urai), mampu mendekontaminasi larutan. Penyerapan logam berat dan unsur radioaktif dari larutan oleh biomassa mikroba tsb disebut biosorpsi Biosorpsi dan fenomena terkait merupakan proses penting untuk penghilangan racun kuat, logam berat, dan unsur radioaktif dari limbah cair menghasilkan detoksifitas larutan (Gambar 1).
Biomasa pengikat dapat berupa massa hidup atau mati, tersuspensi bebas atau terimobilisasi ke dalam atau pada matrik inert atau sebagai butiran, biofilm atau agregrat, atau produk yang dikeluarkan atau diturunkan oleh sel mikroba.

Pengolahan awal, misalnya pengenceran, pengaturan pH, pemekatan, pengendapan

Regenarasi biomassa atau produknya

Pengambilan kembali secara nondestruktif misalnya desorpsi menggunakan asam encer, karbonat

Larutan logam/ radionuklida

Biomassa atau produk yang dikeluarkan atau diturunkan oleh sel mikroba

Biomassa yang termuati logam berat atau radionuklida

Resirkulasi

Pembuangan efluen yang telah didekontamnasi yang aman terhadap lingkungan

Pengolahan secara destruktif misalnya insenerasi, pelarutan dalam asam atau basa

Pengambilan kembali logam atau radionuklida dan atau pengungkungan

Gambar 1. Skema penghilangan logam berat, unsur radioaktif, dan substansi terkait dari larutan dengan biomasa mikroba.

Beberapa contoh akumulasi logam berat dan unsur radioaktif oleh mikroorganisme ditunjukkan dalam Tabel 5.
Pada Tabel 5 ditunjukkan bahwa setiap jenis mikroba mempunyai kemampuan biosorpsi unsur logam yang spesifik. Tabel 6 menunjukkan komponen sel bakteri dan fungsinya yang mendukung terjadinya proses biosorpsi, sedangkan komposisi sel bakteri ditunjukkan pada Tabel 7.

Berdasarkan komponen dan komposisi bakteri tersebut terlihat bahwa di dalam tubuh bakteri mengandung polisakarida, protein, lipid, gula, asam amino, polifosfat, sulfat, dan lain-lain.
Pengolahan limbah dengan bakteri dapat dilakukan melalui : penggunaan langsung bakteri untuk menguraikan zat organik sekaligus mengikat logam berat dan unsur radioaktif, dan atau penggunaan tak langsung melalui ekstraksi kandungan bahannya (EPS) yang dapat menyerap logam berat dan unsur radioaktif.

Tabel 5. Beberapa contoh akumulasi logam berat dan unsur radioaktif oleh mikroba

Tabel 6. Komponen sel bakteri dan fungsinya


Komponen sel Dinding sel Fungsi Memberikan kekuatan untuk mempertahankan bentuk sel dan melindungi membran sel. Beberapa bakteri dapat memproduksi lapisan polisakarida lengket diluar dinding sel, disebut kapsul atau Extracellular Polymeric Substances (EPS). Mengontrol organic terlarut yang lewat dan nutrient sampai sel dan material limbah dan metabolisme oleh produk luar dari sel. Kandungan material dalam sel utk membawa fungsi sel dan termasuk air, nutrient, enzim, ribosom, dan molekul organic kecil. Kandungan material yang tersimpan yang dapat menyediakan karbon, nutrient atau energy. Ini mungkin simpanan karbohidrat, seperti PHB atau glikogen, polifosfat, lipid, dan granula sulfur. Bentuk molekul yang dobel standar yang mengandung informasi genetic yang menentukan protein sel alami, dan enzim yang diproduksi. Molekul sirkular kecil DNA yang dapat juga memberikan informasi sifat genetic bakteri. Partikel dalam sitoplasma yang tersusun dari RNA dan protein dan tempat dimana protein diproduksi. Protein dalam struktur seperti rambut yang memanjang dari membrane sitoplasma beberapa kali panjang bakteri keluar dari sel dan menghasilkan gerakan dengan berputar pada kecepatan tinggi. Protein dalam struktur rambut yang pendek (pili lebih panjang) yang mungkinkan bakteri untuk menjadi seperti stik pada permukaan. Pili juga memungkinkan bakteri untuk menempel satu sama lain.

Membran sel Sitoplasma Cytoplasmic inclusions

DNA

Plasmid DNA
Ribosom Flagella

Fimbriane and pili

Tabel 7. Komposisi Sel Bakteri


Unsur Pokok Material sel utama : Protein Polisakarida Lipid DNA RNA Lain-lain (gula, asam amino) Ion organik % Berat Kering 55 5,9 9,1 3,1 20,5 6,3 1,0 Unsur Pokok Sebagai elemen sel : Karbon Oksigen Nitrogen Hidrogen Phospor Sulfur Potasium Sodium Kalsium Magnesium Klorin Iron Trace element lain % Berat Kering

50,0 22,0 12,0 9,0 2,0 1,0 1,0 1,0 0,5 0,5 0,5 0,2 0,3

II.2. Extracellular Polymeric Substance (EPS)


Kemampuan biosorpsi bakteri diberikan oleh EPS yang dihasilkan dari sel hidup & mati. EPS berkomposisi polisakarida (40-95 %), protein (1-60 %), asam nukleat (1-10 %), lipida (1-10 %), dan sisanya polimer yang terdiri atas asam amino dan senyawa lain. Polisakarida : senyawa organik yg berkomposisi selulosa, kitin, pati, glokogen, dan karbohidrat. Karbohidrat sendiri terdiri dari monosakarida, maltosa, selobiosa, laktosa, dan sukrosa. Dalam polisakarida terdapat gugus karboksilat (-COOH) dan hidroksil (-OH). Gugus karboksilat tsb meliputi asam-asam : tartrat, aldonat, aldarat, uronat, glukoronat, gulonat, asetat, askorbat, sulfat dalam bentuk OSO3H dan NHSO3H (pada struktur heparin). Polisakarida bentuk kitin mengandung gugus aminokarboksilat [-CH(NH2)COOH]. Protein : poliamida, hidrolisisnya menghasilkan asam amino, bergugus aminokarboksilat.

Asam nukleat adalah asam yang merupakan pengemban kode genetik sistem kehidupan. Tipe utama asam nukleat : asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). DNA : polimer rantai panjang molekul deoksiribosa gula, diikat oleh gugusgugus fosfat. Hidrolisa dari DNA menimbulkan pecahan-pecahan kecil gula, asam dan ion fosfat. Struktur RNA serupa DNA, adalah sederet satuan gula (ribosa) diikat oleh ikatan fosfat. Hasil hidrolisa RNA : nukleotida, nukleosida, ion fosfat, dan akhirnya ribosa dan basa. Lipida : senyawa organik tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut oranik non polar seperti dietil eter atau senyawa hidrokarbon yang lain. Lipida : lemak dan minyak, terpena, steroid, fosfolipid, fosfogliserida, lesitin, sefalin, plasmalogin, sfingolopid, dll. Lipida mengandung gugus fungsional karboksilat, fosfat, dan aminokarboksilat. EPS bergugus -COOH, -OPO3H, -OSO3H, NHSO3H, -OH, -CH(NH2) COOH, dll. Contoh struktur EPS dalam lumpur aktif ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur EPS dalam Lumpur Aktif .

EPS sebagai biosorben mampu mengikat kation dan anion. Pengikatan kation dilakukan oleh gugus fungsional karboksilat, fosfat, sulfat, dan aminokarboksilat dengan masing-masing reaksi sebagai berikut [2] :

Mn+ adalah kation bermuatan positip n dengan nilai n satu atau 2. Kation terikat EPS dapat terusir dan diganti kation lain berselektivitas > besar. Pertukaran ion cenderung lebih memilih terlebih dahulu ion dengan kondisi : Ion dengan valensi lebih tinggi. Ion terlarut dengan volume tersolvatasi kecil. Ion dengan kemampuan berpolarisasi lebih besar. Ion yang bereaksi kuat dengan tempat penukar ion dari padatan resin. Ion yang paling sedikit bereaksi dengan ion lain untuk membentuk kompleks. Urutan selektivitas kation adalah sebagai berikut : Ba2+ > Pb2+ > Sr2+ > Ca2+ > Ni 2+ > Cd2+ > Cu2+ > Co2+ > Zn2+ > Mg2+ > Ag+ > Cs+ > K+ > Na+ > H+ dan UO22+ >> Cu2+ > Co2+.

Pengikatan anion oleh EPS dilakukan oleh gugus hidroksil dan gugus amino :

Gugus amina dapat mengikat anion dan sekaligus kation sesuai reaksi 4 dan 6. Urutan selektivitas anion adalah sebagai berikut : SO42- > I- > NO3- > CrO42- > Br- > Cl- > OH-. Gugus-gugus hidroksil, amina, karboksil, fosfat, dan sulfat dapat juga mengikat ion logam membentuk kompleks.

Gugus-gugus hidroksil, amina, karboksil, fosfat, dan sulfat dapat juga mengikat ion logam membentuk kompleks. Kompleks tersebut terbentuk antara ligan organik dan ion logam , Gambar 3 menunjukkan pembentukan kompleks ion Zn () dengan ligan dari 4 buah gugus fosfat .

Gambar 3. interaksi molekul dalam EPS (Yu Tian, 2008)

Proses Oksidasi Biokimia Untuk Pengolahan Limbah Organik Radioaktif.


Pengolahan limbah cair organik radioaktif secara oksidasi biokimia dengan sel bakteri aerob (mikroorganisme), melalui persamaan :
sel Zat organik + a'O2+N+P a Sel baru + CO2 + H2O + Residu selular tahan urai (7) k Sel + b' O2 CO2 + H2O + N + P + Residu selular tahan urai (8) b a= fraksi zat organik yang dihilangkan melalui oksidasi menjadi energi, k = konstante kecepatan reaksi , merupakan fungsi kemampuan penguraian zat organik, b = jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk oksidasi , dan b = fraksi biomassa yang dapat teruraikan lewat oksidasi per hari.

Bakteri yang diaerasi dan diberi nutrisi berkembang biak dan memakan zat organik menjadi CO2 dan H2O sehingga terbentuk lumpur biomassa bakteri yang berkomposisi sel hidup dan mati (residu selular tahan urai)
Logam berat dan unsur radioaktif dlm limbah terjerap pada lumpur biomassa bakteri, shg terjadi dekontaminasi larutan.

Penghilangan BOD pada proses oksidasi biokimia


Bakteri perlu adaptasi pada media air limbah yg diolah (6 minggu).

Penghilangan BOD air limbah melalui lumpur biologi dgn 2 tahap :


a. Diawali melalui satu atau lebih mekanisme sbb : 1. Penghilangan zat tersuspensi melalui penangkapan dgn penjerapan pada flok biologi termasuk logam berat dan unsur radioaktif. 2. Penghilangan bhn koloid melalui penjerapan fisika kimia pada flok. 3. Penjerapan biologi zat organik terlarut oleh mikroorganisme b. Selanjutnya diikuti dgn penghilangan lambat sisa BOD terlarut.

Tipe Lumpur Aktif & Hub.Oksigen terlarut vs F/M.

Gambar 4. Tipe-tipe lumpur aktif

Gambar 5. Hubungan oksigen terlarut dengan rasio F/M pada flok aerobik

Kebutuhan Nutrisi Pada Proses Oksidasi Biokimia


Beberapa unsur mineral sangat diperlukan sbg nutrisi untuk metabolisme zat organik oleh mikroorganisme, biasanya telah ada dlm jumlah yg cukup dlm air(kecuali N dan P). Tabel 8. Nutrisi yang dibutuhkan untuk oksidasi biokimia dalam jumlah yang kecil (bentuk ion) .
No 1 Jenis Nutrisi Mn Kadar (mg/mg BOD) 10x10-5 No 7 Jenis Nutrisi Co Kadar (mg/mg BOD) 13x10-5

2 3
4 5 6

Cu Zn
Mo Se Mg

14,6x10-5 16x10-5
43x10-5 14x10-10 30x10-4

8 9
10 11 12

Ca Na
K Fe CO3

62x10-4 5x10-5
45x10-4 12x10-3 27x10-4

Nutrisi utama bakteri aerob adalah N dan P, rasio BOD : N : P = 100 : 5 : 1. Kebutuhan oksigen untuk proses oksidasi biokimia mengikuti rumus :

Kebutuhan oksigen (kg/hari) = a.Q. (La Le) + b [ V . X t /100]


dimana : a dan b adalah konstanta, untuk limbah perkotaan a =0,4 0,65 dan b= 0,1-0,3 ; Q = laju alir masuk limbah (m3/hari); La = harga BOD awal (mg/l); Le = harga BOD akhir (mg/l); V= volume tangki aerasi(m3); dan X t= MLVSS (mixed liquor volatile suspended solid) (mg/l). Kecepatan pemberian oksigen untuk proses oksidasi biokimia mengikuti rumus :

Kapasitas (kg/jam) = Kla.(Cs C)


dimana Kla = koefisien absorpsi keseluruhan oksigen (1/jam), Cs = kadar oksigen terlarut jenuh (mg/l), C = kadar oksigen sesungguhnya (mg/l).

Berdasarkan Gambar 4 , lumpur aktif jenis filamentous bulking tidak dikehendaki pembentukannya karena akan menyebabkan penyumbatan sistem perpipaan, ini terjadi pada konsentrasi oksigen yang rendah ( < 0,1 mg/liter).
Lumpur pin-point terjadi dari operasi dengan nisbah F/M yang rendah, lumpur ini sulit membentuk flok sehingga pengendapan lumpur sulit terjadi, logam berat dan unsur radioaktif sulit dipisahkan dari larutannya. Lumpur non-bulking dihasilkan dari operasi plug-flow atau selector plant configuration , pengendapan lumpur tersebut mudah terjadi ,logam berat dan unsur radioaktif mudah dipisahkan dari larutannya.

Jumlah bakteri yang ditambahkan dapat dihitung melalui penggunaan Gambar 5 yang berabsis F/M dan berordinat kadar oksigenm terlarut, nilai F= BOD.Volume limbah dan M= jumlah bakteri yang diperlukan.

Gambar 6. Skema unit proses oksidasi biokimia pengolahan limbah deterjen.

Gambar 7. Unit proses oksidasi biokimia pengolahan limbah terpasang hasil rancangan

Pemanfaatan EPS Untuk Pengolahan Limbah


EPS diperoleh dari ekstraksi lumpur aktif hasil pengolahan limbah (Industri
makanan PT Unilever), lumpur disaring dan dicuci dengan akuades, cakenya diresuspensi kembali dengan aquades. Lumpur baru dipanasi pada suhu 80 oC selama 10 menit, dan didinginkan kembali sampai suhu kamar. Lumpur tersebut kemudian disentrifugasi pada 9000 rpm, suhu 4 oC selama 20 menit. Beningan yang diperoleh adalah larutan EPS yang perlu diidentifikasi kandungan protein, polisakarida, asam nukleat, dan lipidanya. Bila EPS mengandung bahan tersebut sesuai dengan referensi, maka EPS dapat digunakan untuk pengolahan limbah melalui EPS terdispersi dalam limbah atau EPS terimobilisasi dalam suatu matriks untuk pengolahan limbah melalui operasi kolom.

III. JUDUL-JUDUL PENELITIAN


Judul-judul penelitian yang telah dilakukan ditunjukkan pada Tabel 9.
Judul-judul penelitian yang akan dilakukan ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 9. Judul-judul penelitian yang telah dilakukan


No JUDUL PENELITIAN

1.

Pengolahan Limbah Radioaktif cair Yang Mengandung Deterjen Dengan Proses Oksidasi Biokimia.
Pengolahan Limbah Radioaktif TBP-Kerosen Fase Air Dengan Proses Oksidasi Biokimia. Pengolahan Limbah Radioaktif Cair Dari Dekomisioning Fasilitas Pemurnian Asam Fosfat PT.Petrokimia Gresik Dengan Proses Oksidasi Biokimia.

2. 3.

4. 5. 6.

Denitrifikasi Limbah Radioaktif Cair Asam Nitrat Dari Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir Dengan Proses Oksidasi Biokimia. Denitrifikasi Limbah Radioaktif Cair Asam Nitrat Dan Diterjen Dengan Proses Oksidasi Biokimia. Pengolahan Air Lindian Fasilitas Tempat Pembuangan Akhir Limbah Kota Semarang Dengan Proses Oksidasi Biokimia.

Tabel 9. Judul-judul penelitian yang telah dilakukan (Lanjutan)


No 7 JUDUL PENELITIAN Penghilangan Unsur Radioaktif Dan Logam Berat Dari Limbah Cair DenganProses Biosorpsi. Penggunaan Biosorben Extracellular Polymeric Substance Terdispersi untuk Penyisihan ranium. Penggunaan Biosorben Extracellular Polymeric Substance Terimobilisasi Pada Metriks Kalsium Alginat Penyisihan Uranium. Fenomena Biosorpsi U, Th, dan Pb Pada EPS Terdispersi Proses Regenerasi Extracellular Polymeric Substance Terimobilisasi Pada Metriks Kalsium Alginat Dengan Larutan Natrium Karbonat.

9 10 11

Tabel 10. Judul-judul penelitian yang akan dilakukan


No
1 2

JUDUL PENELITIAN
Penggunaan EPS pseudomonas aerugenosa sp terdispersi untuk pengolahan limbah cair elektroplating. Penggunaan EPS pseudomonas aerugenosa sp terimobilisasi pada matriks polivinilkhlorida untuk proses denitrifikasi dan penghilangan logam berat. Penggunaan EPS pseudomonas aerugenosa sp terdispersi untuk proses denitrifikasi dan penghilangan logam berat. Penggunaan EPS kultur bakteri campuran bacillus, pseudomonas, arthrobacter, dan aeromonas terdispersi untuk proses denitrifikasi dan penghilangan uranium. Penggunaan EPS kultur bakteri campuran bacillus, pseudomonas, arthrobacter, dan aeromonas terimobilisasi pada matriks antrasit untuk proses denitrifikasi dan penghilangan uranium. Penggunaan EPS streptomysces terimobilisasi pada gel poliakrilamida untuk penghilangan uranium, tembaga, dan kobal.

3
4

Tabel 10. Judul-judul penelitian yang akan dilakukan (Lanjutan)


No
7 8 9

JUDUL PENELITIAN
Regenerasi EPS streptomysces terimobilisasi pada gel poliakrilamida dengan larutan Na2CO3. Penggunaan EPS streptomysces terdispersi untuk penghilangan uranium, tembaga, dan kobal. Penggunaan EPS Citrobacter terimobilisasi pada matriks poliakrilamida untuk penghilangan uranium, kadmium,tembaga, dan timbal. Regenerasi EPS Citrobacter terimobilisasi pada matriks poliakrilamida dengan larutan Na2CO3. Penggunaan EPS Citrobacter terdispersi untuk penghilangan uranium, kadmium,tembaga, dan timbal. Penggunaan EPS bacillus terimobilisasi pada matriks poliakrilamida untuk penghilangan logam Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, U, dan Zn. Penggunaan EPS bacillus terdispersi untuk penghilangan logam Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, U, dan Zn.

10 11 12 13

Tabel 10. Judul-judul penelitian yang akan dilakukan (Lanjutan)


No JUDUL PENELITIAN

13 Penggunaan EPS bacillus terdispersi untuk penghilangan logam Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, U, dan Zn. 14 Penggunaan alge chlorella vullgaris dan spirulinaplatensis terimobilisasi pada poliakrilamida untuk penghilangan logam Cu, Pb, Zn, Au, dll. 15 Penggunaan aspergillas miger untuk penghilangan logam Zn, Mg, logam-logam sulfida dalam larutan . 16 Penggunaan chlorella pyrenoidosa, chlorella vulgaris dan spirulinaplatensis untuk biosorpsi logam Ag. 17 Penggunaan alge chlorella vullgaris terimobilisasi pada matriks poliakrilamida untuk penghilangan logam Au, Cu, Zn, dan Hg. 18 Regenerasi alge chlorella vullgaris terimobilisasi pada matriks poliakrilamida dengan larutan EDTA.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai