Anda di halaman 1dari 4

Pondasi Tiang Pondasi Tiang dipergunakan bilamana lapisan-lapisan bagian atas dari pada tanah begitu lembek, sehingga

tidak cukup kuat memikul bangunan dengan memakai pondasi langsung atau pondasi plat. Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memasang tiang. Cara yang paling sering dipakai adalah dengan membuat tiang dahulu, kemudian memasukkanya kedalam tanah dengan memakai mesin pemancangan ( pile driving machine ). Tiang semacam ini biasanya disebut tiang pancang. Cara lain adalah dengan membuat lubang lebih dahulu. Kemudian lubang tersebut diisi dengan beton dan besi sebagai tulanganya. Tiang semacam ini disini biasanya disebut tiang straus. Untuk keperluan perencanaan (desain), tiang dapat dibagi menjadi dua golongan : 1. Tiang yang tertahan pada ujungnya ( point Bearing Piles). 2. Tiang yang tertahan oleh pendekatan antara tiang dengan tanah (Friction Piles) Tiang yang tertahan pada ujung. tiang semacam ini dimasukkan sampai lapisan keras sehingga beban bangunan dipikul pada lapisan ini. Lapisan keras ini boleh terdiri dari bahan apapun, meliputi lempung keras sampai batuan tetap. Bilamana lapisan merupakan batu keras maka penentuan daya dukung tiang tidak menjadi soal. Daya dukung dalam hal ini tergantung pada kekuatan tiang sendiri dan dapat dihitung dari tegangan yang diperbolehkan pada bahan tiang. Bilamana lapisan merupakan batu keras ini terdiri dari pasir maka daya dukung tiang tergantung pada sifat-sifat lapisan tersebut terhadap ujung tiang. Cara yang baik dan sederhana untuk maksud ini ialah dengan alat sondir ;

Cara ini banyak dipergunakan di negeri Belanda dimana banyak terdapat lapisan pasir dibawah lapisan lempung dan lanau yang lunak. Cara ini juga dipakai di negera-negara Eropa lain, dan juga di Indonesia. Dengan memakai hasil dari pada percobaan kita dapat menentukan sampai berapa meter dalam tiang harus dimasukkan, dan daya dukung pada kedalaman tersebut. Daya dukung tiang dapat dihitung langsung dari nilai konus : yaitu daya dukung keseimbangan = pA dimana p = nilai konus A = luas tiang Beban yang diperbolehkan diatas tiang = pA / 3, dimana 3 adalah factor keamanan. tentu saja kekuatan tiang sendiri masih harus diperhitungkan. Nilai konus yasng dipakai untuk penentuan daya dukung tiang sebaiknya diambil rata-rata dari dalam 4 D diatas ujung tiang sampai sedalam 4 D dibawah ujung tiang, dimana D adalah diameter tiang. Tiang pancang tidak dapat dimasukkan lebih dari pada beberapa meter dalam pasir yang padat. tetapi tiang pasir yang kepadatanya sedang pasir lepas mungkin sekali tiang mungkin dapat dipancang terus. Dalam kedua hal ini daya dukung tiang dapat ditentukan dengan cara yang diterangkan tadi, yaitu dengan menggunakan hasil percobaan sondir. Tentu saja makin dalam ujung tiang pancang tidak dengan sendirinya berarti makin besar daya dukungnya Bilamana tiang pancangkan sampai lapisan keras yang terdiri dari lempung maka penentuan daya dukung akan lebih sulit. Bila mana dipakai cara seperti diterangkan diatas untuk pasir dengan memakai sondir, maka kita akan memperoleh daya dukung yang lebih besar daripada nilai sebenarnya. Dalam hal ini daya dukung akan lebih tepat bilamana dipakai cara seperti diterangkan dibawah ini untuk Friction piles.

Tiang yang tertahan oleh Pelekatan antara Tiang dan Tanah Kadang- kadang ditemukan keadaan tanah dimana lapisan keras tanah sangat dalam sehingga pembuatan dan pemancangan tiang samopai lapisan tersebut sukar dilaksanakan. dalam hal ini mungkin dapat dipergunakan Friction piles , yaitu tiang yang tertahan oleh pelakatan antar tiang dengan tanah. Tiang semacam ini disebut juga tiang terapung(floating piles). Sebenarnya bilamana tiang semacam ini dimasukkan dalam pasir maka sebagian besar daya dukung masih tergantung pada perlawanan ujungnya dapat dihitung dari hasil sondir seperti diterangkan tadi. Bilamana tiang dimasukkan dalam lapisan lempung maka perlawanan ujng akan jauh lebih kecil dari pada perlawana akibat pelekatan tiang dan tanah. Karena itu untukl menghitung daya dukung tiang ini dalam lempung kita harus dapat menentukan besarnya gaya pelekatan antara tiang dengan tanah. Secara teoritis daya dukung tiang (Q) ini dapat dihitung dengan rumus yang berikut :

Q = c Nc A + k c O L
dimana A O L Nc k c = luas tiang = keliling tiang = dalam tiang = faktor daya dukung = perbandingan antar gaya pelekatan dengan kekuatan geser tanah. = kekuatan geer tanah.

Nilai Nc biasanya diambil sebesar 9, yaitu sama seperti untuk pondasi langsung berbentuk lingkaran yang dalam.

Nilai k agak sulit ditentukan dengan tepat, dan terpaksa kita pakai cara perkiraan saja untuk menentukannya. Hasil pengukuran lapangan menunjukkan bahwa makin keras lempung maka semakin kecil nilai k ini. Secara teoritis nilai k tidak mungkin menjadi lebih besar dari pada satu, yaitu gaya pelekatan antara tiang dan tanah tiadak dapat melebihi kekuatan geser tanah. Walaupun demikian ternyata bahwa pada lempung yang sangat lunak, hasil percobaan lapangan menunjukkan nilai lebih dari pada satu. Hal ini mungkin disebabkan karena pengukuran kekuatan geser tidak tepat, atau karena pemancangan tiang menyebabkan perobahan pada kekuatan tanah disekeliling tiang yang bersngkutan. Di Indonesia hasil percobaan sondir pada tanah lempung sering dipakai untuk menetukan daya dukung tiang semacam ini. Percobaan sondir dilakukan dengan memakai alat bikonus yaitu sebuah konus yang selain dapat mengukur pelawanan pada ujung, juga dapat mengukur gaya pelekatan antara alat dengan tanah. Gaya ini disebut hambatan pelekat, dan angkaangkanya bisanya dijumlahkan supaya kita dapat jumlah hambatan pelekat (D.H.P) yaitu pelekatan dari permukaan tanah sampai dalam yaitu bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai