Anda di halaman 1dari 20

1.

DIFUSI GAS Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah terjadi lewat difusi pasif melalui membrane pernapasan. Difusi meliputi proses molekul-molekul sederhana meliputi proses molekulmolekul sederhana yang bergerak secara bebas satu sama lain pada kedua arah melalui membran. Difusi membutuhkan energi dan gerakan molekul yang berlangsung secara terus-menerus. Hukum Dalton : Tekanan Parsial Gas Setiap gas dalam campuran gas memiliki tekanannya masing-masing tanpa dipengaruhi gas lain yang ada dalam campuran gas itu yang disebut tekanan parsial (Px). Tekanan parsial itu ditentukan oleh pukulan konstan molekul-molekul gas pada suatu permukaan. Kecepatan difusi gas tertentu yang sebanding dengan tekanan gas tersebut disebut tekanan parsial gas. Setiap gas berdifusi melalui membrane pernapasan dari Px yang tinggi menuju Px yang lebih rendah. Tekanan total pada permukaan laut adalah sebesar 760 mmHg dengan komposisi : Nitrogen (N2) 78,6 % = 597 mmHg Oksigen (O2) 20,9 % = 159 mmHg Uap air (H2O) 0,46% = 3,5 mmHg Karbondioksida (CO2) 0,04% = 0,3 mmHg Saat inhalasi pada udara alveoli terdapat sedikit oksigen (13,6% Vs 20,9%) dan banyak karbondioksida (5,2% Vs 0,04 %), karena : 1. Pada pertukaran gas dialveolus, CO2 meningkat dan O2 menurun 2. Udara dilembabkan dahulu saat melewati lapisan mukosa sehingga menyebabkan H 2O meningkat dan O2 menurun. Saat exhalasi pada udara alveoli terdapat lebih banyak oksigen (16% Vs 13,6%) dan sedikit CO 2 (4,5% Vs 5,2%) karena udara yang dihembuskan sebagian masuk ke ruang rugi dan tidak ikut ke dalam pertukaran gas.

HUKUM HENRY Konsentrasi gas terlarut sebanding dengan Px dan kelarutan (S). Konsentrasi zat terlarut adalah volume gas terlarut dalam satuan volume air, dapat dirumuskan : Px = NB : Kelarutan gas sangat tinggi dalam lipid sehingga kelarutannya juga tinggi dalam membran sel. DIFUSI GAS MELALUI MEMBRAN PERNAPASAN Membran pernapasan terdiri dari beberapa lapisan, yaitu : 1. Lapisan cairan yang melapisi alveolus berisi surfaktan yang mengurangi tegangan permukaan cairan alveolus. 2. Epitel selapis pipih alveolus

3. 4. 5. 6.

Membrane basalis epitel Ruang interstitial tipis antara epitel alveolus dan membran kapiler Membran basalis kapiler yang tempatnya bersatu dengan membrane basalis epitel Membran endotel kapiler

Mekanisme Difusi A. Respirasi External Mekanisme : PO2 alveoli 104 mmHg PO2 kapiler arteri pulmonary 40 mmHg (warna biru) PO2 kapiler vena pulmonary 104 mmHg (warna merah) PCO2 kapiler arteri pulmonar 45 mmHg PCO2 alveolus dan PCO2 vena pumonalis 40 mmHg B. Respirasi Internal Mekanisme : PO2 kapiler arteri jaringan 100 mmHg PO2 jaringan dan PO2 vena jaringan = 40 mmHg PCO2 jaringan 45 mmHg PCO2 kapiler arteri jaringan 40 mmHg (warna merah) PCO2 kapiler vena jaringan 45 mmHg (warna biru) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN DIFUSI GAS (D) MELALUI MEMBRAN PERNAPASAN 1. Ketebalan membrane (d); berbanding terbalik dengan kecepatan difusi melalui membrane 2. Luas permukaan memban (A); pengangkatan seluruh paru mengurangi luas permukaan total menjadi setengah normal, bila jumlah total permukaan dikurangi 1/3-1/4 pertukaran gas melalui membran tadi terganggu 3. Koefisien difusi gas dalam substansi membrane; sebanding dengan kelarutan (S) dalam membran dan berbanding terbalik dengan akar kuadrat berat molekulnya (MW) 4. Tekanan antara kedua sisi membran pernapasan ( konsentrasi ke konsentrasi ) Bisa dirumuskan :

2. TRANSPOR GAS Yaitu pengangkutan O2 dari paru ke jaringan untuk melakukan metabolisme dan pengangkutan CO2 dari jaringan ke paru untuk dibuang. TRANSPOR O2 DALAM DARAH (EFEK BOHR) O2 ditranspor melalui 2 cara, yaitu secara fisis dalam bentuk terlarut dalam plasma dan secara kimia dalam bentuk terikat hemoglobin. Transpor O2 dalam bentuk terlarut hanya sekitar 1,5 % (sangat kecil) karena daya larut O 2 dalam plasma yang rendah. Transpor O2 dalam bentuk berikatan dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin (HbO 2) sangat besar, sekitar 98,5 %. Hal ini karena darah yang sudah teroksigenasi dan meninggalkan kapiler paru ini mendapatkan sedikit tambahan darah vena campuran dari sirkulasi bronchial. Hemoglobin terdiri atas gugus polipeptida dan 4 ion Fe yang berada dalam gugus heme. Masingmasing ion Fe dapat mengikat satu molekul O 2 sehingga satu molekul Hb dapat mengikat 4 molekul O 2.

Persentase sisi heme yang mengikat O2 disebut sebagai saturasi O2 (SaO2). Bila 4 molekul O2 telah terikat seluruhnya pada molekul Hb, maka dikatakan Hb telah 100% jenuh (100% saturated), sedangkan bila tidak penuh 4 molekul maka dikatakan Hb jenuh secara parsial (partially saturated). Saturasi ini dipengaruhi oleh : 1. Suhu (T) berbanding terbalik dengan saturasi T , SaO2 2. PCO2 berbanding terbalik dengan saturasi PCO2 , SaO2 3. 2,3-diphosphoglycerate (BPG) berbanding terbalik dengan saturasi BPG , SaO2 4. pH sebanding dengan saturasi pH, H+ , SaO2 5. PO2 sebanding dengan saturasi PO2 , SaO2 Mekanisme PO2 kapiler vena pulmonal 104 mmHg peningkatan afinitas Hb terhadap O2 saturasi Hb dengan O2 98,5 % (oksihemoglobin) PO2 jaringan 40 mmHg saturasi PO2 jaringan 40 mmHg penurunan afinitas Hb terhadap O2 saturasi Hb dengan O2 75 % (deoksihemoglobin) O2 berdisosiasi dari Hb O2 berdifusi ke dalam plasma O2 berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh Namun sekitar 75 % dari Hb masih berikatan dengan O 2 pada waktu Hb kembali ke paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya sekitar 25% O 2 dalam darah Jumlah O2 yang dilepaskan dari Hb di dalam jaringan = jumlah total O 2 yang diikat Hb dalam darah normal dengan kejenuhan 97 % adalah 19,4 ml tiap 100 ml darah. Untuk melewati kapiler jaringan, jumlahnya berkurang rata-rata menjadi 14,4 ml (PO 2 40 mmHg, saturasi 75 %). Jadi pada normalnya 5 ml O 2 ditranspor ke jaringan oleh tiap-tiap 100 ml darah. Pada keadaan istirahat, 5 ml O 2 ditranspor dalam setiap 100 ml darah, dan jika curah jantung normal 5 L/menit, total O2 yang akan dilepaskan ke jaringan 250 ml/menit Fungsi buffer Hb : 1. Hb dalam darah bertanggung jawab untuk mengatur PO2 dalam jaringan 2. Bila PO2 alveolus seperti di tempat tinggi atau seperti saat orang bernapas dengan O 2 murni FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSPOR O2 1. O2 yang masuk dalam paru bergantung pada jumlah O2 terlarut (berhubungan dengan PO2), jumlah Hb dalam darah, serta afinitas Hb terhadap O2 2. Difusi gas dalam paru kuat 3. Aliran darah menuju jaringan 4. Kapasitas darah untuk mengangkut O2 TRANSPOR CO2 DALAM DARAH (EFEK HALDANE) CO2 ditranspor melalui 2 cara yaitu dalam bentuk terlarut dalam plasma (7 %) serta dengan berdifusi dalam eritrosit (93 %). Daya larut CO 2 20 kali lebih besar dari O2, sehingga CO2 yang terlarut dalam plasma lebih banyak daripada O2 (7 % vs 1,5 %). Transpor O2 melalui difusi dalam eritrosit terbagi menjadi dalam bentuk ion bikarbonat (70 %) dan dalam bentuk ikatan dengan Hb membentuk karbamanohemoglobin (HbCO 2) a. Dalam bentuk ion bikarbonat CO2 terlarut dalam darah bereaksi dengan air (H 2O) membentuk asam karbonat (H2CO3) dengan katalisator berupa enzim karbonat anhidrase (CA) sehingga reaksi berlangsung 5000 kali lebih cepat. H2CO3 berdisosiasi menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Sebagian ion hydrogen bercampur dengan Hb dalam sel darah merah menjadi HHb. Sementara itu ion bikarbonat berdifusi dari sel darah merah ke dalam plasma. Ion klorida berdifusi ke dalam sel darah merah dan menggantikannya. CA CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

b. Dalam gabungannya dengan Hb dan proton plasma CO2 + Hb HbCO2

CO2 bereaksi langsung dengan bentuk radikal ammo di molekul Hb untuk membentuk senyawa karbamanohemoglobin (HbCO2). Sejumlah kecil CO2 bereaksi dengan protein plasma, tetapi ini kurang penting sebab jumlah proton hanya dari jumlah Hb [CO2] darah normalnya sekitar 50 volume % , tapi hanya 4 % yang benar-benar ditukarkan dalam proses transport CO2 melalui jaringan ke paru-paru, sehingga konsentrasi tersebut meningkat 52 volume % ketika darah mengalir melalui jaringan dan penurunan menjadi 48 volume % ketika mengalir ke paruparu. PERFUSI Adalah aliran darah yang membawa gas O2 ke tempat yang membutuhkan melalui jantung. Hubungan antara ventilasi-paru : Aliran darah di kapiler paru (perfusi) ikut menentukan jumlah O 2 yang dapat di angkut. Masalah timbul jika terjadi ketidak seimbangan antara ventilasi alveolus (VA) dan perfusi (Q) VA/Q imbalance. Ventilasi normal, perfusi normal semua O2 di ambil darah Ventilasi normal, perfusi kurang ventilasi berlebihan, tak semua O 2 sempat di ambil, unit ini di namai dead space yang terjadi pada syok. Ventilasi berkurang, perfusi normal darah tidak mendapat cukup O 2 (desaturasi). Unit ini di sebut shunt. Terjadi pada atelektasis edema paru, ARDS, dan aspirasi cairan. Silent unit tidak ada ventilasi dan perfusi Mekanisme Peredaran Darah Paru Paru mempunyai 2 sumber suplai darah: arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial darah teroksigenisasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolism jaringan paru Arteri bronkialis berasal dari aorta thorakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus vena bronkialis yang besar mengalirkan darahnya ke dalam system azygos, yang bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil mengalirkan darah vena pulmonalis Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalikan darah vena campuran ke paru di mana darah tersebut mengambil bagian dari pertukaran gas. Jalinan kapiler paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri, kemudian membagikannya ke sel-sel melalui sirkulasi sistemik. Adanya pintas fisiologis kecil yang dibentuk oleh 2 pengecualian yaitu aliran darah bronchial, yang didapatkan anastomis yang luas antara kapiler bronchial dan kapiler pulmonal dan walaupun sejumlah darah bronchial mengalir ke vena bronchial, sebagian darah mengalir ke dalam kapiler pulmonary dan memintasi ventrikel kanan. Pengecualian lain adalah aliran darah yang mengalir dari arteri koronaria ke dalam rongga jantung sebelah kiri. Inilah yang mengakibatkan PO 2 dalam darah arteri sistemik turun sekitar 2 mmHg lebih rendah dibandingkan darah yang telah mencapai keseimbangan dengan udara alveolus, dan saturasi Hb juga berkurang sekitar 0,5 % B. Prinsip Fisis Difusi Gas

1) Berdasarkan molekul Harus ada sumber energi disertai gerakan bebas masing-masing molekul. Kecuali pada 0C,semua molekul bergerak terus menerus setiap waktu Molekul bebas yang berikatan dengan molekul lainya memiliki gerakan linier dengan kec yang tinggi dan saling berbenturan dengan molekul lainnya Gerakkan antar molekul cepat dan acak Difusi netto gas terjadi dalam satu arah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

2) Tekanan Gas dalam Campuran(Tekanan Parsial) Tekanan disebabkan oleh adanya pukulan konstan dari gerakkan kinetis molekul-molekul yang menghantam suatu permukaan.Udara atmosfer yang normal adalah campuran gas-gas yang mengandung 79% N2 dan 21% O2 dengan presentase CO2, H2O dan gas-gas lain diabaikan karena persentasenya sangat kecil.Tekanan total dari campuran ini pada ketinggian diatas permukaan laut adalah 760 mmHg.Tekanan yang ditimbulkan oleh gas tersebut sebanding dengan persentase atau konsentrasinya dari tekanan total sbb : N2 (79%) = 79 760 mmHg = 600 mmHg 100 O2 (21%) 100 = 21 760 mmHg = 160 mmHg

Tekanan yang ditimbulkan oleh masing-masing gas tersebut dalam campurannya disebut Tekanan Parsial(Pa).

3) Tekanan Gas Terlarut dalam Air dan Jaringan Molekul gas yang terlarut dalam air atau jaringan memerlukan tekanannya sendiri bila mengenai permukaan membran sel untuk saling memukul karena molekul yang larut bergerak dengan bebas memiliki energi kinetik. Faktor-faktor yang menentukan tekanan gas terlarut dalam cairan : Konsentrasi gas terlarut Koefisien Kelarutan Hal tersebut sesuai dengan Hukum Henry sbb :

Tekanan = Konsentrasi gas terlarut

Semakin besar koefisien kelarutan suatu gas maka semakin mudah gas tersebut larut dalam H2O atau cairan tubuh (darah).Gas-gas yang larut dalam cairan ini menimbulkan tekanan parsial.

4) Difusi Gas antara Alveoli dan Darah Suatu gas selalu berdifusi mengikuti penurunan gradien Pa / gradien konsentrasi dari daerah yang memiliki tekanan atau konsentrasi tinggi ke daerah yang bertekanan atau konsentrasi rendah. Gradien Pa adalah perbedaan Pa antara darah paru dan udara alveolus

Difusi Netto Gas Gradien difusi netto gas terjadi antara paru dan jaringan akibat : Ventilasi alveolus terus menerus memasukkan O2 & sel-sel menggunakan O2 Produksi terus-menerus CO2 di tingkat jaringan & pengeluaran terus menerus CO2 dari ventilasi alveolus

Jantung

PO2 Arteri seluruh tubuh = 100mmHg

PO2 arteri (100mmHg) < PO2 jaringan sel (40mmHg)

O2 berdifusi ke jaringan sel

PO2 vena seluruh tubuh = 40mmHg Jantung

PO2 arteri pulmonalis = 40mmHg

PO2 kapiler darah = PO2 alveolus


Difusi & Transpor CO2

PCO2 jaringan sel (46mmHg) > PCO2 kapiler darah (40mmHg) CO2 jaringan sel berdifusi ke kapiler darah PCO2 vena seluruh tubuh = 46mmHg Jantung

PCO2 arteri pulmonalis = PCO2 vena seluruh tubuh PCO2 kapiler darah (46mmHg) > PCO2 alveolus (40mmHg) CO2 kapiler darah berdifusi ke alveolus PCO2 vena pulmonalis = 40 mmHg

Jantung

PCO2 arteri seluruh tubuh = 40mmHg

PCO2 kapiler darah = PCO2 alveolus

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Difusi Gas dalam Cairan

Gradien tekanan parsial Semakin besar perbedaan tekanan parsial masing-masing gas maka semakin besar kecepatan difusi gas dalam cairan. Daya larut gas dalam cairan Semakin besar daya larut gas maka semakin banyak jumlah molekul yang tersedia untuk berdifusi pada perbedaan tekanan tertentu. Luas penampang lintang cairan Semakin besar luas penampang lintang daerah difusi itu,semakin besar jumlah total molekul yang berdifusi. Jarak yang dilalui Semakin jauh jarak yang harus ditempuh oleh molekul maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk berdifusi Temperatur cairan Semakin besar suhu yang dimiliki oleh cairan maka semakin cepat proses difusi yang terjadi.

P A S d MW

Keterangan : D P A S d : : : : : Kecepatan difusi Perbedaan tekanan antara kedua ujung Luas penampang Daya larut gas Jarak difusi Berat molekul gas ruangan tersebut.

MW :

Sedangkan,

Koefisien difusi gas = S

Berikut beberapa koefisien difusi gas pernapasan yang penting dalam cairan tubuh :

Gas Pernapasan Oksigen Karbon dioksida Karbon monoksida Nitrogen Helium

Koefisien difusi gas 1 20,3 0,81 0,53 0,95

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Difusi Gas Melalui Membran Pernapasan

Ketebalan membran Tebalnya membran pernapasan kadang-kadang meningkat,Contohnya pada : a) Edema,penimbunan berlebihan cairan intertisium diantara alveolus dan kapiler paru akibat peradangan paru dan gagal jantung kongestif sehingga gas-gas pernapasan harus berdifusi tidak hanya melalui membran tetapi juga berdifusi melalui cairan ini. b) Fibrosis paru,yang melibatkan pergantian jaringan paru oleh jaringan fibrosa tebal sebagai respon terhadap iritasi kronik tertentu. c) Pneumonia,yang ditandai penimbunan cairan peradangan di dalam atau sekitar alveolus. Oleh karena itu,semakin meningkat ketebalan maka kecepatan difusi gas semakin menurun

Luas permukaan membran alveolus Luas permukaan membran pernapasan dapat sangat berkurang dengan beberapa keadaan.Misalnya,pengangkatan seluruh paru mengurangi luas permukaan total sampai dengan setengah dari normal,emfisema karena banyak dinding alveolus yang lenyap sehingga terbentuk ruang-ruang udara yang lebih besar tetapi lebih sedikit,serta atelektasis paru.Hal tersebut yang mengakibatkan kecepatan difusi gas berkurang. Namun dalam keadaan sebaliknya,selama berolahraga membran alveolus teregang daripada normal karena peningkatan volume tidal (napas dalam).Peregangan ini meningkatkan luas permukaan alveolus dan menurunkan ketebalan membran alveolus yang mengakibatkan peningkatan kecepatan difusi gas.

Gradien tekanan parsial Merupakan perbedaan tekanan diantara kedua sisi membran pernapasan atau antara tekanan parsial gas dalam alveoli dan tekanan gas dalam darah yang berbanding lurus dengan kecepatan difusi gas. Tekanan parsial menyatakan suatu ukuran jumlah total molekul gas yang membentur suatu satuan luas permukaan jumlah molekul yang membentur luas membran yang sama dari sisi yang berlawanan. Koefisien difusi(daya larut gas dalam membran) Koefisien difusi untuk memindahkan masing-masing gas melalui membran pernapasan bergantung pada kelarutannya dalam membran dan berbanding lurus dengan kecepatan perpindahan gas.Koefisien difusi untuk CO2 adalah 20 kali lebih besar dari O2 karena CO2 jauh lebih mudah larut dalm jaringan tubuh daripada O2.Dengan demikian kecepatan difusi CO2 menembus membran pernapasan dua puluh kali lebih cepat daripada kecepatan O2 pada gradien yang sama. Berikut disajikan koefisien kelarutan dari masing-masing gas diantaranya :

a) Oksigen b) Karbon dioksida c) Karbon monoksida d) Nitrogen

0,024 0,57 0,018 0,012

Sianosis Istilah Sianosis berarti kebiruan pada penyebabnya adalah hemoglobin yang tidak mengandung oksigen jumlahnya berlebihan dalam pembuluh darah kulit, terutama dalam kapiler. Hemoglobin yang tidak mengandung oksigen memiliki warna biru gelap yang terlihat melalui kulit.

Ada dua jenis sianosis diantaranya : Sianosis sentral, disebabkan oleh insufisiensi oksigenase Hb dalam paru dan paling mudah diketahui pada daerah wajah, bibir, cuping telinga serta bagian bawah lidah. Sianosis perifer, terjadi karena aliran darah banyak berkurang sehingga sangat menurunkan saturasi daerah vena dan akan menyebabkan suatu daerah menjadi biru.

Bukan presentase hemoglobin yang tidak mengandung oksigen yang menyebabkan warna kebiru-biruan pada kulit tetapi pada dasarnya adalah konsentrasi hemoglobin yang tidak mengandung oksigen tanpa memandang jumlah hemoglobin yang mengandung oksigen. Alasanya bahwa warna merah dari darah yang mengandung oksigen bersifat lemah daripada warna biru pada darah yang tidak mengandung oksigen.

Pada umumnya, sianosis diketahui saat darah arteri yang tidak mengandung oksigen mencapai 5 g per 100 ml atau lebih pada seseorang dengan konsentrasi Hb normal. Sedangkan jumlah normal Hb yang tidak mengandung oksigen dalam jaringan kapiler adalah 2,5 g per 100ml.

Faktor-faktor yang menyulitkan pengenalan sianosis adalah : a) Variasi ketebalan kulit b) Pigmentasi c) Kondisi penerang Tranportasi Gas Merupakan proses lanjutan dari difusi gas yang berperan dalam pengangkutan O2 & CO melalui kapiler darah untuk dipasok ke seluruh jaringan tubuh /sel.Dalam hal ini yang sangat berperan penting adalah hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah.

Hb yang berikatan dengan O2 disebut Hb tereduksi (oksihemoglobin) Hb yang berikatan dengan CO2 disebut karbaminohemoglobin

Hb memiliki 4 atom yang masing-masing mengikat 1 molekul O2. Apabila Hb mengangkut O2 maksimal maka Hb jenuh.Hal ini yang mempengaruhi % saturasi Hb. Faktor terpenting yang menentukan % saturasi Hb adalah PO2 darah. Sesuai hukum aksi massa : Hb + O2 HbO2

Apabila tekanan atau konsentrasi O2 meningkat dikapiler paru, maka akan menghasilkan banyak HbO2 . Sedangkan Apabila tekanan atau konsentrasi O2 menurun maka O2 akan dibebaskan dari Hb.

Saat kita beraktivitas dengan keras, maka akan menurunkan kemampuan afinitas dari Hb untuk mengikat O 2 sehingga terjadi peningktan temperatur tubuh dan pelepasan O 2 secara besar-besaran. Akibatnya tubuh kekurangan O2, terjadi peningkatan PCO2 , penurunan PH, dan peningkatan produksi 2,3 Bifosfogliserat.

Sebaliknya saat kita kedinginan, maka afinitas Hb untuk mengikat O 2 meningkat. Akibatnya terjadi penurunan PCO2, peningkatan PH, dan penurunan produksi 2,3 Bifosfogliserat

Berikut metode transportasi gas dalam darah : Gas O2 Metode transportasi dalam darah Larut secara fisik Terikat ke hemoglobin Larut secara fisik Terikat ke hemoglobin Pembentukan HCO3Persentase yang diangkut 1,5 98,5 10 30 60

CO2

Transportasi Oksigen Oksigen dalam darah diangkut dalam dua cara, yaitu : Larut secara fisik Oksigen yang larut secara fisik dikarenakan adanya tekanan parsial dari oksigen ini, sehingga tekanan ini mendorong oksigen yang memiliki sifat dasar sulit untuk menyatu dengan cairan, menjadi bisa menyatu meskipun persentasenya hanya sedikit, yakni sebesar 1,5%. Terikat ke Hemoglobin Persentase oksigen terikat ke hemoglobin sangat besar yakni sebesar 98,5%. Hasil dari ikatan antara Hb dengan O2 disebut Oksihemoglobin (HbO2)

Transportasi Karbondioksida Karbondioksida yang diserap ditingkat jaringan diangkut dalam darah ke paru dengan 3 cara :

Larut secara fisik Hal ini tergantung pada daya kelarutan yang dimiliki masing-masing gas.Semakin besar daya atau koefisien kelarutan suatu gas maka semakin mudah gas itu untuk larut.Dalam gas pernapasan,CO2 memiliki tingkat kelarutan yang besar daripada gas pernapasan lainnya. Pembentukan HCO3Awalnya CO2 berikatan dengan H2O untuk membentuk Asam karbonat (H 2CO3). Reaksi ini dapat berlangsung lama di plasma dan cepat di dalam sel darah merah karena adanya enzim eritrosit karbonat anhidrase yang mempercepat reaksi sampai 5000 kali dan selanjutnya asam karbonat ini spontan terurai pada kapiler jaringan maupun pada kapiler alveolus. Pada kapiler alveolus melepaskan H 2O dan CO2dan pada kapiler jaringan melepas ion hidrogen dan ion bikarbonat.

Pembentukan Karbaminohemoglobin 23% dari karbondioksida berikatan dengan Hb menjadi karboksihemoglobin (HbCO2). Pada Hb, karbondioksida berikatan dengan bagian globin, berbeda dengan oksigen yang berikatan dengan besi pada heme.

Factor yang mempengaruhi kecepatan difusi : Dalam cairan : Daya larut gas dalam cairan ( semakin larut kecepatan difusinya semakin meningkat) Luas penampang lintang cairan ( semakin luas penampang semakin cepat difusinya ) Jarak yang dilalui gas waktu difusi ( semakin jauh jaraknya,difusinya semakin lambat ) Berat molekul gas ( semakin berat molekul gas difusinya semakin lambat ) Temperatur cairan dalam tubuh ( temperatur ini tetap konstan jadi biasanya tidak perlu dipertimbangkan )

Dalam membran : Ketebalan membran (Semakin tebal membran kecepatan difusinya semakin lambat difusinya ) Tekanan parsial ( semakin tinggi tekanan parsial semakin cepat difusinya ) Koefisien difusi ( tergantung larutan,semakin besar koefisiennya semakin larut gas tersebut ) Luas permukaan ( semakin luas permukaan semakin cepat difusinya )

Mekanisme difusi Difusi Gas Melalui Membran Pernapasan Unit pernapasan yg terdiri dari bronkious respiratoris, ductus alveolaris, atria & alveoli, kira-kira 300 juta di kedua paru. Dinding alveolus mempunyai diameter kira-kira 0,2 milimeter.

Alveolus sangat tipis di dalamnya terdapat Jaringan kapiler yang hampir padat & saling berhubungan sebagal suatu lembaran aliran darah. Dengan demikian jelas bahwa gas alveolus berada amat sangat dekat dengan darah kapiler. Akibat pertukaran gas antara udara alveous & darah paru terjadi melalui membran di seluruh bagian terminal paru, tidak hanya dalam alveoli itu sendiri. Membran ini dikenal membran pernapasan adalah membran paru.

Difusi O2 dari Alveoli ke Kapiler Paru dan dari Kapiler Paru ke Sel Jaringan

O2 selalu dipakai oleh sel karena itu PO 2 intraseluler tetap lebih rendah dari pada P0 2 dalam kapiler. ada jarak yang dapat dipertimbangkan antara kapiler & P0 2 intraselular normal berkisar dari serendah 5 mm Hg sampai setinggi 40 mm Hg. rata-rata (dengan pengukuran langsung pada binatang tingkat rendah) 23 mm Hg. Pada keadaan normal hanya dibutuhkan Tekanan O 2 sebesar 1 sampai 3 mm Hg u/ memenuhi proses kimia dalam sel yang menggunakan O2 maka dapat kita melihat bahwa P02 selular yang rendah yaitu 23 mm Hg lebih dari cukup dan merupakan sebuah faktor pengaman yang besar..

Difusi Gas MeIalui Jaringan Yang penting pada gas-gas pernapasan : daya larutnya yang tinggi dalam lipid, sehingga daya laut dlm membran sel juga tinggi. Karena hal ini, pembatas utama gerakan gas dalam jaringan : kecepatan difusi gas melalui air jaringan (tissue water), misalnya melalui membran sel. Difusi gas melalui jaringan membran hampir sama dengan difusi gas melalui air. Udara alveolus yg tidak mempunyai gas yang sama dengan udara atmosfer. Penyebab terjadinya perbedaan ini, pertama udara alveolus hanya sebagai diganti udara atmosfir tiap kali bernapas. Kedua O2 terus diserap dari udara alveolus. Ketiga CO2 berdifusi secara konstan drari darah paru ke dalam alveoli. Keempat atmosfir kering yg memasuki saluran pernapasan dilembabkan sebelum udara tersebut sampai ke alveoli. Tekanan parsial uap air pada suhu tubuh 37 oC : 47 mm Hg merupakan Tekanan parsial air dalam udara alveolus. i(760 mm Hg,), uap air ini secara sederhana mengencerkan semua gas lain dalam udara inspirasi

Dapat dilihat Tekanan parsial O2 pada ketinggian di atas permukaan air laut rata-rata 159 mm Hg pada Udara atmosfer dari 597 mmHg menjadi 563 mm Hg. Kecepatan perubahan udara alveolus oleh udara atmosfer disebut kapasitas residu fxonal paru yaitu, jumlah udara yg tersisa dalam paru pada ekspirasi normal, jumlahnya kira-kira 2300 milimeter. Hanya 350 milimeter udara baru yang masuk dalam alveoli pada setiap kali pemapasan normal, dalam jumlah yang sama udara yg lama alveoli dikeluarkan.. Oleh karena itu jumlah udara alveolus yang digantikan oleh udara baru atmosfer tiap kali bernapas hanya sepertujuh dari jumlah total.

Difusi CO2 dari Sel Jaringan ke dalam Kapiler Jaringan & dari Kapiler Paru ke dalam Alveoli

Di paru-paru, CO2 berdifusi dari kapiler ke dalam alveoli pada tiap-tiap tempat dalam rantai transpor gas, CO2 berdifusi dalam arah yang berlawanan dengan O 2. Terdapat suatu perbedaan besar antara difusi CO2 & O2, karbon dioksida dipercepat berdifusi kira-kira( 20 detik lebih cepat dari O2). Tekanan ini sebagai berikut : PC02 intraselulear kira-kira 46 mmHg. PC02 interstitial kira-kira 45 mmHg dengan hanya perbedaan 1 mm Hg. PC02 darah Arteri yang masuk ke jaringan kira-kira 40 mm Hg hampir sama dengan PCO 2 darah vena yang meninggalkan jaringan kira-kira 45 mm Hg. hampir sama dgn PCO2 interstisial juga 45 mm Hg. PC02 darah vena yg msk kapiler paru, 45 mm Hg, PC0 2 udara alveolus, 40 mm Hg, perbedaan tekanan yg dibutuhkan untuk difusi CO2 dari kapiler paru ke dalam alveoli hanya 5 mm Hg. PC0 2 darah kapiler paru turun hampir mendekati PC0 2 alveolus, 40 mm Hg sebelum darah melewati lebih dari kira-kira sepertiga jarak kapiler. Efek ini sama dengan yang diamati pada permulaan difusi O 2.

TRANSPORTASI GAS Transpor O2 dalam Darah Pada keadaan normal, kira-kira 97% O2 yang ditranspor dari paru-paru ke jaringan dalam campuran kimiawi dengan Hb dalam sel darah merah. 3 % sisanya dibawa dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan sel. Dengan demikian O2 dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh Hb. Persamaan : Hb + O2 HbO2

Kira-kira 98 % darah dari paru yang memasuki atrium kiri, mengalir melalui kapiler alveolus dan menjadi teroksigenasi sampai PO2 kira-kira 104 mmHg. Sekitar 2 persennya lagi melewati aorta melalui sirkulasi bronchial yang terutama menyuplai jaringan dalam pada paru dan tidak terpapar dengan udara paru. Aliran ini darah ini disebut aliran pintas, yang berarti darah yang memintas daerah pertukaran gas. Sewaktu meninggalkan paru, PO2 darah pintas hampir sama dengan darah vena sistemik normal. Kira-kira 40 mmHg. Ketika darah ini bercampur dalam darah vena paru dengan darah yang teroksigenasi dari kapiler alveolus, campuran darah ini disebut campuran darah vena, dan menyebabkan PO 2 darah, yang masuk ke jantung kiri dan dipompa ke dalam aorta, menjadi turun sampai sekitar 95 mmHg.

Aliran Pintas

Gabungan antara Hb dan O2 Molekul O2 bergabung secara longgar dan reversibel dengan bagian dari Hb, dan bila P0 2 tinggi seperti dalam kapiler paru, O2 berikatan dengan Hb, tetapi bila P02 rendah, misalnya dalam kapiler jaringan, O2 dilepaskan dari Hb. Ini sebagai dasar untuk hampir seluruh transpor O 2 dari paru-paru ke jaringan. Kurva disosiasi O2-Hb memperlihatkan peningkatan progresif pada prosentase Hb yang terikat dengan O2 ketika P02 meningkat yang disebut persentase kejenuhan Hb. Karena darah arteri biasanya memiliki P02 kira-kira 95 mm Hg. Kita dapat lihat dari kurva disosiasi bahwa kejenuhan darah arteri dengan O 2 kira-kira 97%. Sebaliknya pada keadaan normal, P0 2 darah vena yang kembali dari jaringan kira-kira 40 mmHg dalam kejenuhan Hb kira-kira 75%.

Jumlah Maksimal O2 yang dapat Bergabung dengan Hb Darah

Darah orang normal mengandung sekitar 15 gram Hb dalam setiap 100 mL darah, dan tiap gram Hb dapat berikatan dengan maksimal 1,34 ml O2. Oleh karena itu, rata-rata Hb dalam 100 mL darah dapat bergabung dengan total hampir 20 ml O 2 bila tingkat kejenuhannya 100 mL. Biasanya dinyatakan sebagai 20% volume.

Jumlah O2 yang Dilepaskan dari Hb di dalam Jaringan Jumlah total O2 yang terikat dengan Hb di dalam darah arteri normal, dengan kejenuhan normal 97% adalah kira-kira 19,4 mL tiap 100 mL darah. Waktu melewati kapiler jaringan jumlah ini berkurang rata-rata menjadi 14.4 mL dimana P02 40 mmHg dan Hb tersaturasi 75%. Dengan demikian pada keadaan normal, kira-kira 5 mL O2 ditranspor ke jaringan oleh setiap 100 mL darah.

Transpor O2 Selama Kerja Berat Pada kerja berat, sel-sel otot memakai O2 dengan sangat cepat, yang pada keadaan ekstrem dapat menyebabkan P02 cairan interstisial turun serendah 15 mmHg. Pada tekanan ini hanya 4,4 mmHg O 2 yang tetap berikatan dengan Hb pada setiap 100 ml darah. Dengan demikian 19,4 ml- 4,4 ml atau 15 ml merupakan jumlah total O 2 yang ditranspor oleh setiap 100 ml darah, sehingga jumlah O 2 yang ditranspor dalam setiap volume darah yang mengalir melalui jaringan menjadi tiga kali jumlah normal. Curah jantung dapat juga meningkat enam sampai tujuh kali normal pada pelari marathon yang terlatih baik dan akan memberikan hasil dua puluh kali peningkatan transpor O 2 ke dalam jaringan, kira-kira batas yang dapat dicapai, sehingga P02 otot seringkali turun sampai sedikit di bawah normal. Koefisien penggunaan prosentase darah yang melepaskan O 2 sewaktu melewati kapiler jaringan disebut koefisien penggunaan. Nilal normalnya mendekati 25%. Selama kerja berat koefisien penggunaan pada seluruh tubuh dapat meningkat sampai 75-85%.

Efek Hb untuk "Dapar" P02 O2 Jaringan Ini adalah fungsi Hb sebagai sistem dapar O 2 jaringan, terutama bertanggung jawab untuk stabilisasi tekanan O2 dalam jaringan. Peran Hb dalam mempertahankan P0 2 kostan dalam jaringan pada keadaan basal, jaringan membutuhkan kira-kira 5 ml O2 dari setiap desiliter darah yang melalui kapiler jaringan. Dapat dilihat bahwa setiap 5 ml O 2 yang dilepaskan, P02 turun kira-kira 40 mmHg. Oleh karena itu, P02 jaringan dalam keadaan normal dapat meningkat di atas 40 mm Hg. Sebaliknya pada latihan berat sejumlah O 2 (sebanyak 20 kali normal) harus dilepaskan dari Hb ke jaringan. Tetapi dapat dicapai dengan sangat sedikit penurunan P0 2 dalam jaringan turun sampai 1520 mmHg. Karena kemiringan kurva disosiasi yang curam & akibat peningkatan darah jaringan yang disebabkan oleh penurunan P02 sehingga menyebabkan sejumlah besar O2 dilepaskan. Bila konsentrasi O2 atmosfer berubah nyata, efek dapar Hb masih dapat mempertahankan P0 2 jaringan hampir konstan. P02 normal dalam alveoli kira-kira 104 mm Hg, tetapi ketika seseorang mendaki gunung atau naik pesawat udara P02 turun sampai kurang dari setengah jumlah ini. Bila P0 2 alveolus diturunkan 160 mm Hg kejenuhan Hb arteri masih 89%, hanya 8% dibawah sebesar 97%. P0 2 darah vena turun menjadi 35 mm Hg hanya 5 nilai normal. Dengan demikian P02 jaringan banyak berubah walaupun P02 alveolus jelas menurun dari 104 menjadi 60 mm Hg. Sebaliknya bila P02 alveolus meningkat sampai 500 mm Hg kejenuhan O2

maksimal dari Hb tidak pemah meningkat diatas 100%, walau hanya 3% diatas nilai normal, yaitu 97%. Bila darah mengalir melalui kapiler jaringan, darah masih kehilangan beberapa liter O2 ke jaringan, P02 darah kapiler ke sebuah nilai yang hanya beberapa liter lebih dari normal, yaitu 40 mm Hg. Akibatnya O2 alveolus menjadi sangat bervariasi dari 60 hingga lebih dari 500 mm Hg dan P0 2 yg masih tersisa dalam jaringan hanya beberapa ml dari nilai normal yang menggambarkan fungsi dapar Hb darah yang baik sekali. I

Faktor yang Menggeser Kurva Disosiasi O2-Hemioglobin & Kepentingannya untuk Transpor O2 Persamaan : Hb + O2 HbO2 Berbagai faktor dapat memindahkan kurva disosiasi pada satu arah atau arah lainnya bila darah menjadi sedikit asam dengan penurunan pH dari nilai normal 7,4 menjadi 7,2. Pergeseran kurva disosiasi O2-Hb rata-rata 15% ke kanan. Sebaliknya peningkatan pH menjadi 7,6 akan menggeser kurva ke kiri. Dikenal beberapa faktor lain yang menggeserkan kurva ke arah kanan o Peningkatan konsentrasi CO2 o Peninggian suhu darah o Peningkatan 2,3 difosfogliserat (DPG) yaitu senyawa fosfat yang secara normal berada dalam darah tetapi kensentrasinya berubah pada kondisi yang berbeda. Keadaan yang menggeser kurva disosiasi ke kiri adalah adanya janin (fetus) dalam jumlah besar di dalam darah yaitu tipe Hb yang ada pada janin sebelum lahir. Hb janin menyebabkan peningkatan pelepasan O2 ke jaringan janin pada keadaan hipoksiajanin.

Peningkatan Pengiriman O2 ke Jaringan bila CO2 & Ion H+ Menggeser Kurva Disosiasi O2-Hb-Efek Bohr Pergeseran kurva disosiasi O2-Hb sebagai respons terhadap perubahan CO 2 & ion H+ memberi pengaruh penting dalam meninggikan oksigenasi darah dalam paru-paru serta meningkatkankan pelepasan O2 dari darah dalam jaringan, pengaruh ini disebut efek Bohr. Bila darah melalui jaringan kapiler, CO2 berdifusi dari sel jaringan ke dalam darah. Proses ini menaikkan PO 2 darah, dan kemudian meningkatkan H2CO3 darah (asam karbonat) darah dan konsentrasi ion hidrogen. Efek ini memaksa oksigen terlepas dari hemoglobin dan dengan demikian meningkatkan jumlah pengiriman oksigen ke jaringan. Namun terjadi efek yang tepat berlawanan di dalam paru yang menyebabkan CO 2 berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Efek ini menurunkan PO2 darah dan menurunkan konsentrasi ion hidrogen sehingga jumlah oksigen yang berikatan dengan hemoglobin pada PO 2 alveolus tertentu menjadi meningkat dan menghasilkan pengiriman oksigen ke jaringan dalam jumlah yang lebih besar.

Efek DPG DPG normal dalam darah mempertahankan kurva disosiasi O 2 Hb sedikit bergeser ke kanan. Pada keadaan hipoksia yang berlangsung lebih beberapa jam, jumlah DPG darah meningkat menggeser kurva disosiasi O2-Hb lebih ke kanan. Ini menyebabkan O2 dilepaskan ke jaringan pada tekanan O 2 10 mmHg lebih dari pada keadaan tanpa peningkatan DPG ini.

Keadaan ini dapat menjadi mekanisme penting untuk menyesuaikan diri terhadap hipoksia, khususnya hipoksia akibat aliran darah jaringan yang kurang baik.

Transpor CO2 dalam darah Mekanisme transportasi CO2 dalam darah tidak serumit pada transpor O 2, karena walaupun dalam keadaan yang sangat abnormal biasanya CO 2 dapat ditransport dalam jumlah yang lebih daripada O 2. Pada orang normal dalam keadaan istirahat rata-rata 4 mililiter CO 2 ditranspor dari jaringan ke paru setiap 100 mililiter. Karbondioksida dalam pengangkutannya mempunyai 3 tipe metode pengangkutan yaitu : 1. Larut dalam fisik sebesar 10% Dimana jumlah CO2 yag secara fisik larut dalam darah bergantung pada PCO 2. Karena dalam darah CO2 lebih larut dari O2, proporsi CO2 total dalam darah yang secara fisik larut lebih besar dibandingkan dengan O 2. walaupun demikian, hanya 10% dari kadungan CO2 total darah diangkut dengan cara ini pada kadar PCO 2 vena sistemik normal. Transpor CO2 dalam bentuk terlarut sebagian kecil CO 2 ditranspor dalam bentuk terlarut ke paru. PCO2 darah vena adalah 45 mmHg dan darah arteri adalah 40 mmHg. Jumlah CO2 terlarut dalam cairan darah pada Tekanan 45 mmHg kira-kira 2,7 ml/dl (2,7 volume persen). Jumlah yang terlarut pada Tekanan 40 mmHg kira-kira 2,4 ml atau berbeda 0,3 ml. Oleh karena itu, kira-kira 0,3 ml karbondioksida yang diangkut dalam bentuk karbondioksida terlarut oleh setiap 100 ml aliran darah. Jumlah ini kira-kira 7 persen dari semua karbon dioksida yang ditranspor dari darah ke alveoli. 1. Terikat ke hemoglobin (Hb) sebesar 30% CO2 sebesar tiga puluh persen ini yang berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2). Karbondioksida berikatan dengan bagian globin (protein polipeptida) dari Hb, berbeda dengan O 2 yang berikatan dengan bagian hem. Globin ini adalah suatu protein yang terbentuk dari 4 rantai polipeptida yang sangat berlipat-lipat. Hb tereduksi memiliki afinitas yang lebih besar untuk CO 2 daripada HbCO2. dengan demikian pembebasan O2 dari Hb di kapiler jaringan mempermudah Hb menyerap CO2. CO2 bereaksi dengan protein plasma dengan cara yang sama, tetep ini kurang penting sebab jumlah protein hanya seperempat dari jumlah hemoglobin. Jumlah CO2 yang dapat dibawa dari jaringan ke paru dalam bentuk gabungan karbamino dengan hemoglobin dan protein plasma adalah sekitar 30 persen dari jumlah total yang diangkut dengan arti normalnya kira-kira 1,5 mililiter CO 2 dalam setiap 100 mililiter darah. 2. Sebagai bikarbonat (HCO3-) sebesar 60% Pada metode ini CO2 diubah menjadi HCO3- oleh reaksi kimia yang berlangsung di sel darah merah, seperti pada reaksi dibawah ini : CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3Pertama, CO2 berikatan dengan H2O untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Dalam sel darah merah reaksi ini berlangsung cepat karena adanya enzim eritrosit karbonat anhidrase yang mengkatalisasi reaksi hingga 5000 kali. Reaksi dalam plasma memerlukan waktu berdetik-detik atau bermenit-menit maka dalam sel darah merah

reaksi ini terjadi sedemikian cepatnya sehingga mencapai keseimbangan hampir sempuma dalam waktu sepersekian detik. Ini memungkinkan sejumlah besar CO 2 bereaksi dengan cairan sel darah merah bahkan sebelum darah tersebut meninggalkan jaringan. Dalam waktu sepersekian detik selanjutnya asam karbonat yg dibentuk dalam sel darah merah berdisosiasi menjadi ion H + & ion bikarbonat. Sebagian besar ion H + kemudian bercampur dengan Hb dalam sel darah merah sebab protein Hb merupakan dapar asam-basa yg kuat. Sebaliknya banyak ion HC0 3 berdifusi dari sel darah merah ke dalam plasma sementara ion klorida berdifusi ke dalam sel darah merah dan menggantikannya. Ini mungkin dapat terjadi dengan adanya protein pembawa bikarbonat-klorida khusus dalam membran sel darah merah yang menggerakkan kedua ion bolak-balik dengan cepat dalam arah yang berlawanan. Dengan demikian kadar klorida sel darah merah vena lebih daripada sel darah merah di arteri, fenomena ini disebut pergeseran klorida (chlorida shift). Dibawah pengaruh anhidrase karbonat gabungan CO 2 dengan air dalam sel darah merah bersifat reversibel, meliputi sekitar 70% dari seluruh CO 2 yang diangkut dari jaringan ke paru. Dengan demikian ini berarti bahwa transpor CO 2 merupakan yang paling penting dari semua metode transpor. Bila sebuah inhibitor anhidrase karbonat (azetazolarilit) diberikan untuk menghambat keria anhibitor karbonat dalam sel darah merah, maka transpor CO2 dari jaringan menjadi sangat sedikit sehingga PCO 2 jaringan dapat meningkat sampai 80 mmHg, dimana normalnya sebesar 45 mmHg. Efek Haldane Telah ditegaskan bahwa sebuah peningkatan CO 2 dalam darah akan menyebabkan O2 dilepaskan dari hemoglobin dan ini merupakan factor penting dalam meningkatkan transport O 2. Sebaliknya juga, pengikatan O2 dengan hemoglobin cenderung mengeluarkan CO 2 dari darah yang disebut dengan efek Haldane. Efek Haldane berlangsung pada saat respirasi eksternal. Efek Haldane disebabkan oleh fakta yang sederhana bahwa gabungan O 2 dengan hemoglobin dalam paru menyebabkan hemoglobin menjadi asam yang lebih kuat. Ini sebaliknya akan memindahkan CO 2 dari darah dan masuk ke dalam alveoli melalui dua cara : (1) Semakin tinggi hemoglobin asam semakin berkurang kecenderungannya untuk bergabung dengan CO2 untuk memindahkan banyak CO2 yang ada dalam bentuk karbaminohemoglobin dari darah (2) Meningkatkan keasaman hemoglobin juga menyebabkan hemoglobin melepaskan sejumlah ion H+ dan berikatan dengan ion bikarbonat membentuk asam karbonat kemudian berdisosiasi menjadi air dan CO2 dikeluarkan dari darah masuk ke dalam alveoli. Rasio Pertukaran Pernapasan Pada keadaan normal, transpor O2 dari paru ke jaringan oleh setiap 100 mililiter darah kira-kira 5 mililiter, sedangkan transpor normal CO2 dari jaringan ke paru kira-kira 4 mililiter. Dengan demikian pada keadaan istirahat normal, jumlah CO 2 yang dikeluarkan paru hanya sedikit, kira-kira 82% dari jumlah pengambilan O2 oleh paru. Rasio perbandingan antara pengeluaran CO 2 dengan pengambilan O2 disebut rasio Pd keadaan normal transpor O2 dari paru ke jaringan oleh setiap 100 mililiter darah kira-kira 5 ml, sedangkan transpor normal CO 2 dari jaringan ke paru kira-kira 4 ml. Dengan demikian pada keadaan istirahat normal, jumlah CO2 yg dikeluarkan paru hanya sedikit, kira-kira 82% dari jumlah pengambilan O2 oleh paru. Rasio (perbandingan) antara pengeluaran CO 2 dengan pengambilan O2 disebut rasio pertukaran pernapasan (R) yaitu:

R = kecepatan pengeluaran CO2 kecepatan pengambilan O2

Anda mungkin juga menyukai

  • Rangkuman Modul 2 Blok 15
    Rangkuman Modul 2 Blok 15
    Dokumen64 halaman
    Rangkuman Modul 2 Blok 15
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen50 halaman
    Kelompok 6
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • KOMADIABETIK
    KOMADIABETIK
    Dokumen96 halaman
    KOMADIABETIK
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen28 halaman
    Kelompok 5
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Rngkumn Ayu
    Rngkumn Ayu
    Dokumen67 halaman
    Rngkumn Ayu
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen41 halaman
    Kelompok 5
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen63 halaman
    Kelompok 1
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Blok 19 Modul 2
    Blok 19 Modul 2
    Dokumen55 halaman
    Blok 19 Modul 2
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Pelvis
    Fraktur Pelvis
    Dokumen49 halaman
    Fraktur Pelvis
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Tugas Referat THT OMSK
    Tugas Referat THT OMSK
    Dokumen28 halaman
    Tugas Referat THT OMSK
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • MALARIA DAN DEMAM TYFOID
    MALARIA DAN DEMAM TYFOID
    Dokumen58 halaman
    MALARIA DAN DEMAM TYFOID
    Yuji Aditya
    Belum ada peringkat
  • Sken 1
    Sken 1
    Dokumen11 halaman
    Sken 1
    Nur Afifah
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2
    Kelompok 2
    Dokumen83 halaman
    Kelompok 2
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Blok 19 Modul 1
    Blok 19 Modul 1
    Dokumen33 halaman
    Blok 19 Modul 1
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus RiYu
    Laporan Kasus RiYu
    Dokumen11 halaman
    Laporan Kasus RiYu
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok 6 Modul 1 Blok 10
    Makalah Kelompok 6 Modul 1 Blok 10
    Dokumen24 halaman
    Makalah Kelompok 6 Modul 1 Blok 10
    Yuji Aditya
    Belum ada peringkat
  • Omsk Kia Rindut
    Omsk Kia Rindut
    Dokumen35 halaman
    Omsk Kia Rindut
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Nejm
    Nejm
    Dokumen5 halaman
    Nejm
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Penggunaan Nikotin
    Gangguan Penggunaan Nikotin
    Dokumen19 halaman
    Gangguan Penggunaan Nikotin
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Kasus Gizi Dr. Will Terbaruuu
    Tutorial Kasus Gizi Dr. Will Terbaruuu
    Dokumen64 halaman
    Tutorial Kasus Gizi Dr. Will Terbaruuu
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus RiYu
    Laporan Kasus RiYu
    Dokumen10 halaman
    Laporan Kasus RiYu
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2
    Kelompok 2
    Dokumen56 halaman
    Kelompok 2
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4
    Kelompok 4
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 4
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen66 halaman
    Kelompok 1
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen48 halaman
    Kelompok 5
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4
    Kelompok 4
    Dokumen44 halaman
    Kelompok 4
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen99 halaman
    Kelompok 1
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1 Modul 3
    Kelompok 1 Modul 3
    Dokumen39 halaman
    Kelompok 1 Modul 3
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen39 halaman
    Kelompok 6
    Yuji Aditya
    Belum ada peringkat
  • Mimisan Akibat Hipertensi
    Mimisan Akibat Hipertensi
    Dokumen21 halaman
    Mimisan Akibat Hipertensi
    Rizkia Mulyasari
    Belum ada peringkat