Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULAN 1.1.

Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk hal ini bisa dilihat dari beberapa parameter berikut: pertama, adanya keragaman kultural (multikultural), kedua, aliansi etnik, dan ketiga, terorganisir secara etnik (Robushka dan Shepsel, 1972; IRE, 2002 ). Dalam kehidupan masyarakat yang multietnis atau multikultural seperti Indonesia, kemajemukan tidak saja menyiratkan adanya perbedaan-perbedaan, tetapi juga didalamnya mengandung interaksi timbal-balik antar anggota masyarakat. Pada masyarakat seperti itu problem yang biasanya timbul adalah sulitnya mencapai kesepakatan dalam meletakan landasan sistem politik yang mapan. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial ini memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Perjalanan sejarah bangsa Indonesia mendemonstrasikan hubungan antar etnik dan agama telah berulangkali mengalami pasang surut yang memprihatinkan. Bahkan dalam banyak kasus, kerusuhan atau peperangan antarsuku dan agama, sering membawa korban yang tidak sedikit dan sulit untuk diatasi. Indonesia adalah Negara dengan masyarakat majemuk yang sejak dulu menyadari bahwa dengan kemajemukannya dipersatukan dalam Landasan Ideologi Pancasila dimana memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu, yang berarti bahwa meskipun berbeda agama, suku, ras dan golongan namun merupakan satu kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila merupakan Landasan Idiil bangsa Indonesia, falsafat dan pandangan hidup bangsa. Oleh karenanya harus menjadi landasan pijak dalam kehidupan bernegara tanpa tendensi ataupun pemahaman dan pemikiran sempit yang mengarahkan kita pada ego suku dan agama yang berimbas pada disintegrasi bangsa. Selain itu Indonesia juga merupakan Negara hukum, dimana hukum menjadi panglima setiap gerak langkah kita dalam Negara ini. Dan Negara merupakan penjamin hak agar masyarakat merasa terlindungi untuk melaksanakan haknya dalam bingkai kemajemukan atau pluralisme. Namun, sekarang Bhineka Tunggal Ika pun luntur, banyak anak muda yang tidak mengenalnya, banyak orang tua lupa akan kata-kata ini, banyak birokrat yang pura-pura lupa, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia Merdeka. Sumpah Pemuda hanya sebagai penghias bibir sebagian orang, dan bagi sebagian orang hanya dilafaskan pada saat

memperingati hari sumpah pemuda setiap 28 Oktober. Tetapi bagi sebagian yang muda hanya sebagai pelajaran sejarah yang hanya dipelajari di sekolah-sekolah. Lalu bagaimana Prospek Membangun Negara dan Masyarakat Bhineka Tunggal Ika dalam keadaan seperti ini? Semuanya akan dibahas pada bab selanjutnya.

BAB II ISI 2.1 Bhineka Tunggal Ika Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat Berbeda-beda tetapi tetap satu. Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kataneka dalam bahasa Jawa Kuna berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Bhineka Tunggal Ika adalah kesatuan geopolitik dan geobudaya yang terpencar dari Sabang sampai Merauke, dimana agama, ide, ideologis, suku bangsa dan bahasa.
Kata Bhineka

Tunggal Ika diadopsi sebagai salah satu upaya untuk memayungi keanekaragaman yang ada serta strategi untuk mempersatukan berbagai kelompok etnik yang ada dalam suatu ikatan yang berorientasi ke masa depan. Paham berbeda-beda namun tetap satu dalam kenyataannya hanya indah untuk didengar dan diucapkan, namun amat sulit untuk diwujudkan, sebab secara konseptual paham tersebut sudah membawa suatu kontradiksi. Idealnya ketunggal-ikaan tidak boleh mematikan kebhinekaan. (Budiman, 1999, 5-9 dalam Magdalia Alfian : 2010). Yang menjadi persoalan adalah bagaiman konsep tersebut dapat diterjemahkan dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara yang nyata, terutama dalam pengejawantahan pengertian ketunggal-ikaan yang tidak mematikan kebhinekaan serta mencegah terjadinya satu unsur kebhinekaan yang mendominasi kehidupan bangsa dan negara. Bhineka tunggal ika mengajarkan kita untuk bersatu, tanpa memandang perbedaan

2.2. Membangun Negara dan Masyarakat Bhineka Tunggal Ika Negara merupakan . Untuk membangun suatu negara maka diperlukan tekad yang kuat dari setiap warga negaranya meskipun negara ini memiliki keanekaragaman budaya. Tekad tersebut harus dengan semangat persatuan dan kesatuan sesuai dengan sila ke-3 pada Pancasila.

Keragaman suku bangsa dan budaya merupakan kekayaan bangsa kita. Keragaman suku bangsa dan budaya selain menjadi modal untuk mempertahankan negara dan bangsa juga potensi menimbulkan adanya perpecahan. Untuk menjaga keutuhan negara, kita harus menjaga persatuan dan kesatuan. Bhineka tunggal Ika merupakan salah satu faktor pemersatu bangsa Indonesia. 2.2.1 Bentuk-bentuk Keragaman Suku Bangsa yang Berbeda Suku Bangsa

Negara kita terdiri atas berbagai macam suku bangsa. Mereka tinggal dan menetap di daerah yang berbeda dan kehidupan mereka beragam.keragaman suku bangsa yang kita miliki merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai dan merupakan kekuatan untuk membangun bangsa. Kebudayaan

Bangsa Indonesia mempunyai budaya yang beragam. Keragaman budaya tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Keragaman budaya tersebut, meliputi: bahasa daerah, kesenian daerah, rumah adat, pakaian adat, alat musik tradisional, senjata tradisional, adat dan kebiasaan masyarakat. Upaya membangun Indonesia yang menganut semboyan Bhineka Tunggal Ika yaitu dengan melaksanakan dan melandaskan segala pergerakannya diatas Pancasila tanpa terkecuali. Toleransi atas umat beragama adalah amanat dari Pancasila. Kebebasan dalam berbudaya adalah amanat dari Pancasila. Sebagai ideologi bangsa, nilai-nilai dan cita-cita bangsa yang terkandung dalam Pancasila tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri, dan bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan konsensus dari masyarakat. Oleh karena itu Pancasila merupakan ideologi terbuka, karena digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri dan tidak diciptakan oleh Negara. Dan Pancasila adalah milik seluruh rakyat Indonesia, karena masyarakat Indonesia menemukan kepribadiannya di dalam Pancasila itu sendiri sebagai ideologinya. Dasar budaya Bhineka Tunggal Ika merupakan suatu unsure yang sangat fundamental dan ia merupakan culture intelegent yang dapat dijadikan bingkai dasar untuk merajut kembali goyahnya jati diri kebudayaan bangsa. Bhineka Tunggal Ika sebagai budaya bangsa dalam membangun NKRI.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kebhineka tunggal ika-an dapat membangun negara dengan didasari semangat persatuan dan kesatuan dari warga negaranya itu sendiri dan harus berlandaskan pancasila sebagai ideologi bangsa. 3.2 Saran Sebagai warga negara Indonesia yang baik, selayaknya kita harus turut serta dalam pembangunan negara. Keberagaman yang ada di negara kita adalah suatu kebanggaan, jadi kita harus bersama-sama melestarikan keanekaragaman ini dengan semangat persatuan.

Anda mungkin juga menyukai