Anda di halaman 1dari 27

BAB IX PERNIKAHAN DAN PEWARISAN

A. Pernikahan
1. Kedudukan dan hukum pernikahan.
Perkawinan dalam ajaran islam ditempatkan pada tempat yang mulia, ia tidak hanya legalisasi hubungan laki-laki dengan perempuan semata-mata. Tujuan perkawinan dalam islam adalah sakinah, yaitu terwujudnya ketenangan dan kelapangan jiwa, keluasan hidup dan kehidupan, dan terpenuhinya kebutuhan fitrah jasmani dan rohani seperti yang tercantum dalam firman Allah SWT (QS 30:21). Pernikahan adalah sunnah rasul, tetapi dilihat dari niat dan kasus yang terjadi pada calon pasangan, pernikahan dapat digolongkan kepada 5 macam hukum, yaitu : 1. Wajib Hukumnya wajib bagi orang yang berkeinginan untuk menikah, mampu menanggung resiko dan tanggung jawab serta merasa kuatir dirinya terjerumus kepada zina apabila tidak menikah. 2. Sunnat Hukumnya sunnat bagi orang yang berkeinginan untuk menikah, mampu menanggung resiko dan tanggung jawab, tetapi ia tidak kuatir dirinya terjerumus kepada perzinaan apabila tidak nikah. 3. Haram Hukumnya haram bagi orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak mampu hidup berumah tangga, melaksanakan kewajibannya sebagai suami istri. 4. Makruh Hukumnya makruh bagi orang yang tidak mampu memberikan nafkah dan pelayanan yang selayaknya, sementara ia belum mempunyai keinginan untuk menikah. 5. Mubah Dihukumkan mubah (boleh) bagi orang yang berkeinginan untuk menikah sedang ia sendiri mampu menjaga dirinya untuk tidak berzina.

Perkawinan berfungsi : 1) Mempertahankan keturunan dalam 2) Membentengi diri dari dorongan syahwat yang illegal (zina) 3) Menenangkan diri 4) Mengatur dan menertibkan hidup melalui istri shalihah. 2)

2. Pra Pernikahan.
a. Memilih calon pasangan Yang dimaksud dengan mempertimbangan agama adalah disamping pasangannya sama-sama beragama islam, juga pengamalan dan sikap beragamanya. Pertimbangan agama dalam memlih pasangan hidup merupakan hal yang mutlak. b. Meminang Meminang adalah menunjukkan atau menyatakan permintaan untuk penjodohan dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya baik secara langsung maupun dengan perantara seseorang yang dipercaya. Pada saat meminang seorang laki-laki atau wakilnya diperbolehkan untuk melihat perempuan yang dipinangnya agar calon suaminya tidak merasa kecewa dikemudian hari. c. Pernikahan yang haram dinikahi (muhrim) 1. Yang haram dinikahi selamanya, terdiri dari : a. Dengan sebab pertalian saudara atau nasab, yaitu : Ibu Anak perempuan Saudara perempuan kandung Saudara perempuan bapak Saudara perempuan ibu baik sekandung, seayah atau seibu Anak perempuan saudara laki-laki (keponakan) Anak perempuan saudara perempuan

b. Dengan sebab pertalian pernikahan, yaitu : Ibu istri (mertua perempuan) termasuk mertua istri

Anak istri (anak tiri), jika istri telah digauli Istri anak (menantu) termasuk bekas menantu Istri bapak (ibu tiri) termasuk bila sudah cerai

c. Dengan sebab pertalian susunan (radlaah), yaitu : Perempuan yang menyusui (ibu susuan) Saudara-saudara perempuan sesuan, baik kandung, seayah maupun seibu

2. Yang haram dinikahi sementara, terdiri dari : a. Pertalian nikah, yaitu perempuan yang masih berada dalam ikatan pernikahan, jika sudah dicerai serta telah habis masa indahnya boleh menikah. b. Talaq bain kubra, yaitu perempuan yang ditalaq dengan talaq tiga, haram dinikahi kembali oleh bekas suaminya, kecuali ia telah dinikahi oleh orang lain dan sudah digauli, kemudian dicerai. c. Menghimpun dua orang perempuan bersaudara d. Menghimpun perempuan lebih dari empat e. Berlainan agama

3. Pelaksanaan pernikahan
Pernikahan dinyatakan syah menurut syariat islam apabila terpenuhi syaratsyarat sebagai berikut : 1. Adanya wali, yaitu orang yang bertanggung jawab untuk mengawinkan anak gadisnya, yang terdapat pada sabda rasulullah yaitu HR. Empat Ahli Hadist dan HR. Abu Darimi. Dari kedua hadist tersebut diatas, para ahli fiqih berlainan pendapat tentang kedudukan seorang wali dalam suatu pernikahan. 2. Sighat nikah atau ijab qabul, yaitu penyerahan dari wali perempuan dan penerimaan dari pihak pengantin laki-laki. 3. Saksi, yaitu dua orang laki-laki yang menjadi saksi pernikahan dan bertanggung jawab atas syah tidaknya suatu aqad nikah yang dilaksanakan. 4. Mas kawin (mahar), yaitu pemberian laki-laki kepada perempuan pada saat pernikahan. Mahar adalah milik perempuan yang tidak biasa diminta kembali oleh suaminya, kecuali kalu istri merelakannya.

4. Putusnya Aqad Perkawinan

Dalam ajaran islam ada beberapa hal yang mengakibatkan putusnya tali pernikahan yaitu : 1. Kematian Bila salah diantara suami istri meninggal dunia, maka putuslah ikatan perkawinannya. Seorang suami bisa melakukan pernikahan lagi dengan wanita lain, begitu pula dengan sang istri. Istri boleh melakukan pernikahan lagi dengan laki-laki lain setelah masa iddahnya (menunggu) yang lamanya telah ditentukan oleh syariat. 2. Thalaq Thalaq adalah lepasannya ikatan. Dalam arti syariat berarti lepasnya ikatan pernikahan dengan lafadh thalaq atau lafadh lain yang identik dengan thalaq. Didalam islam thalaq meruapakan suatu hal yang tidak disukai malah dibenci meskipun tidak diharamkan. Hukum asal thalaq menurut Ulama Syafiyah dan Hambaliyah adalah makruh, dengan berdasarkan kepada hadist Nabi. Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa hukum thalaq itu pada dasarnya adalah haram. Dilihat dari segi keadaan istri yang dijatuhi thalaq, maka thalaq itu ada dua macam, yaitu : 1 . Thalaq Sunni, yaitu thalaq yang dijatuhkan suami kepadanya istrinya dan keadaan suci dan belum dicampuri oleh suami. 2 . Thalaq Bidi, yaitu thalaq yang dilakukan suami kepada istrinya dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci tetapi sudah dicampurinya Dari segi boleh tidaknya suami merujuk bekas istrinya, thalaq dapat dibagi menjadi dua bangian yaitu : 1 . Thalaq RajI, yaitu thalaq yang membolehkan bekas suami untuk merujuk bekas istrinya sebelum masa iddahnya habis. 2 . Thalaq Bain, yaitu thalaq yang tidak membolehkan suami untuk merujuk bekas istrinya, tetapi harus dengan pernikahan baru. 3. Khulu Khulu adalah perceraian antara suami istri dengan cara istri membayar uang idwadl (pengganti). Istri dibolehkan memninta khulu pada suaminya dengan syarat : a. Suaminya berzina dengan perempuan lain b. Suaminya pemabuk

c. Suaminya tidak melaksanakan ajaran islam d. Istri tidak senag lagi pada tingkah laku suami Thalaq yang jatuh dengan idwadl tidak bisa dirujuk, kecuali dengan perkawinan baru. 4. Fasakh Fasakh adalah perceraian yang diputuskan oleh hakim atas permintaan pihak istri. Hal ini diperbolehkan dengan syarat : a. Suaminya gila b. Suaminya berpenyakit kusta, sopak c. Suaminya sakit kelamin, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis istri d. Suaminya tidak dapat memberikan nafkah e. Suaminya hilang tak tentuh adanya. 5. Syiqaq Syiqaq adalah perceraian yang diakibatkan oleh pertengkaran diantara suami istri dan tidak dapat didamaikan lagi. 6. Pelanggaran Taliq Thalaq Taliq thalaq adalah thalaq yang dikaitkan dengan sesuatu, jika sesuatu terjadi maka thalaq akan jatuh. Dalam pelaksanaa seorang istri meminta suaminya berjanji dengan cara mengucapkan taliq thalaq, yaitu thalaq yang dikaitkan (taliq) dengan perbuatan suami.

5. Iddah
Iddah adalah masa menunggunya bagi perempuan yang diceraikan atau ditinggal mati suaminya untuk dapat menikah lagi dengan laki-laki lain. Masa iddah yang dijalani perempuan itu beraneka ragam, yakni : a. Iddah istri yang dicerai dan ia masih haid, lama iddahnya tiga kali quru (suci) sebagaimana firman Allah SWT QS. 2:228 ulama fiqih berbeda pendapat tentang arti tiga kali quru. Imam SyafiI dan Imam Maliki berpendapat tiga kali quru maknanya tiga kali suci. Sedangkan Imam Hambali menafsirkan tiga kali haid. b. Iddah istri yang dicerai dan sudah tidak haid (monopause), iddahnya tiga bulan, sesuai dengan firman AllahSWT QS. 55:4 perempuan yang masih belum

haid (belum dewasa), perempuan yang sudah dewasa tapi memang tidak haid karena ada kelainan dan perempuan yang sudah tua (sudah berhenti haidnya). c. Iddah istri yang ditinggal mati suami, lamanya empat bulan sepuluh hari, seperti firman Allah SWT QS. 2:234. d. Iddah istri yang dicerai dalam keadaan hamil, lamanya sampai melahirkan. Firman Allah SWT yang berbunyi : perempuan-perempuan yang mengandung, waktu iddahnya sampai melahirkan anak yang mereka kandung.

6. Hikmah pernikahan
Pernikahan adalah awal pembentukan keluarga dalam ruang lingkup rumah tangga. Sedangkan rumah tangga yang islami adalah basis pertama dari masyarakat yang berdiri diatas dasar percintaan dan kasih sayang. Ikatan rumah tangga yang lebih kuat dan kokoh dari pada ikatan-ikatan lainnya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Dalam ajaran islam, seorang suami mempunyai kewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya. Ia harus bersikap sungguh-sungguh dan berlaku adil serta memiliki rasa bertanggung jawab dalam melakukan kewajibannya.

B. Kewarisan
1. Hukum Waris
Islam sangat memperhatikan aspek kehidupan manusia yang berhubungan dengan hak-hak pemilikan harta benda dari orang-orang yang sudah meninggal dunia. Peraturan tentang pembagian harta penninggalan (pusaka) ini dinamai hukum waris atau faraidl. Faraidl dalam istilah mewaris dikhususkan untuk suatu bagian ahli waris yang telah ditentukan besar kecilnya oleh syara. Bagi umat islam melaksanakannya hukum syariat yang ditunjukkan oleh nash-nash yang jelas adalah suatu kewajiban. Demikian pula melaksanakan ketentuan Allah SWT mengenai warisan adalah wajib hukumnya.Pengurutan hak-hak yang harus dibayarkan itu diatur sebagai berikut : 1. Didahulukan membiayai perawatan jenazah dari pada hutang-hutang 2. Didahulukan pelunasan hutang-hutang dari pada pelaksanaan wasiat 3. Didahulukan membayar wasiat dari pada mempuaskan harta peninggalan kepada ahli waris. Pusaka mempusakai terjadi apabila ada syarat-syarat sebagai berikut :

1. Matinya orang yang mempusakakan (muwaris) 2. Hidupnya orang yang mempusakai (waris) 3. Tidak ada penghalang-penghalang mempusakai Sesudah kewajiban-kewajiban tersebut dibayarkan, maka harta benda yang ada itu dinamai tirkah atau maurust (harta peninggalan) yang harta yang dibagikan kepada para ahli warisnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah sebagai berikut : 1. Sebab-sebab pusaka : Seseorang berhak mempusakai dan menerima pusaka disebabkan adanya kaitan sebagai berikut : Perkawinan, yaitu ikatan yang sah menurut syariat antara laki-laki dan perempuan dalam suatu ikatan keluarga. Kekerabatan, yaitu hubungan nasab antara orang yang mewariskan dengan orang yang mewarisi yang disebabkan oleh kelahiran. Wala, yaitu kekerabatan menurut hukum yang timbul karena membebaskan budak.

2. Pusaka Dengan Sebab Perkawinan a. Pusaka istri Istri dalam mempusakai harta peninggalan suaminya mempunyai dua macam bagian, yaitu : i. Seperempat, istri memperoleh bagian seperempat bila suami yang diwarisinya tidak mempunyai farul waris, yaitu anak turun si mayit yang berhak waris baik secara bagian (fardl). ii. Seperdelapan. Istri memperoleh seperdelapan, bila yang lahir melalui istri pewaris ini maupun istri yang lain. b. Pusaka suami Dalam mempusakai harta peninggalan istrinya, suami mempunyai dua macam bagian, yaitu : Separoh. Suami mempusakai harta istrinya dengan setengah bagian bila istrinya tidak mempunyai farul waris

Seperempat, suami mempunyai bagian seperempat bila istrinya meninggalkan farul waris. Farul waris yang dimaksudkan adalah anak yang lahir dari suami yang menjadi pewaris atau suami lain (terdahulu).

3. Pusaka Dengan Sebab Kekerabatan a. Anak Turun Si Mati (Furuul Mayyit) 1. Anak perempuan shulbiyah Anak perempuan shulbiyah adalah anak perempuan yang dilahirkan secara langsung dari orang yang meninggal, baik yang meninggalkan itu ibunya atau ayahnya. Bagian anak perempuan shulbiyah adalah : a. Setengah, bila iya hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama-sama dengan saudara laki-laki yang menjadikan dia sebagai ashabah. b. Dua pertiga, bila anak perempuan itu dua orang atau lebih dan tidak bersamasama dengan saudara laki-laki yang menjadikannya sebagai ashabah bersama (asbah bilgair). c. Ushubah, bila ia mewarisi bersama-sama dengan saudara laki-lakinya, baik anak perempuan itu tunggal maupun banyak dan baik anak laki-lakinya tunggal atau banyak. 2. Anak laki-laki Anak laki-laki tidak termasuk ashabul furudh, ahli waris yang mendapatkan bagian yang sudah ditentukan kadarnya, tetapi ia termasuk ahli waris ashabah, penerima sisa peninggalan dari ashabul furudh atau penerima seluruh harta peninggalan bila tidak ada dzawil furudh seorang pun. Sebagai ahli waris utama, kendatipun kedudukannya dalam mewarisi hanya sebagai penerima sisa, ia tidak pernah dirugikan. Adapun cara-cara dalam mempusakai dirinci sebagai berikut : 1. Jika orang yang mati hanya meninggalkan seorang atau beberapa orang anak laki-laki saja, maka anak laki-laki mewarisi seluruh harta secara tashib 2. Jika orang yang mati meninggalkan seorang atau beberapa orang anak laki-laki dan tidak meninggalkan anak perempuan seorang pun 3. Jika orang yang mati meninggalkan anak laki-laki dan anak perempuan atau ashabul furudh, maka seluruh harta atau sisa harta peninggalan setelah diambil oleh ashabul furudh dibagi dua, dengan ketentuan anak laki-laki mendapat dua kali lipat anak perempuan. Kebanyakan ahli waris dapat dihijab oleh anak laki-laki, kecuali : Ibu

Bapak Suami Istri Anak perempuan Kakek Nenek 3. Cucu perempuan pancar laki-laki cucu perempuan pancar laki-laki ialah anak perempuan dari anak laki-laki orang yang meninggal dunia (bintul ibni) dan anak perempuannya cucu laki-laki pancar laki-laki (bintu-ibnil ibni) sampai kebawah. Hak pusaka cucu perempuan pancar laki-laki ada 6 macam : 1. Setengah, bila ia seorang diri 2. Dua pertiga, bila ia dua orang atau lebih 3. Ushubah, bila ia mewarisi bersama-sama dengan ahli waris yang menjadikannya asbah bersama. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan, yaitu : a. Jika tidak ada ashabul furudh seorang pun, mereka menerima seluruh harta peninggalan secara ushubah, dengan ketentuan bahwa mereka yang laki-laki mendapat bagian dua kali lipat bagian perempuan. b. Jika ada ashabul furudh, mereka hanya menerima sisa harta dari ashabul furudh juga dengan cara pembagian seperti diatas. c. Jika harta peninggalan telah dihabiskan oleh ashabul furudh mereka tidak menerima bagian sedikit pun. Cucu perempuan pancar laki-laki dapat menghijab ahli waris : 1. Saudara (si mati) seibu 2. Saudari (si mati) seibu Ia dapat dihijab oleh ahli waris : 1. Dua orang anak perempuan shulbiyah 2. Dua orang cucu perempuan pancar laki-laki yang lebih tinggi derajatnya, bila tidak ada muashib yang mendapinya

3. Farul waris laki-laki yang lebih tinggi derajatnya, seperti anak laki-laki atau cucu laki-laki yang lebih tinggi derajatnya, baik ia tunggal atau banyak, baik bersama-sama dengan muaashib maupun tidak. 4. Cucu laki-laki pancar laki-laki Cucu laki-laki pancar laki-laki adalah termasuk farul waris, yaitu anak turunan si mati yang mempunyai hak mewarisi. Hak pusaka farul waris itu adakalanya dengan jalan fardh, seperti anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki sampai kebawah, dan adakalanya dengan jalan ushubah dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika si mati tidak mempunyai anak dan tidak ada ahli waris yang lain, ia menerima seluruh harta peninggalan secara shubah b. Jika cucu itu mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudarinya, ia membagi seluruh harta peninggalan dengan saudara-saudarinya menurut perbandingan 2:1. Kebanyakan ahli waris dapat dihijab oleh cucu laki-laki pancar laki-laki, kecuali ayah, ibu, suami, istri, anak perempuan, cucu perempuan pancar laki-laki, kakek shahih, dan nenek shahih. Anak dalam kandungan tergolong ahli waris yang berhak menerima warisan dengan syarat: a. Sudah mempunyai ujud b. Dilahirkan dalam keadaan hidup dengan tanda-tanda hidup, seperti menangis, bergerak, dll. Anak zina ialah anak yang dilahirkan diluar perkawinan menurut syariat. Anak seperti itu tidak dinisabkan kepada bapaknya sebagai anak sah kalau anak itu dilahirkan kurang dari 6 bulan dari akad perkawinan. Anak lian anak yang dihukumi tidak bernasab dengan ayahnya setelah terjadi tuduh menuduh zina antara kedua suami istri menurut alquran. b. Leluhur mayit 1. Pusaka ibu Bagian ibu ada tiga macam : a. Seperenam dengan ketentuan bila ia mewarisi bersama-sama dengan farul warist itu seorang atau lebih b. Sepertiga dengan ketentuan tidak bersama-sama dengan farul waris bagi simati ataupun bersama-sama dengan dua orang atau lebih saudari-saudari

simati yang mewarisi hanya ia sendiri dengan ayah simati tanpa salah seorang suami-istri si mati. Tidak ada ahli waris yang dapat menghijab hirman terhadap ibu, tetapi ada 2 ahli waris yang dapat menghijab muqshan padanya, yaitu : 1. Farul waris secara mutlak 2. Dua orang saudara, secara mutlak Sedangkan ibu dapat menghijab ahli waris, yaitu : 1. Ibunya Ibu (Ummul Uni) 2. Ibunya Ayah (Ummul Abi) ke atas

2. Pusaka Nenek Shalihah Nenek shalihah ialah leluhur perempuan (nenek) yang dipertalikan kepada si mati tanpa memasukkan kakek ghairu shalihah. Bagian nenek adalah seperenam. Para ahli waris yang dapat meghijab nenek adalah : Ibu Ayah Kakek shalihah Nenek yang dekat

3. Pusaka Ayah Seorang ayah yang mempusakai harta peninggalan anaknya dengan tiga macam bagian, yaitu : Seperenam, bila anak yang diwarisi mempunyai faru waris mudzakkar, yaitu anak laki-laki dan cucu laki-laki sampai kebawah Seperenam dan ushubah, bila anak yang diwarisi mempunyai faru waris muannast, yakni anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki sampai kebawah. Ushubah, bila anak yang diwarisi harta peninggalannya tidak mempunyai faru waris sama sekali, baik laki-laki maupun perempuan.

4. Pusaka Kakek Istilah kakek dalam ilmu faraidl ada dua arti, yaitu kakek shahih dan kakek ghair shahih. Kakek shahih, ialah kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati

tanpa diselangi oleh perempuan. Kakek ghair shahih, yaitu kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati diselingi oleh perempuan. Kakek dapat menduduki statusnya ayah bila tidak ada ayah dan saudara-saudara atau saudari-saudari sekandung atau seayah, karena itu ia mendapat bagian pusaka seperti bagian ayah, yaitu : a. Seperenam bila simati mempunyai anak turun yang berhak waris yang laki-laki b. Seperenam dan sisa dengan jalan ushubah bila simati mempunyai anak turun yang berhak waris yang perempuan. c. Ushubah, bila simati tidak mempunyai farul waris secara mutlak, baik lakilaki maupun perempuan. Para ahli waris yang termahjub oleh kakek shahih ialah : a. Saudara-saudara sekandung b. Saudara-saudara seayah c. Saudara-saudara seibu d. Anak laki-laki saudara sekandung e. Anak laki-laki nya saudara f. Paman sekandung g. Paman seayah h. Anak laki-lakinya paman sekandung i. Anak laki-lakinya seayah Adapun ahli waris yang menghijabnya adalah : -Ayah -Kakek shahih yang lebih dekat dengan simati

C.Kerabat Menyamping (Al-Hawasyi)


1. Pusaka Saudari Sekandung
Pusaka saudari kandung di dalam pusaka mempusaka itu ada lima macam : 1. Separoh, yaitu bila ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama dengan saudara kandung yang menjadikannya ashabah

2. Dua pertiga, yaitu bila saudari tersebut dua orang atau lebih dan tidak mewarisi bersama-sama dengan saudara kandung yang menjadikannaya ashabah 3. Ushubah (bilghair), yaitu baik tunggal maupun banyak. 4. Ushubah (maal ghair), yaitu bila ia mewarisi bersama-sama : a. Seorang atau beberapa orang anak b. Seorang atau beberapa cucu perempuan pancar laki-laki Bila seorang atau beberapa orang saudari kandung bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan pancar laki-laki, mereka dapat menghijab ahli waris : 1. Saudara seayah 2. Anak laki-laki saudara seayah seibu 3. Anak laki-laki saudara seayah 4. Paman seayah seibu 5. Paman seayah 6. Anak laki-laki paman seayah seibu 7. Anak laki-laki paman seayah 8. Saudari seayah Adapun ahli waris yang menghijab saudari kandung, baik tunggal atau berapa orang baik bersama-sama dengan saudara kandung maupun tidak ialah : Anak laki-laki Cucu laki-laki pancar laki-laki Ayah

2. Pusaka Saudari Seayah


Bagian saudari seyah adalah sebagai berikut : 1. Separoh, yaitu bila ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersam-sama dengan saudari kandung atau saudara seayah yang menjadikannya ashabah 2. Dua pertiga, yaitu dalam keadaan bila saudari tersebut dua orang atau lebih yang tidak mewarisi bersama-sama dengan saudari kandung atau seayah yang menjadikan ashabah

3. Ushubah (bil ghair), yaitu baik seorang diri maupun banyak bila ia mewarisi bersama-sama dengan saudara tunggal seayah 4. Ushubah (maal ghair), yaitu bila ia mewarisi bersama-sama dengan anak perempuan pancar laki-laki betapa pun menurunnya. 5. Seperenam sebagai pelengkap dua pertiga, bila ia mewarisi bersama-sama dengan saudari kandung. Saudari seayah jika bersama-sama dengan saudara seayah tidak dapat menghijab ahli waris manapun. Jika bersama-sama dengan saudara seayah ia dapat menghijab : 1. Anak laki-laki saudara (kemenakan) seayah ibu 2. Kemenakan seayah 3. Paman seayah-ibu 4. Paman seayah 5. Anak laki-laki paman (saudara sepupu) seayah ibu 6. Saudara sepupu ayah Ahli waris yang dapat menghijab saudara seayah adalah : Anak laki-laki Cucu laki-laki pancar laki-laki Ayah Saudara (laki-laki) seayah seibu Saudara sekandung yang menjadi ashabah maal ghair Dua orang saudari sekandung, jika saudari seayah tidak mewarisi bersamasama dengan muashibnya.

3. Pusaka Saudara-saudari Tunggal Ibu (Auladul Ummi)


Saudara-saudari tunggal ibu adalah anak-anaknya ibu si mati atau saudara tiri si mati yang lahir dari ibu. Bagian mereka adalah : 1. Seperenam, bila mereka tunggal, baik laki-laki maupun perempuan 2. Sepertiga, bila mereka banyak, baik laki-laki maupun perempuan.

Anak-anak ibu (saudara-saudari tiri simati) ini tidak dapat menghijab siapa pun, bahkan mereka dapat dihijab oleh : Anak laki-laki atau perempuan Ayah Kakek shahih

4. Pusaka Saudara Kandung


Hak pusaka saudara kandung adalah ushubah, dengan ketentuan apabila mereka tidak bersama-sama dengan ahli waris yang dapat menghijabnya dan tidak bersama-sma kakek shahih. Secara terperinci pusaka mereka sebagai berikut : a. Kalau tidak ahli waris selain seorang saudara, maka ia mendapat seluruh harta b. Kalau ahli waris semuanya terdiri dari saudara-saudara kandung, naka seluruh harta peninggalan dibagi rata antar mereka. c. Kalau ahli warisnya terdiri dari saudara dan saudari sekandung, seluruh harta peninggalan dibagi antar mereka dengan ketentuan yang laki-laki mendapat dua kali perempuan d. Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudara seibu dan kebetulan tidak ada sisa yang tinggal untuknya e. Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan ahli waris selain dari golongan ashabul furudh, mereka menerima sisa dari ashabul furudh. Para ahli waris yang terhijab oleh saudara laki-laki sekandung adalah : 1. Saudara seayah 2. Anak laki-laki saudara seayah 3. Anak laki-laki saudara sekandung 4. Paman sekandung 5. Paman seayah 6. Anak laki-laki paman sekandung 7. Anak laki-laki paman seayah Sedangkan yang menghijab saudara sekandung adalah : Ayah

Anak laki-laki Cucu laki-laki pancar laki-laki

5. Pusaka Saudara Seayah


Pusaka saudara seayah dengan cara ushubah, bila tidak ada ahli waris yang menghijabnya, sebagaimana halnya cara pusaka saudara kandung. Para ahli waris yang terhijab oleh saudara seayah adalah : 1. Anak laki-laki saudara sekandung 2. Anak laki-laki saudara seayah 3. Paman sekandung 4. Paman seayah 5. Anak laki-laki paman sekandung 6. Anak laki-laki paman seayah Sedangkan ahli waris yang dapat menghijab saudara seayah adalah : 1. Saudara sekandung 2. Ayah 3. Anak laki-laki 4. Cucu laki-laki pancar laki-laki 5. Saudari sekandung

6. Pusaka Anak-anak Saudara (Kemenakan laki-laki), pamanpaman dan anak-anak paman (Saudara sepupu laki-laki)
Mereka tergolong ahli waris ashabah yang utama setelah anak laki-laki, cucu laki-laki pancar laki-laki sampai kebawah, bapak, kakek terus keatas, saudara ayah dan suadara sekandung. Anak laki-laki saudara sekandung dapat menghijab ahli waris : 1. Anak laki-laki saudara ayah 2. Paman sekandung 3. Paman seayah 4. Anak laki-laki paman sekandung Ahli waris yang dapat menghijabnya adalah :

1. Anak laki-laki 2. Cucu laki-laki pancar laki-laki 3. Bapak 4. Kakek 5. Saudara (laki-laki) 6. Saudara seayah 7. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ashabah maal ghair bersamasama dengan anak perempuan atau cucu perempuan. Anak laki-laki saudara seayah dapat menghijab ahli waris : 1. Paman sekandung 2. Paman seayah 3. Anak paman sekandung 4. Anak paman seayah Ahli waris yang dapat menghijabnya adalah : 1. Anak laki-laki 2. Cucu laki-laki pancar laki-laki 3. Ayah 4. Kakek 5. Saudara sekandung 6. Saudara seayah 7. Anak laki-laki saudara sekandung 8. Saudara sekandung atau seayah yang menjadi ashabag mal ghair bersamasama dengan anak perempuan atau cucu perempuan. Paman dapat menghijab ahli waris : 1. Paman seayah 2. Anak laki-laki paman sekandung 3. Anak laki-laki paman seayah Ahli waris yang dapat menghijab paman adalah :

1. Anak laki-laki 2. Cucu laki-laki pancar laki-laki 3. Ayah 4. Kakek 5. Saudara sekandung 6. Saudara seayah 7. Anak laki-laki saudara sekandung 8. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ashabah maal ghair bersamasama anak perempuan 9. Anak laki-laki saudara seayah Paman seayah dapat menghijab ahli waris : 1. Anak laki-laki paman sekandung 2. Anak laki-laki paman seayah Para ahli waris yang menghijab paman seayah adalah : 1. Anak laki-laki 2. Cucu laki-laki pancar laki-laki 3. Ayah 4. Kakak 5. Saudar sekandung 6. Saudara seayah 7. Anak laki-laki saudara sekandung 8. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ashabah maal ghair bersamasama anak perempuan atau cucu perempuan 9. Anak laki-laki saudara seayah 10. Paman sekandung

Anak laki-laki paman sekandung dapat menghijab anak laki-laki paman seayah saja. Sedangkan ahli waris yang dapat menghijab anak laki-laki paman sekandung adalah :

1. Anak laki-laki 2. Cucu laki-laki pancar laki-laki 3. Ayah 4. Kakek 5. Saudara sekandung 6. Saudara seayah 7. Anak laki-laki saudara kandung 8. Saudara sekandung atau seayah yang menjadi ashabah maal ghair bersamasama dengan anak perempuan atau cucu perempuan 9. Anak laki-laki 10. 11. Saudara seayah Paman seayah

Anak laki-laki paman seayah tidak dapat menghijab ahli waris manapun, sedangkan yang dapat menghijabnya adalah : 1. Anak laki-laki 2. Cucu laki-laki pancar laki-laki 3. Ayah 4. Kakek 5. Saudara laki-laki sekandung 6. Saudara laki-laki seayah 7. Anak laki-laki saudara sekandung 8. Saudari sekandung atau seayah yang menjadi ashabah maal ghair bersama anak perempuan 9. Anak laki-laki saudara seayah 10. 11. 12. Paman sekandung Paman seayah Anak laki-laki paman sekandung.

Dengan demikian hak-hak pemilikan atas harta pusaka dapat diserahkan kepada ahli warisnya secara adil.

BAB X SISTEM POLITIK ISLAM A. Pengertian Politik


Kata politik berasal dari Bahasa Latin politikus yang berarti relating to citizen (hubungan warga Negara, keduanya berasal dari kata polis yang berarti kota. Dalam bahasa Arab , politik biasa diterjemahkan dengan kata siyasah, kata ini diambil kata sasa-yasuusu yang diartikan mengemudi,mengendalikan dan mengatur . jadi kata politik diartikan mengurus mengatur kepentingan seseorang. Abdul Qadim Zallum mengatakan bahwa politik mempunyai makna mengatur urusan rakyat maupun luar negeri. Ada 5 kerangka konseptual dalam memahami politik yaitu: 1. Politik sebagai usaha warga Negara dalam membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. 2. Politik sebagai segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Negara dan pemerintah. 3. Politik sebagai segala kegiatan yang diarahakan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. untuk mencari dan

4. Politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. 5. Politik sebagai konflik dalam rangka mencari atau mempertahankan sumbersumber yang dianggap penting. Dalam Al-quran tidak dibahas secara teknis permasalahan politik, karena Alquran ditujukan kepada semua manusia yang lintas ras,etnis,waktu dan tempat. Sehingga dengan hanya mengemukakan prinsip dan norma-norma politik umat islam mampu menterjemahkannya disetiap waktu,tempat dan kebutuhan yang berkembang.

B. Prinsip Dasar Politik


Politik islam didasarkan kepada tiga prinsip yaitu tauhid,risalah dan khalifah. Tauhid berarti mengesakan Allah SWT. Risalah merupakan medium perantara penerimaanmanusia terhadap hokum-hukum Allah. Dan kalifah berarti pemimpin. Oleh sebab itu dituntut untuk melakukan tugas kekhalifahan dengan baik dan maksimal sebagai aturan-aturan yang ditetapkan Allah. Dalam pelaksanaan politik, islam memiliki diperhatikan. Diantara norma-norma itu adalah: norma-norma yang harus

1. Politik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan , bukan dijadikan sebagai tujuan akhir. 2. Politik islam berhubungan dengan kemashalatan umat. 3. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah. 4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara bijak. 5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah. 6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul. 7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara. Kepimimpinan politik dalam islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah digariskan oleh ajaran agama . penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa : 59 sesungguhnya Allah menyeluruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyeluruh kamu) apabila menetapkan hokum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil . Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baik kepada kamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan Rasulnya dan Ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu , maka kembalikan ia kepada Allah (Quran) dan Rasul (sunnahnya)jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih akibatnya

C. Nilai-nilai Dasar Sistem Politik Dalam Al-Quran


Al-quran sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama islam mengandung ajaran tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan system politik islam .nilai nilai tersebut adalah :

1. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat sebagimana tercantum dalam QS 23:52 Sesungguhnya kamu ini umat yang satu dan akul adalah Tuhan kamu, maka bertakwalah kamu kepadaku 2. Kemestian bermusyawarah ijtihadiyyah . dalam menyelesaikan masalah-masalah

3. Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hokum secara adil. Dalam QS 4 : 58 Allah berfirman; Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan secara adil 4. Kemestian menaati Allah dan Rasulullah dan Ulil amri sebagimana difirmankan dalam QS 4 : 59 Hai orang-orang yang beriman , taatilah Allah dan Taatilah Rasulnya, dan orang-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu 5. Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam, sebagaimana difirmankan dalam QS 49 : 9 Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah keduanya 6. Kemestian mementingkan perdamaian dari pada permusuhan. dalam QS 8:61 apabila mereka condong kepada perdamaian, hendaklah kamu pun condong kepadanya dan bertakwalah kepada Allah 7. Keharusan meningkatkan kewaspaan dalam bidang pertahan dan keamanan . dalam QS 8 : 60 dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi, dari kuda-kuda yang ditampat untuk berperang , kamu dapat mengetarkan musuh Allah , musuhmu dan orang-orang selain yang kamu tidak ketahui sedangkan Allah mengetahuinya 8. Keharusan menepati janji, dalam QS 16 :91 dan tepatilah perjanjian dengan Allah , apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membetalkan sumpahsumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya. 9. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa sebagaimana firman Allah dalam QS 49 :13 hei manusia , sesungguhnya kami telah menciptakan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal 10. Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat . dalam QS 59 : 7 supaya harta itu tidak beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu. 11. Keharusan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum dalam hal :

a. Mengurangi beban (taqlil al takalif)

b. Berangsur-angsur (al-tadarruj) c. Tidak menyulitkan (adam al-haraj)

D. Kontribusi Umat Islam Dalam Perpolitikan Nasional


Kontibusi umat islam dalam perpolitikan nasional sudah dimulai semenjak masa penjajahan pra kemerdekaan . didalam sejarah terbukti bahwa perjuangan gigih untuk mendapatkan kemerdekaan yang digerakkan oleh tokoh-tokoh muslim diberbagai daerah. Perjuangan gigih ini dipicu oleh adanya keyakinan beragama terhadap penolakan kezaliman yang sangat dilarang oleh agama dan penjajahan ,penindasan dan ketidak adilan. Diantaranya adalah Tuanku Imam Bonjol , cut Nyak Dien , dll Selanjutnya pada masa orde baru tokoh-tokoh muslim juga memberikan kontribusi politik yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara seperti lahirnya Tri Kerukunan umat beragama yang mengatur tentang kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Sedangkan pada orde reformasi , perjuangan politik umat islam semakin terbuka lebar, hal ini didukung oleh perkembangan demokrasi politik di Indonesia. Beberapa contoh tentang perjuangan umat islam dalam konteks bernegara diatas menunjukkan bahwa islam dan ajarannya mampu memberi kontribusi yang berarti dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia .

E.Prinsip-prinsip Politik Luar Negeri


Politik luar negeri merupakan bagian yang tidak dipisahkan dari politik, karena politik merupakan pemikiran tentang pemeliharaan urusan dan kepentingan masyarakat di negeri sendiri serta kepentingan Negara dan bangsa lain. Politik luar negeri merupakan bagian yang dianggap sebagai komponen penting dari perpolitikan. Yang harus diperhatikan dalam politik luar negeri adalah bangsa-bangsa yang berpengaruh, terutama yang berkaitan dengan masyarakat,bangsa dan keyakinan. Dengan demikian, politik luar negeri berkaitan dengan kebijakan bangsa yang berpengaruh, terutama yang memberikan pengaruh kepada masyarakat , baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, seluruh umat islam harus dibekali dengan sikap kehati-hatian terhadap berbagai bentuk ancaman luar. Politik luar negeri dalam islam terdiri atas dasar-dasar kuat yang mempunyai tujuan yang jelas . tujuan-tujuan itu adalah : 1. Mengamankan penyebaran dakwah kepada manusia,sehingga suara dakwah itu dapat sampai keseluruhan manusia.

2. Mengamankan batas-batas territorial Negara Islam dan umat islam yang hidup di Negara itu terhadap seluruh musuh yang berusaha menyebarkan fitnah terhadap agama mereka atau mengganggu Negara mereka. 3. Mengaplikasikan system jihad fi sabilillah yang masuk didalamnya pemahaman tentang perang dan pertempuran secara islami atau tunduk pada tujuan islam, yakni menegakkan kalimat Allah SWT. Politik luar negeri bermakna mengatur hubungan Negara dan rakyatnya serta instansi-instansi yang ada dibawahnya, dengan Negara-negara lain dan organisasi kenegaraan lainnya. Serta secara umum, politik luar negeri bertujuan untuk menjaga kedaulatan Negara, keamanan nya serta menjaga kepentingan ekonominya. Politik luar negeri ini akan mempengaruhi secara besar bagi perjalanan Negara, seperti pertahanan,keamanan,ekonomi dan sisi kehidupan lainnya. Politik membutuhkan adanya kementrian luar negeri, duta-duta besar dan konsulat-konsulat dinegara-negara di dunia yang mempunyai hubungan antara kedua Negara . oleh karena itu, harus ada undang-undang yang mengatur hubungan antara Negara tersebut , serta mengatur hak dan kewajibannya. Tujuan dan hasil undang-undang tersebut semata-mata untuk menjaga hubungan antar Negara, bukan dalam bentuk permusuhan. 1. Pokok dalam hubungan antar Negara adalah perdamaian. 2. Tidak memutuskan hubungan damai antara satu Negara dengan Negara lain, kecuali dalam keadaan darurat yang paling tinggi. 3. Membuat kaidah-kaidah hubungan luar negeri yang menjamin seluruh nagara dengan Negara lainnya dalam keadaan damai, dengan tujuan untuk mengembangkan kondisi damai ini. 4. Membuat kaidah-kaidah yang menjamin seluruh Negara yang berada dalam kondisi perang, dengan tujuan untuk mengurangi derita perang atau untuk menghilangkan seluruh perselisihan. 5. Membuat syarat-syarat bagi Negara yang ingin diakui oleh Negara lain. Diantaranya adalah : a. Memiliki kebebasan penuh dalam mengatur politik dalam negeri. b. Memperlakukan penduduknya dengan baik dan menjaga hak-hak mereka. c. Mempunyai batas-batas yang terjaga. d. Berlaku adil terhadap para duta besar dan konsulat yang ada di Negara mereka.

6. Ketika pengumuman perang kepada Negara lain, agar tidak melakukan khianat, tidak menggunakan senjata pemusnah masal yang menambah penderitaan manusia, serta memperlakukan orang yang terluka dan tahanan dengan baik. Adapun prinsip-prinsip politik luar negeri dalam keadaan damai adalah: 1. Menjaga perdamaian. 2. Menegakkan keadilan. 3. Memenuhi janji. 4. Menjaga hak-hak dan kebebasan bagi non muslim. 5. Melakukan tolong menolong kemanusiaan dan saling toleransi. Sementara itu, islam membenci peperangan. Perang hanya menimbulkan kesedihan, kerusakan, penghancuran dan pembunuhan. Adapun prinsip-prinsip politik luar negeri islam dalam keadaan perang adalah : 1. Menentukan tujuan perang. 2. Melakukan persiapan. 3. Tidak meminta bantuan musuh untuk mengalahkan musuh. 4. Menepati janji atau persetujuan. 5. Menjalankan hukum dan adab islam dalam perang Islam membuat hukum-hukum , syarat-syarat, etika-etika perang yang tidak boleh dilanggar oleh umat islam dan pemimpin islam. Diantara hukum hukum itu adalah : 1. Dilarang membunuh wanita, anak kecil dan orang tua, kecuali jika orang tua yang turut memerangi umat islam dengan tipu daya, pemikiran dan strateginya. 2. Dilarang membunuh seseorang dengan khianat tanpa mengumumkan terlebih dahulu sikap perang. 3. Dilarang merusak jenazah musuh walaupun mereka melakukan terhadap umat islam. 4. Menguburkan mayat-mayat kemanusiaan mereka. musuh sebagai penghormatan terhadap

5. Memperlakukan tawanan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai