Anda di halaman 1dari 1

Seribu Cinta untuk Seribu Suluk

Aku mecintaimu dengan makna terdalam, rasa termurni, hasrat tertulus, serta niat nan
suci . Entah berapa banyak sajak tak jua cukup untuk membuat rasa ini sampai ke puncak,
entah berapa banyak diksi yang tak juga sanggup melangkapi, entah berapa kata yang tak jua
sanggup untuk mengungkap makna. Namun, selagi lidah masih sanggup berucap, izinkan aku
mengatakan ini, duhai cinta.

Aku mencintaimu dalam tunduk sujud nan khusuk, menyepi dari dunia yang penuh
hiruk pikuk, untuk menghirup sejumput hidayah yang diharap selalu tercurah. Di antara
gemerisik air wudu, di antara senyap, di antara renungan suci menghadap illahi, aku selalu
berusaha menghirup wangi suci di suluk-suluk mu yang syahdu. Lalu seraya berbisik, kuucap
sebaris kalimat indah, “aku mencintaimu sebagai anugrah dari sang illahi.”

Aku mencintaimu dalam setiap nyaring qiroah merdu, memuncak di seluruh penjuru
langit negeri dari bagunan megah yang berdiri tinggi. Setiap baitnya melalui udara hangat
menelisip di relung hati. Panggilan Rabb telah tiba, mari bersegera kita mereguk cintanya.
Sembari melangkah menyusuri tangga, aku kembali berujar, äku mencintaimu dengan segala
upaya untuk bertakwa”.

Aku mencintaimu dalam setiap hidu masakan menggugah selera, fermentasi durian
berkolaborasi santan ceria, bada nan gurih jadi pelengkapnya, pun nasi hangat berulamkan
daun ubi muda. Semua terasa lengkap, semua terasa nikmat. Di sela-sela nikmatnya,
senyumku mengembang mengungkap makna, aku mencintaimu dalam setiap racikan bumbu
dari tangan para pecinta.

Aku mencitaimu dalam kebanggan kemajuan pembangunan, kepesatan laju


perekonomian, juga sejahtera yang semakin merata. Semoga pasar megah menjanjikan setiap
insan untuk maraup janji kehidupan yang lebih baik, menjanjikan perdagangan yang
menguntungkan, menjanjikan kejujuran dalam seiap timbangan. Semoga sang khalik selalu
mencintaimu dalam nikmat berkah yang terus bertambah, nikmat sukur yang senantiasa
menyubur. Dan aku berujar dengan lantang, aku mencintaimu dengan segala kemajuan.

Aku selalu berharap, sejauh apapun aku pergi, semoga arus yang kutelusuri akan
berhulu pada batang lubuh dan kembali ke pangkuanmu, kuharap rinduku selalu sederas
arusnya. Maka akan kubiarkan cintaku padamu mengabul janji kehidupan yang lebih baik,
sebaik air yang menggemburkan tanah, pupuk yang menyuburkan tanaman, serta udara segar
yang memberi kehidupan.

Sungguh, sekalipun lidah tebalku begitu kaku bertutur dalam bahasamu, sekalipun pita
suaraku tak tepat melanggamkan syairmu, sekalipun kulitku tak kuning langsat seperti
kulitmu, aku akan tetap berusaha mencintaimu. Karena kau adalah tempatku lahir, tempatku
tumbuh, tempatku mendewasa. Melebihi semua itu, kau mengajariku cinta. Meski tak kau
balas dengan ujar, aku akan tetap tahu, selama ini kau mencintaiku.

Anda mungkin juga menyukai