Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN BACAAN ARTIKEL PENELITIAN

OLEH: ROMI KURNIADI

A. Identitas Artikel
1. Judul : Berbagi Resiko Versus Pengalihan Resiko dalam Keuangan Islam:
Sebuah Evaluasi (Risk-sharing Versus Risk Transfer ini Islamic
Finance: an Evaluation)
2. Penulis : Zubair Hasan
3. Penerbit : The International Association of Islamic Banks Karachi
4. Volume : 32 April-Juni 2015 No. 2
B. Latar Belakang

Peneliti dalam penelitian ini menentukan latar belakang dimulai dari keinginan
peneliti untuk memberikan evaluasi pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah dengan
ekonomi konvensional. Evaluasi yang dimaksud berfokus pada unit kegiatan ekonomi
syariah. Adapun unit kegiatan yang dilihat dalam penelitian ini adalah bank syariah.

Menyebarnya pemikiran bahwa kegiatan ekonomi yang tidak memiiliki resiko


atau beresiko kecil tidak akan memberikan hasil yang besar juga menjadi masalah
yang menurut peneliti perlu untuk dijawab. Paradigma bahwa ekonomi syariah
cenderung kepada risk-sharing menumbuhkan pemikiran bahwa ekonomi syariah
tidak memberikan hasil yang besar dalam kegiatan ekonominya. Sehingga pada masa
yang panjang, ekonomi syariah dinilai belum mampu menghadapi krisis.

Di sisi lain, disebabkan berkembangnya pemikiran no risk-no gain, ekonomi


konvensional dianggap lebih siap dalam menghadapi krisis. Padahal pada
kenyataannya selama ini krisis terjadi masih dalam cakupan ekonomi konvensional.
Bank konvensional yang menjadi salah satu lembaga penggerak perekonomian
konvensional juga dinilai menimbulkan resiko lebih besar dalam membebani public
jika bank mengalami pailit.
System keuangan konvensional secara inheren rentan terhadap ketidakstabilan
dikarenakan adanya pemindahan resiko. Sedangkan di sisi lain, ekonomi syariah
melarang bunga dan spekulasi yang selama ini menjadi biang dari semua masalah
perekonomian. Kontekstual untuk perdebatan ekuitas utang, no risk no gain nyatanya
selama ini tidak pernah didukung dengan kajian literature yang dalam. Hal-hal inilah
yang melatar belakangi peneliti dalam melakukan penelitiannya sebagai jawaban
sekaligus evaluasi atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

C. Pembahasan

Pada bagian ini, penulis menjelaskan bahwa bank syariah telah menunjukkan
ketahanan yang lebih besar dalam menghadapi krisis keuangan baru-baru ini.
Dibandingkan dengan bank-bank konvensional, bank syariah menunjukkan memiliki
buffer likuiditas yang lebih baik, rasio laverage rendah, dan kemampuan manajerial
yang lebih baik. Sehingga peneliti dalam hal ini menyatakan bahwa argument yang
mengenai ketidaktahanan bank syariah dalam menghadapi krisis tampaknya kurang
berbobot.

Peneliti membuktikan pernyataanya dengan terlebih dahulu menampilkan data


sharing perdagangan internal dan internasional yang terjadi di Negara-negara OKI.
OKI yang pada dasarnya terdiri dari berbagai Negara yang sangat heterogen, 22 dari
mereka adalah Negara-negara yang maju, dan 19 lainnya adalah Negara kaya yang
mengekspor bahan bakar. Namun pada tahun 2010 pangsa Negara OKI di
perdagangan internasional hanya 10% saja.

Selain itu, saham didistribusikan sangat tidak merata, porsi terbesar dimiliki
oleh Negara eksportir yang kaya bahan bakar minyak. Pada saat itu bank-bank teluk
(konvensional) mengalamai kesedihan selama kekacauan terjadi. Namun
menariknya adalah Islamic Financial Service Board (IFSN) pada tahun 2013
melaporkan stabilitas yang menunjukkan bahwa keuangan Islam tidak terpengaruh
oleh krisis saat ini.
Sedangkan untuk menjawab pertanyaan mengenai no risk no gain, peneliti
memulainya dengan menyatakan ketidakrelevanan riba-yang pada dasarnya adalah
resiko, dalam mengatasi krisis. Tidak diperbolehkannya riba didasarkan pada firman
Allah pada Quran Surat 2 ayat 275. Inti dari ayat ini adalah Allah memperbolehkan
perdagangan dan melarang riba.

Peneliti menerangkan bahwa riba dilarang bukan karena ia mentransfer resiko


kepada peminjam, tetapi karena peminjam tidak menawarkan nilai pengganti pada hal
yang real. Hal ini dimaksudkan, riba menawarkan spekulasi yang bagitu besar.
Kesembronoan bank konvensional dalam menghadapi spekulasi inilah yang
menyebabkan bank konvensional akan menghadapi masalah besar ketika terjadi
krisis.

D. Simpulan

Peneliti akhirnya menyimpulkan bahwa persepsi yang menyatakan Syariah


mengizinkan tidak ada keuntungan kecuali resiko berkenaan dengan penerimaan,
mendukung aegumen bahwa berbagi resiko sepadan dan relevan dengan normas
keuangan Islam. Namun bukan menjadi pandangan utama ekonomi Islam.

Kenyataan tentang kenaikan krisis pada keuangan berdasarkan bunga sejatinya


mempromosikan transfer resiko, bukan berbagi resiko. Sedangkan islam hanya
mengizinkan berbagi resiko dan melarang bunga. Data juga menunjukkan bahwa
ternyata performas bank syariah lebih baik selama masa kekacauan dibandingkan
dengan bank konvensional. Ini adalah bukti yang cukup untuk menjawab prtanyaan-
pertanyaan sebelumnya.

E. Analisis Sumber Bacaan

Dalam menganalisa artikel ini, penulis melakukan perbandingan dengan


penelitian yang relevan. Penelitian pembanding ditulis oleh Faqih Nabhan dalam
sebuah penelitian berjudul profit and Lost sharing: Solusi Ekonomi Islam
Menghadapi Globalisasi Ekonomi. Secara umum penelitian pembanding ini memiliki
argumentasi yang sama mengenai kemampuan Bank Syariah dalam menghadapi
krisis ekonomi dibandingkan dengan bank konvensional.

Hal yang melatarbelakangi penelitian pembanding juga berkutat pada


menjawab pertanyaan apakah produk usaha ekonomi Islam yang dalam hal ini adalah
bank syariah, mampu menghadapi guncangan krisis. Faqih Nabhan juga
menggunakan pendekatan profit dan Loss Sharing dalam penelitiannya.

Hasil penelitian pembanding ini menunjukkan bahwa besarnya kemampuan


mobilisasi dana disertai dengan manajemen portofolio investasi (pembiayaan) yang
dihasilkan dengan kontrak kerja sama profit and loss sharing dapat menaikkan
kinerja keuangan bank syariah tanpa menambah resiko keuangan (financial risk) bagi
bank.

Berdasarkan perbandingan tersebut, maka penulis melihat artikel utama dalam


laporan bacaan ini terlalu membranding produk usaha bank syariah menggunakan
pendekatan risk sharing. Sedangkan pada kenyataannya pendekatan utama bank
syariah bukanlah terletak pada berbagi resiko, namun terletak pada berbagi
keuntungan. Artinya, kegiatan utama bank syariah adalah menjamin pembagian atas
keuntungan sebuah kegiatan ekonomi, bukan membagi resikonya. Sedangkan risk
sharing hanyalah sebagai akibat dari kegiatan bank syariah, bukan tujuan utama.

Sekalipun demikian, risk sharing juga bukan hal yang tidak tepat diberikan
kepada bank syariah. Karena pada kenyatannya berbagi resiko meminimalkan akibat
dari spekulasi, yang banyak dilakukan oleh bank konvensional dengan pendekatan
trnsfer resikonya. Akhirnya, secara umum penulis melihat bahwa bank syariah
memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi krisis dengan prinsip utama
profit and loss sharing.

Anda mungkin juga menyukai