Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH RESIKO LIKUIDITAS

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
1. WIWIN
2. SYLVI FEBIOLA
3. HENNY
4. LISA ANWAR
5. MEILINDA
DOSEN : HELMAN,SE,M.M.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Sebagai lembaga keuangan dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal

dan internal perbankan yagnmengalami perkembanga pesat, bank syariah akn

selalau berhadapan dengan berbagai jenis resiko dengan tingkat kompleksitas yang

beragam dan melekat pada kegiatan usahanya.resiko dalam konteks perbankan

merupakan sutu kejian yang potensial, baik yang dapt diperkirakan maupun yang

tidak dapat diperkirakan yang berdampak negative terhadap perndapatan dan

permodalan bank. Resiko tersebut tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan

dikendalikan. Salah satu resiko yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah resiko

likuiditas. Oleh karena itu sebagaiaman lembaga perbankan pada umumnya bank

syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yagn dpat digunakan

dalam mengendaliaka dan mengelola resiko yang akan timbul, baik resiko likuidtas

maupun resko yang lainya.

2. Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan resiko likuiditas?

B. Bagaimanakah proses manajemen resiko likuiditas?

C. Bagimana cara mengendalikan resiko likuiditas tersebut?


3. Tujuan

A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan resiko likuiditas.

B. Untuk mengetahui bagaimanakah proses manajemen resiko likuiditas.

C. Untuk mengetahui bagimana cara mengendalikan resiko likuiditas tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Resiko Likuiditas

Untuk mengetahui lebih jelasnya pengertian resiko likuiditas, di sini penulis

akan terlebih dahulu menjelaskan apa yang dimaksud dengan resiko, kemudian

likuiditas dan pada akhinya bisa disimpulkan apa yang dimaksud dengan resiko

likiuditas.

Beberapa sumber telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan resiko, berikut ini

adalah penjelasan dari sumber-sumber tersebut:

1. Pengertian Resiko

Resiko merupakan bahaya: resiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu

tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan

yang ingin dicapai

Resiko juga merupakan peluang: resiko adalah sisi yang berlawanan dari

peluang untuk mencapai tujuan.

Resiko adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya

keadaan yang merugikan dan tidak diduga sebelumnya bahkan bagi kebanyakan

orang tidak menginginkannya

Resiko adalah sebagai konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidak

pastian yang berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak

negative lainya yang merugikan bagi yang mengambil keputusan.


Resiko merupakan informasi, kejadian, kerugian atau pekerjaan yang terjadi sebagai

akibat dari keputusan yang diambil dalam kehidupan sehari-hari. resiko dapat

bersifat pasti maupun tidak pasti.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan resiko adalah

ketidakpastian atas sebuah keputusan yang telah diambil yang berpotensi

menimbulkan dampak negative atau berlawan dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Pengertian Likuiditas

Berikut ini pendapat-pendapat yang menjelaskan tentang likuiditas:

Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk

melunasi seluruh liabilitas jangka pendeknya, yaitu liabilitas yang jatuh tempo

kurang dari satu tahun.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk

memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.

Menurut Joseph E. Burns, Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan

suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan

dalam jangka waktu tertentu. Pernyataan tersebut sependapat dengan Oliver G.

Wood, Jr yang menyatakan bahwa Likuiditas adalah kemampuan bank untuk

memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh

tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan. Tak berbeda jauh, Wiliam

M. Glavin menyatakan bahwa Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup

tersedia untuk memenuhi semua kewajiban.

Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan likuiditas adalah kemampuan

perusahaan atau bank dalam menyediakan dana guna memenuhi segala kewajibanya.
3. Pengertian Resiko Likuiditas

Setelah kita membahas pengertian tentang resiko dan likuiditas baru kita bahas

tentang pengertian dari resiko likuiditas, berikut ini bebrapa pendapat dari

pengertian resiko likiditas:

Resiko likuiditas adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh bank tidak

mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.

Islamic Financial Service Board (IFSB) mendifinisikan resiko likuiditas

sebagai potensi kerugian yang dapat dialami oleh bank islam karena

ketidakmampuanya memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo atau

ketidakmampuan bank islam dalam mendanai peningkatan asetnya dengan biaya

yang relative murah dan tanpa adanya kerugian berarti yang diderita.

Sementara itu BI melalaui PBI no.13/23/PBI/2011 mendefinisikan bahwa

resiko likuiditas sebagi resiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi liabilitas

yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau likuid berkualitas tinggi

yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan keuangan.

Selain definisi tersebut sumber yang lainya mengatakan bahwa resiko

likuiditas adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh ketidak mampuan bank

untuk memenuhi kewajibanya pada saat jatuh tempo.

Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat

membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Meskipun pihak tersebut

memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika aset

tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka pihak tersebut

dikatakan tidak likuid.


Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan resiko likuiditas adalah resiko yang timbul akibat dari ketidak mampuan

bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasabah ketika telah jatuh tempo.

B. Faktor Pendorong Timbulnya Resiko Likuiditas

Secara umum resiko likuiditas mencakup dua hal yaitu kemampuan bank

dalam memenuhi liabilitas atau jumlah dana simpanan nasabah yang akan ditarik

kembali oleh para nasabah, kemudian hal yang kedua adalah kemampuan bank

dalam mendapatkan dana baru , dana baru yang dimaksud disini adalah akses atau

sumber pendanaan yang bisa segera bank islam dapatkan guna memenuhi kebutuhan

jangka pendek yang telah jatuh tempo.

Dengan demikian resiko likuiditas perbankan merupakan akibat dari interaksi

antara asset dan liabilitas yang bank islam miliki. Sehingga permasalahan likuiditas

pada bank islam dapat terjadi jika beberapa kejadian berikut terjadi.

1. Pada saat penarikan dana simpanan yang berjumlah besar. Ini bisa menjadi

penyebab bank islam mengalami permasalahan likuiditas, karena jika pada saat

nasabah melakukan penarikan dana dari bank dengan jumlah yang besar, akan tetapi

pada saat yang bersamaan pihak bank tidak memiliki sumber yang mencukupi dan

tidak bisa mencari sumber pendanaan lain dengan cepat untuk bisa memenuhi

kewajibanya tersebut. Maka akan menyebabkan terjadinya kekosongan kas.


2. Ketika bank islam telah memiliki komitmen pembiayaan dalam jumlah besar yang

belum terealisasi dengan debitur dan pada saat realisasi bank islam tidak memiliki

dana yang cukup. Dalam kejadian seperti ini bisa diibaratkan seperti saat kita

berjanji kepada orang lain, akan tetapi pada saat tiba waktunya untuk menepati

janji, kita tidak bisa menrpatinya. Hal ini akan menyebebkan penurunana tingkat

kepercayaan nasabah yang berakibat para nasabah akan kabur dari bank.

3. Terjadi penarikan simpanan yang cukup besar dan bank islam tidak memiliki

asset yang dapat segera dicairkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut.

Oleh karena itu memang sudah seharusnya bank islam memiliki asset yang dapat

bisa dengan cepat untuk dicairkan seperti sertifikat bank Indonesia atupun asset-

aset yang lainya yang sejenis. Maka bank islam tidak bisa menyalurka seluruh dana

ataupun asset yang dimilikinya untuk pendanaan ataupun jenis-jenis akad

pembiayaan yang tidak bisa dicairkan dalam waktu singkat.

4. Terjadi penurunan besar-besaran terhadap nilai asset yang bank miliki yang

memicu turunya pula tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut. Turunya

tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank akan memicu para nasabah untuk

menarik dana simpananya yang terdapat di bank tersebut, jika tidak semua nasabah

yang menarik investasinya dan pihak bank bisa memenuhi kewajibanya itu maka

kondisi bank akan baik-baik saja, akan tetapi jika para nasabah melakukan

penarikan dananya secara bersama-sama tentu saja pihak bank tidak akan sanggup

untuk memenuhi kewajibanya tersebut. Dan akibatnya bank akan mengalami

kebangkrutan.
5. Kondisi ekonomi dan moneter

Sebagai bagian dari system perekonomian, kondisi perekonomian secara umum

sangat mempengaruhi kondisi likuiditas perbankan syariah. Pada saat terjadi tingkat

inflasi yang tinggi yang akan ditandai dengan tingginya demand, maka otoritas

moneter akan mengambil kebijaka kontarksi moneter dengan memainkan instrument

moneter seperti menaikan tingkat suku bunga serifikat bank Indonesia. Akibatnya

bank konvensional juga akan menaika tingkat suku bunganya sehingga deposan

memiliki mind-set ration aka menarik dananya dari bank syriah dan akan

memindahkanya ke bank konvensional. Bank konvensional memiliki flexibilitas

dalam menyesuaikan returnnya (suku bunganya) dibandingkan pada bank syariah

yang tidak menggunakan sistim bunga. Oleh karana itu prsaingan dalam menarik

dana masyarakat tidak hanya terjadi dalam sesama bank syariah atau lembaga

syariah, tetapi juga datang dari bank konvensional, terutama dalam memperebutkan

segmen deposan.
C. Proses Manajemen Resiko Likuiditas

Likuiditas menjadi hal yang penting bagi bank islam untuk dikelola.

Pengelolaan resiko likuditaspada bank islam sedikit lebih rumit dibandingkan

dengan jenis resiko lainya, hal ini karena likuiditas memiliki dua sisi yang bertolak

belakang. Di satu sisi tingginya likuiditas pada suatu bank membuat posisi bank

relative aman dan stabil, tetapi di sisi lain likuiditas yang terlalau banyak akan

menyebabkan tingkat profitabilitas atau keuntungan suatu bank menjadi menurun,

ini dikarenakan asset-aset yang likuid biasanya tidak menghasilkan atau

memberikan profit bagi bank tersebut.

Dalam perbankan manajemen likuiditas adalah salah satu hal yang penting

dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Untuk itu setiap

bank yang beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal.

Dalam manajemen likuidtas bank berusaha untuk mempertahankan status rasio

likuiditas, memperkecil dana yang menganggur guna meningkatkan pendapatan

dengan resiko sekecil mungkin, serta memenuhi kebutuhan cashflownya.

Jadi tujuan manajemen likuiditas adalah mencapai cadangan yang dibutuhkan

yang telah ditetapkan oleh bank sentral karena kalu tidak dipenuihi akan kena

pinalti dari Bank sentral, kedua memperkecil dana yang menganggur karena kalau

banyak dana yang menganggur akan mengurangi profitabilitas bank, dan mencapai

likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi cashflow dalam kondisi yang sangat

mendesak misalnya penarikan dana oleh nasabah, pengambilan pinjaman.


Dalam manajemen likuiditas yang baik, haruslah diawali dengan proses

pengukuran likuiditas pada bank islam dan dengan diakhiri dengan berbagai strategi

mitigasi resiko yang dapat dilakuakan bank islam.

1. Penetapan risk appetie

Risk appetie adalah tingkat toleransi resiko dari manajemen bank dalam

menciptakan nilai bagi pemilik bank.risk appetie terdiri atas dua komponen utama

yaitu, risk tolerance dan risk limit.

Risk tolerance menunjukan seberapa banyak cadangan modal yang secara kuantitatif

dipersiapkan untuk mengantisipasi resiko.risk tolerance juga menggambarkan

tingkat resiko yang masih dapat diterima oleh bank secara keseluruhan karena

dianggappotensi kerugian yang akan terjadi masih dapat diserap oleh cadangan

modal yang masih dimiliki.

Sedangkan risk limit adalah batas toleransi resiko yang diperkenankan untuk lebih

granular,yaitu tingkat resiko yang dapat diterima pada level unit bisnis atau divisi.

Resiko limit juga merupakan panduan bagi setiap unit bisnis yang ada pada struktur

orgaisasi bank islam untuk mengambil resiko pada setiap transaksi yang

dilakukan,setiap transaksi yang masih dibawah risk limit akan tetap dilakukan

namun apabila diatas risk limit maka transaksi tersebut sebaiknya ditinggalkan atau

minimal dipertimbangkan secara matang.

Proses penetapan risk appetie bukan merupakan proses yang hanya mengandalkan

intuisi atau penilaian kualitatif belaka, tetapi juga harus juga berdasarkan data

historis yang mecerminkan tingkat resiko yang ada pada bank islam dan sekaligus

memepertimbangkan pengembangan bisnis bank islam dimasa depan.


2. Identifikasi resiko

Proses identifikasi resiko merupakan sebuah proses untuk menentukan resiko

apa yang dapat terjadi dan bagaimana resiko itu trjadi. Proses identifikasi resiko

harus dilakukan secara menyeluruh. Jenis resiko yang melekat pada produk dan

aktivitas bank dapat berbeda-beda, bagitu pula dampak yang diakibatkan oleh resiko

tersebut.

Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi sebuah

resiko, pertama menyususn daftar resiko secara komperhensif, resiko yang mngkin

terjadi disusun berdasarkan dampak pada setiap elemen kegiatan, factor-faktor

penyebabnya, hingga diketahuai besarnya tingkat resiko yang mungkin terjadi

nantinya. Keduamenganalisis karakteristik resiko yang melekatpada bank islam baik

pada produk-produk maupun pada kegiata usaha bank. Ketiga menggambarkan

proses terjadinya resiko dengan menganalisis factor-faktor apa yang menjadi

penyebab timbulnya sebuah resiko. Keempat menentukan pendekatan atau

instrument yang tepat untuk identifikasi resiko. Misalnya berdasarkan pengalaman,

pencatatan atas resiko yang pernah terjadi,dan sebagainya.

3. Pengukuran resiko likuiditas

Proses manajemen resiko likuiditas diawali dengan identifikasi berbagai

komponen pada asset dan liabilitas yang sangat terkait dengan likuiditas bank islam.

Aset-aset yang dimiliki bank syariah akan menghasilkan arus kas masuk, dimana

dalam arus kas masuk tersebut ada babarapa cara yang dapat ditempuh oleh bank

islam untuk mendapatkan dana liquid.


Sementara liabilitas yang dimiliki akan mengakibatkan arus kas keluar dari

bank islam, seprti penarikan dan yang dilakukan oleh para nasabah, pemberian

nisbah bagi hasil dengan nasaba maupun para invesror dan sebaginya.

Pengumpulan data arus kas masuk dan keluar sangatlah penting karena akan

menjadi sumber informasi dalam penyusunan proyeksi arus kas. Dengan mengamati

pola perilaku arus kas yang masuk dan arus kas yang keluar di masa lalu dan

kemudian menggunakanya untuk memprediksi dan memproyeksikan arus kas

dimasa yang akan datang, sehingga dengan menggunakan data tersebut bank dapat

memeperoleh proyeksi kelebihan atau kah kekurangan likuiditas dimasa yang akan

datang.

Jika kondisinya arus kas yang masuk lebih besar dibandingkan dengan arus

kas yang keluar maka bank islam mengalmi kelebihan likuiditas(excess liquidty)

dan jika kondisinya pada sebaliknya maka bank islam mengalami kekurangan

likuiditas (shortage liquidity). Maka informasi ini sangat berguna bagi bank islam

untuk menentukan kapan pendanaan kekurangan likuiditas harus dilakukan agar

bank islam terhindar dari masalah likuiditas. Dengan demikian langkah antisipatif

untuk menghindari masalah likuiditas dapat dilakukan, agar model proyeksi arus kas

masuk dan keluar dapat dipastikan akurasinya maka back testing perlu dilakuakan

agar kesalahan proyeksi dapat diminimalisirkan.


Kemudian selain dengan metode kas masuk dan keluar pengukuran resiko

likuiditas juga bisa dilakkan dengan cara melihat besarnya penarikan dana yang

dilakukan oleh nasabah baik berupa penarikan melalui kliring maupun penarikan

tunai secara harian. Dan Melaksanakan monitoring secara harian atas semua dana

masuk baik melalui incoming transfer maupun setoran tunai nasabah.

Untuk melihat apakah sebuah perusahaan atau bank dikatagorikan likuid

atau tidak maka dapat dapat digunakan current ratio sebagai alat untuk

menganalisanya. Current ratio biasanya digunakansebagai alat untuk mengukur

keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk

mengetahui dan menduga smpai manakah kiranya kita apabila kita memeberikan

kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak.

Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan

yang mandapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi

kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada

tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukan apakah jumlah

aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah

kiranya diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari

aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca,

namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan

menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya.

Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh

karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan

dapat dibayar pada waktunya.


Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos

modal kerja dengan ketat/dengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari sudut

pemegang saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan,

terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan

adalah terlalu besar.

Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung

risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi kadang-kadang suatu current

ratio yang rendah malahan menunjukkan pimpinan perusahaan menggunakan aktiva

lancar sangat efektif. Yaitu bila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja

dan perputaran piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat

maksimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan

terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai

biaya rutin dan pengeluaran darurat.

Munawwir menyatakan current ratio 200% kadang sudah memuaskan bagi

suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada

beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk

seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of

thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau

analisa yang lebih lanjut.

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor

jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang

tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu

menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena
proposisi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya

jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang

akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan

adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang

besar yang mungkin sulit untuk ditagih.

Adapun formulasi dari current ratio (CR) adalah sebagai berikut :

Current ratio= (aktiva lancer : hutang lancar) x 100%

4. Mitigasi resiko likuiditas

Mitigasi adalah suatu langkah pencegahan untuk menaggulangi resiko yang

ada. Secara umum proses manajemen resiko likuiditas tidak jauh beda dengan resiko

lainya,khusus untuk resiko likuiditas praktik manajemen resiko harus dilakukan

dalam upaya menjaga agar bank islam berada dalam tingkat likuiditas optimal

dimana kelebihan maupun kekurangan likuiditas dapat dihindari. Oleh karena itu

melalui departemen treasury aktivitas bank islam dalam mengelola likuiditas

berlangsung secara dinamis dibandingkan dengan resiko lainya, hal ini disebabkan

karena resiko likuiditas dapat terjadi kapan saja.

Kebijakan resiko likuiditas pada bank islam biasanya terdiri dari empat hal,

yaitu kebijakan investasi untuk mengalokasikan kelebihan likuiditas, kebijakan

pendanaan untuk menangani kekurangan likuiditas, kebijakan terkait liquidity

buffer dan strategi mitigasi resiko likuiditas bank islam dapat dilakukan untuk

menghindari kerugian akibat terjadinya permasalahan likuiditas.


Jika terdapat kelebihan likuiditas yakni kondisi dimana arus kas yang

masuk lebih besar dibandingkan arus kas yang keluar sebagia akibat berlimpahnya

dana pihak ketiga yang masuk bank islam harus menggunakan berbagai instrument

investasi jangka pendek yag digunakan untuk menempatkan dana yang lebih

tersebut. Karena bersifat sementar maka sebaiknya instrument investasi yang

digunakan merupakan instrument yang mudah ditransaksikan dipasar , jika

sewaktu-waktu bank mengalami likiuiditas segera instrument tersebut biasanya

berupa SBIS (sertifikat bank indonesia syariah), pasar uang dan sebagainya.

Begitu pula dengan keadaan yang sebaliknya saat bank islam mengalami

kekurangan likuditas maka bank akan mencari sumber dana yang cepat untuk

memenuhi kewajiabanya tersebut. Karena kekurangan likuiditas biasanya juga

bersifat sementara maka sumber pendanaan yang dicari juga seharusnya yang

berjangka waktu pendek. Beberapa sumber pendanaan biasanya diperoleh dari pasar

uang maupun pasar uang antar bank, atau ara yang lainya adalah dengan cara bank

menerbitkan surat berharaga.

5. Proses review resiko

Dalam sebuah proses kegiatan tentu akan lebih baik lagi apabila trdapat proses

evaluasi atau review, begitupula pada proses manajemen resiko juga terdapat

tahapan peng-evaluasian setelah analisis serta proses manajemen resiko yang telah

dilakukan. Evaluasi resiko merupakan hal yang sangat penting kareana akan

menentukan langkah dan tindakan yang dapat diambil manajemen untuk mengelola

resiko tersebut.
Pada tahapan evaluasi dan review resiko, tingkat resiko actual yang terjadi pada

bank islam dimonitor dan dibandingkan dengan berbagai ketentuan resiko yang

telah ditetapkan sebalumnya. Selain itu evaluasi resiko juga dapat digunakan untuk

melihat apakah kebijakan-kebijakan yang diambil dalam penanggulangan resiko

sudah efektif atau belum, serta juga bisa digunakan untuk menentukan kebijkan apa

yang akan diambil untuk langkah kedepanya.

D. Pengendalian Resiko Likuiditas

Resiko likuiditas muncul sebagai konsekuensi dari fungsi intermediasi yang

diambil oleh bank. Resiko ini akan senantiasa melekat pada bank sepanjang proses

bisnis yang dijalan kan oleh sebuah bank. Mulai dari bank mengumpulkan dana dari

masyarakat, hingga sampai bank menyalurkan kembali dana tersebut kepada

masyarakat. sehingga menajemen resiko likuiditas sudah selayaknya dilekatkan

pada setiap tahapan pada proses bisnis sabuah bank, termasuk pada saat

menciptakan suatu produk keuangan


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Setiap jenis usaha pasti memiliki berbagai jenis resiko, tak terkecuali pada

jenis usaha perbankan syariah. Salah satu resiko yang dihadapi oleh dunia

perbankan adalah jenis resiko likuiditas. Resiko ini mengharuskan bank untuk bisa

mengelola aset-asetnya dan mengontrol jumlah asset yang likuid guna memenuhi

kewajiban bank, dalam menghadapi resiko likuiditaas bank memiliki manajemen

tersendiri, proses manajemen resiko likuiditas yang baik bank harus dimulai dari

tahapan mengukur likuiditas sampai dengan tahap mitigasi serta diakhiri dengan

berbagai strategi guna mengelola likuiditas pada bank islam.

Manajemen resiko likuiditas sangat diperlukan bagi keberlangsungan sebuah

bank, kurangnya likuiditas pada bank tentu akan menggagu stabilitas kas pada

sebuah bank, akan tetapi likuiditas yang berlebihan juga tidak baik bagi sebuah

bank, karena dengan banyaknya asset yang dicadangkan maka akan mengurangi

profitabilitas bank tersebut. Maka dengan manajemen resiko likuiditas bank akan

bisa memenuhi kewajibannya tanpa harus mencadangkan banyak aseetnya, sehingga

profitabilitas bank bisa tetap terjaga

Anda mungkin juga menyukai