D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1. WIWIN
2. SYLVI FEBIOLA
3. HENNY
4. LISA ANWAR
5. MEILINDA
DOSEN : HELMAN,SE,M.M.
BAB I
PENDAHULUAN
selalau berhadapan dengan berbagai jenis resiko dengan tingkat kompleksitas yang
merupakan sutu kejian yang potensial, baik yang dapt diperkirakan maupun yang
permodalan bank. Resiko tersebut tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan
dikendalikan. Salah satu resiko yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah resiko
likuiditas. Oleh karena itu sebagaiaman lembaga perbankan pada umumnya bank
syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yagn dpat digunakan
dalam mengendaliaka dan mengelola resiko yang akan timbul, baik resiko likuidtas
2. Rumusan Masalah
akan terlebih dahulu menjelaskan apa yang dimaksud dengan resiko, kemudian
likuiditas dan pada akhinya bisa disimpulkan apa yang dimaksud dengan resiko
likiuditas.
Beberapa sumber telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan resiko, berikut ini
1. Pengertian Resiko
tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan
Resiko juga merupakan peluang: resiko adalah sisi yang berlawanan dari
keadaan yang merugikan dan tidak diduga sebelumnya bahkan bagi kebanyakan
pastian yang berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak
akibat dari keputusan yang diambil dalam kehidupan sehari-hari. resiko dapat
menimbulkan dampak negative atau berlawan dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Pengertian Likuiditas
melunasi seluruh liabilitas jangka pendeknya, yaitu liabilitas yang jatuh tempo
memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.
suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan
memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh
tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan. Tak berbeda jauh, Wiliam
M. Glavin menyatakan bahwa Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup
perusahaan atau bank dalam menyediakan dana guna memenuhi segala kewajibanya.
3. Pengertian Resiko Likuiditas
Setelah kita membahas pengertian tentang resiko dan likuiditas baru kita bahas
tentang pengertian dari resiko likuiditas, berikut ini bebrapa pendapat dari
Resiko likuiditas adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh bank tidak
sebagai potensi kerugian yang dapat dialami oleh bank islam karena
yang relative murah dan tanpa adanya kerugian berarti yang diderita.
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau likuid berkualitas tinggi
likuiditas adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh ketidak mampuan bank
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat
membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Meskipun pihak tersebut
memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika aset
tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka pihak tersebut
dengan resiko likuiditas adalah resiko yang timbul akibat dari ketidak mampuan
bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasabah ketika telah jatuh tempo.
Secara umum resiko likuiditas mencakup dua hal yaitu kemampuan bank
dalam memenuhi liabilitas atau jumlah dana simpanan nasabah yang akan ditarik
kembali oleh para nasabah, kemudian hal yang kedua adalah kemampuan bank
dalam mendapatkan dana baru , dana baru yang dimaksud disini adalah akses atau
sumber pendanaan yang bisa segera bank islam dapatkan guna memenuhi kebutuhan
antara asset dan liabilitas yang bank islam miliki. Sehingga permasalahan likuiditas
pada bank islam dapat terjadi jika beberapa kejadian berikut terjadi.
1. Pada saat penarikan dana simpanan yang berjumlah besar. Ini bisa menjadi
penyebab bank islam mengalami permasalahan likuiditas, karena jika pada saat
nasabah melakukan penarikan dana dari bank dengan jumlah yang besar, akan tetapi
pada saat yang bersamaan pihak bank tidak memiliki sumber yang mencukupi dan
tidak bisa mencari sumber pendanaan lain dengan cepat untuk bisa memenuhi
belum terealisasi dengan debitur dan pada saat realisasi bank islam tidak memiliki
dana yang cukup. Dalam kejadian seperti ini bisa diibaratkan seperti saat kita
berjanji kepada orang lain, akan tetapi pada saat tiba waktunya untuk menepati
janji, kita tidak bisa menrpatinya. Hal ini akan menyebebkan penurunana tingkat
kepercayaan nasabah yang berakibat para nasabah akan kabur dari bank.
3. Terjadi penarikan simpanan yang cukup besar dan bank islam tidak memiliki
asset yang dapat segera dicairkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut.
Oleh karena itu memang sudah seharusnya bank islam memiliki asset yang dapat
bisa dengan cepat untuk dicairkan seperti sertifikat bank Indonesia atupun asset-
aset yang lainya yang sejenis. Maka bank islam tidak bisa menyalurka seluruh dana
4. Terjadi penurunan besar-besaran terhadap nilai asset yang bank miliki yang
memicu turunya pula tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut. Turunya
tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank akan memicu para nasabah untuk
menarik dana simpananya yang terdapat di bank tersebut, jika tidak semua nasabah
yang menarik investasinya dan pihak bank bisa memenuhi kewajibanya itu maka
kondisi bank akan baik-baik saja, akan tetapi jika para nasabah melakukan
penarikan dananya secara bersama-sama tentu saja pihak bank tidak akan sanggup
kebangkrutan.
5. Kondisi ekonomi dan moneter
sangat mempengaruhi kondisi likuiditas perbankan syariah. Pada saat terjadi tingkat
inflasi yang tinggi yang akan ditandai dengan tingginya demand, maka otoritas
moneter seperti menaikan tingkat suku bunga serifikat bank Indonesia. Akibatnya
bank konvensional juga akan menaika tingkat suku bunganya sehingga deposan
memiliki mind-set ration aka menarik dananya dari bank syriah dan akan
yang tidak menggunakan sistim bunga. Oleh karana itu prsaingan dalam menarik
dana masyarakat tidak hanya terjadi dalam sesama bank syariah atau lembaga
syariah, tetapi juga datang dari bank konvensional, terutama dalam memperebutkan
segmen deposan.
C. Proses Manajemen Resiko Likuiditas
Likuiditas menjadi hal yang penting bagi bank islam untuk dikelola.
dengan jenis resiko lainya, hal ini karena likuiditas memiliki dua sisi yang bertolak
belakang. Di satu sisi tingginya likuiditas pada suatu bank membuat posisi bank
relative aman dan stabil, tetapi di sisi lain likuiditas yang terlalau banyak akan
Dalam perbankan manajemen likuiditas adalah salah satu hal yang penting
dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Untuk itu setiap
bank yang beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal.
yang telah ditetapkan oleh bank sentral karena kalu tidak dipenuihi akan kena
pinalti dari Bank sentral, kedua memperkecil dana yang menganggur karena kalau
banyak dana yang menganggur akan mengurangi profitabilitas bank, dan mencapai
likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi cashflow dalam kondisi yang sangat
pengukuran likuiditas pada bank islam dan dengan diakhiri dengan berbagai strategi
Risk appetie adalah tingkat toleransi resiko dari manajemen bank dalam
menciptakan nilai bagi pemilik bank.risk appetie terdiri atas dua komponen utama
Risk tolerance menunjukan seberapa banyak cadangan modal yang secara kuantitatif
tingkat resiko yang masih dapat diterima oleh bank secara keseluruhan karena
dianggappotensi kerugian yang akan terjadi masih dapat diserap oleh cadangan
Sedangkan risk limit adalah batas toleransi resiko yang diperkenankan untuk lebih
granular,yaitu tingkat resiko yang dapat diterima pada level unit bisnis atau divisi.
Resiko limit juga merupakan panduan bagi setiap unit bisnis yang ada pada struktur
orgaisasi bank islam untuk mengambil resiko pada setiap transaksi yang
dilakukan,setiap transaksi yang masih dibawah risk limit akan tetap dilakukan
namun apabila diatas risk limit maka transaksi tersebut sebaiknya ditinggalkan atau
Proses penetapan risk appetie bukan merupakan proses yang hanya mengandalkan
intuisi atau penilaian kualitatif belaka, tetapi juga harus juga berdasarkan data
historis yang mecerminkan tingkat resiko yang ada pada bank islam dan sekaligus
apa yang dapat terjadi dan bagaimana resiko itu trjadi. Proses identifikasi resiko
harus dilakukan secara menyeluruh. Jenis resiko yang melekat pada produk dan
aktivitas bank dapat berbeda-beda, bagitu pula dampak yang diakibatkan oleh resiko
tersebut.
resiko, pertama menyususn daftar resiko secara komperhensif, resiko yang mngkin
komponen pada asset dan liabilitas yang sangat terkait dengan likuiditas bank islam.
Aset-aset yang dimiliki bank syariah akan menghasilkan arus kas masuk, dimana
dalam arus kas masuk tersebut ada babarapa cara yang dapat ditempuh oleh bank
bank islam, seprti penarikan dan yang dilakukan oleh para nasabah, pemberian
nisbah bagi hasil dengan nasaba maupun para invesror dan sebaginya.
Pengumpulan data arus kas masuk dan keluar sangatlah penting karena akan
menjadi sumber informasi dalam penyusunan proyeksi arus kas. Dengan mengamati
pola perilaku arus kas yang masuk dan arus kas yang keluar di masa lalu dan
dimasa yang akan datang, sehingga dengan menggunakan data tersebut bank dapat
memeperoleh proyeksi kelebihan atau kah kekurangan likuiditas dimasa yang akan
datang.
Jika kondisinya arus kas yang masuk lebih besar dibandingkan dengan arus
kas yang keluar maka bank islam mengalmi kelebihan likuiditas(excess liquidty)
dan jika kondisinya pada sebaliknya maka bank islam mengalami kekurangan
likuiditas (shortage liquidity). Maka informasi ini sangat berguna bagi bank islam
bank islam terhindar dari masalah likuiditas. Dengan demikian langkah antisipatif
untuk menghindari masalah likuiditas dapat dilakukan, agar model proyeksi arus kas
masuk dan keluar dapat dipastikan akurasinya maka back testing perlu dilakuakan
likuiditas juga bisa dilakkan dengan cara melihat besarnya penarikan dana yang
dilakukan oleh nasabah baik berupa penarikan melalui kliring maupun penarikan
tunai secara harian. Dan Melaksanakan monitoring secara harian atas semua dana
atau tidak maka dapat dapat digunakan current ratio sebagai alat untuk
mengetahui dan menduga smpai manakah kiranya kita apabila kita memeberikan
kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak.
yang mandapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi
tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukan apakah jumlah
aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah
kiranya diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari
aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca,
namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan
menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya.
Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh
karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan
modal kerja dengan ketat/dengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari sudut
pemegang saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan,
terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan
Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung
risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi kadang-kadang suatu current
lancar sangat efektif. Yaitu bila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja
maksimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan
terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai
suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada
beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk
seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of
thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau
tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu
menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena
proposisi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya
jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang
adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang
ada. Secara umum proses manajemen resiko likuiditas tidak jauh beda dengan resiko
dalam upaya menjaga agar bank islam berada dalam tingkat likuiditas optimal
dimana kelebihan maupun kekurangan likuiditas dapat dihindari. Oleh karena itu
berlangsung secara dinamis dibandingkan dengan resiko lainya, hal ini disebabkan
Kebijakan resiko likuiditas pada bank islam biasanya terdiri dari empat hal,
buffer dan strategi mitigasi resiko likuiditas bank islam dapat dilakukan untuk
masuk lebih besar dibandingkan arus kas yang keluar sebagia akibat berlimpahnya
dana pihak ketiga yang masuk bank islam harus menggunakan berbagai instrument
investasi jangka pendek yag digunakan untuk menempatkan dana yang lebih
berupa SBIS (sertifikat bank indonesia syariah), pasar uang dan sebagainya.
Begitu pula dengan keadaan yang sebaliknya saat bank islam mengalami
kekurangan likuditas maka bank akan mencari sumber dana yang cepat untuk
bersifat sementara maka sumber pendanaan yang dicari juga seharusnya yang
berjangka waktu pendek. Beberapa sumber pendanaan biasanya diperoleh dari pasar
uang maupun pasar uang antar bank, atau ara yang lainya adalah dengan cara bank
Dalam sebuah proses kegiatan tentu akan lebih baik lagi apabila trdapat proses
evaluasi atau review, begitupula pada proses manajemen resiko juga terdapat
tahapan peng-evaluasian setelah analisis serta proses manajemen resiko yang telah
dilakukan. Evaluasi resiko merupakan hal yang sangat penting kareana akan
menentukan langkah dan tindakan yang dapat diambil manajemen untuk mengelola
resiko tersebut.
Pada tahapan evaluasi dan review resiko, tingkat resiko actual yang terjadi pada
bank islam dimonitor dan dibandingkan dengan berbagai ketentuan resiko yang
telah ditetapkan sebalumnya. Selain itu evaluasi resiko juga dapat digunakan untuk
sudah efektif atau belum, serta juga bisa digunakan untuk menentukan kebijkan apa
diambil oleh bank. Resiko ini akan senantiasa melekat pada bank sepanjang proses
bisnis yang dijalan kan oleh sebuah bank. Mulai dari bank mengumpulkan dana dari
pada setiap tahapan pada proses bisnis sabuah bank, termasuk pada saat
PENUTUP
Kesimpulan :
Setiap jenis usaha pasti memiliki berbagai jenis resiko, tak terkecuali pada
jenis usaha perbankan syariah. Salah satu resiko yang dihadapi oleh dunia
perbankan adalah jenis resiko likuiditas. Resiko ini mengharuskan bank untuk bisa
mengelola aset-asetnya dan mengontrol jumlah asset yang likuid guna memenuhi
tersendiri, proses manajemen resiko likuiditas yang baik bank harus dimulai dari
tahapan mengukur likuiditas sampai dengan tahap mitigasi serta diakhiri dengan
bank, kurangnya likuiditas pada bank tentu akan menggagu stabilitas kas pada
sebuah bank, akan tetapi likuiditas yang berlebihan juga tidak baik bagi sebuah
bank, karena dengan banyaknya asset yang dicadangkan maka akan mengurangi
profitabilitas bank tersebut. Maka dengan manajemen resiko likuiditas bank akan