Anda di halaman 1dari 11

BAB I KONSEP DASAR KEJANG PADA ANAK A.

Definisi Kejang adalah gangguan system SSP local atau sistemik sehingga kejang bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting akan adnaya suatu penyakit lain sebagai penyebab kejang. Kejang adalah gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari baik dalam bentuk kronik atau tonik dengan atau tanpa disertai hilangnya kesadaran. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu diatas 38oC atau suhu diatas 39oC yang disebabkan oleh proses ekstra karanium (diluar rongga tengkorak). B. Etiologi 1. Gangguan vaskuler a. Perdarahan akibat ptechi akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra ventrikuler. b. Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di subcranial atau subdural. c. Trombosis. d. Penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K. e. Sindroma hiperviskositas. 2. Gangguan metabolisme a. Hipokalsemia. b. Hipomagnesia. c. Hipoglikemia. d. Amino Asiduria. e. Hipo dan Hipernatremia. f. Hiperbilirubin. g. Defisiensi dan ketergantungan akan piridoksin. 3. Infeksi. a. Meningitis. b. Enchepalitis. c. Toksoplasma congenital. d. Penyakit cytomegali inclusion. 4. Toksik a. Obat convulsion. b. Tetanus. c. Enchephalopati Timbal. d. Sigelosis Salmenali. 5. Kelainan Kongenital. a. Parasenfali. b. Hidrasefali. 6. Lain-lain a. Narkotik Withdraw. b. Neoplasma.

Factor-faktor yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain: a. Demam itu sendiri atau tinggi suhu badan anak. b. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus). c. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi. d. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. e. Enchepalitis vital (radang otak akibat virus) ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas. f. Gabunganh semua faktoer tersebut diatas. C. Tanda Dan Gejala 1. suhu tubuh lebih dari 39C per rectal 2. hilang kesedaran 3. kekakuan otot yng tidak terkendali 4. terjadi gerakan berulang- ulang secara periodik selama 15 menit. 5. wajah kebiruan 6. mata mendelik keatas , ./; D. Klasifikasi Secara umum dibagi 2 yautu: 1. konvulsi akut (Non Rekuren) merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe serangan konvulsi akut pada anak dapat merupakan manifestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak. Umumnya kejang demam terjadi setalah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2-3 tahun pertama insidennya terus-menerus mencapai usia 6-8 tahun dan sesudah itu kejang menjadi jarang. 2. Konvul Kroniuk (Rekuren) Dapat disebit juga epilepsy, terdapat 10 macam epilepsy: Epilepsi Idiopatik Gambaran electroenchepalografik terutama saat tidur, memperlihatkan abnormalitas umum pada 90% anak dengan kejang idiopatik. Epilepsi Organik Dapat terjadi setelah kerusakan otak diapat pada masa prenatal, natal dan postnatal, anak sering memperlihatkan cacat motorik dan retardasi mental. Epilepsy Tonik-Klonik Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tonik-klonik. Epilepsy ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien, lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah oleh kemih, dapat terjadi 1-2 hari. Epilepsi (Absence) Peti Mal Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata keatas, gerakan alis mata, kepala mengangguk, anggukan kepala sedikit gemetar pada otot badan dan anggota tubuh.

Epilepsy Psikomotorik Berupa gerakan motorik tetapi rudak berulang dan sering kompleks, sering didapatkan kepucatan di sekitar mulut, pekikan nyaring atau usaha minta pertolongang orang lain. Kejang Portial Vokal. Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat lain, misalnya dari ibu jari ke tempat lain, pergelangna tangan, lengan, wajah, dan kemudian kaku yang sama. Kejang Mioklonik Infantil Kejang sebelum usia 2 tahun, dibagi menjadi 2, yaitu: Jika tingkat perkembangnan tidak pernah normal terjadi pada usia 4 bulan, terdapat cacat cerebellum congenital atau sebab organic lainnya. Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuain yang bururk dibandingkan usia kronologinya. Kejang Mioklonik dan Akinetik Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitlan dengan hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak. Kejang Noidural Mimpi bururk dan tidur berjalan (somnebolisme) paling sering terjadi pada saat tidur nyenyak yaitu (1-2 jam) setelah ridur. Kejang Induksi Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan, setelah anak belajar menarik perhiasan perhatian dengan cara ini, maka sulit untuk mrngubah kembali.

E. Manifestasi Klinis Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar SSP: misalnya tonsillitis, otitis media akut, bronchitis, furunkulosisi,. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan singkat bangkitnya bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, vocal, atau kinetic. Umumnya kejang berhenti sendirir. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Menururt FKUI-RSCM Jakarta pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu: 1. Umur anak ketika kejang demam antara 6 bulan 4 tahun. 2. Kejang berlansung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit. 3. Kejang bersifat umum. 4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam. 5. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak mungkin menimbulkan kelainan. 6. frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

7. pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

F. Patofisiologi Hipikalsemia, hipomagnesia Trombosis, antikonvulsan Terlepsanya muatan Listrik pada neuron otak Timbul rangsangan listrik Potensial lostri ditentukan oleh membrane sel Ion Na & K Fase istirahan ion K Ion Na melakukan transport aktif Perubahan potensial membrane Action potensial

Permeabilitas sel meningkat Na masuk dalam el Muatan sel dalam sel (+) Deficit pengetahuan Depolarisasi dan lebih peka terhadap rangsang Neuron tarnsmiter bekerja Adanya suatu rangsang kejang Gangguan saraf ototnom Spasme otot telan Akumulasi saliva pada daerah mulut aspirasi spasme otot pernafasan jalan nafas tak efektif O2 menurun, CO2 naik Penurunan kesadaran Kerusakan sel otak Hipoksia otak cyanosis Resiko tinggi injury

Gangguan konsep diri

Kehilangan control tubuh

G. Prognosis Resiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam terganting factor: 1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga. 2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam. 3. kejang yang berlangsung lama atau kejang vocal. Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas maka 1. dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13% dibandingkan bila terdapat satu atu tidak sama sekali factor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam hanya 2 3 % saja. 2. hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhan dapat terjadi pada kejang fokal yang bersufat flaksit tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas. H. Penatalaksanaan 1. Memberantas kejang secepat mungkin Bila penderita kejang dalam keadaan konfusitus, obat pilihan utama adalah diazepam yang dibertikan secara IV, keberhasilannya dapat menekan

kejang sekitar 80 90 % dengan efek terapiutik yang sangat cepat. Dosis obat tergantung dari berat badan yaitu: BB kurang dari 10 kg : 0,5 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam sempirit 2,5 mg BB 10 20 kg : 0,5 mg/kg BB dengan minimal dalam sempirit 7,5 mg. BB diatas 20 kg: 0,5 mg/kg BB Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0.3 mg/kgBB tiap kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar. 2. Pengobatan Penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang a. Semua pakaian ketat dibuka b. Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung. c. Ushakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu lakukan intibasi atau trakeostomi. d. Penghisapan lender harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus diawasu secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adnya kelainan metabolic dan elektrolit. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibermasi dengan kompres alcohol dan es. Obat untuk hibermasi adalah Clorpromazin 2 4 mg/kgBB perhati di bagi dalam 3 dosis secara suntiksn. Untuk mencegah edema otak diberikian kortikosteroid dan glukokortikosteroid. 3. Pengobatan Rumatan Dibagi 2 bagian: a. Profilaksis intermitten Untuk mencegah terukangnya kejang kembali di kemudian hari dengan memberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretik. b. Profilaksis jangka panjang Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapiutik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari. 4. Mencari dan Mengobati Penyebab Pasien yang dating dengan kejang demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan intensif seperti: a. Pungsi lumbal b. Darah lengkap c. Gula darah. d. Elektrolit (kalium, magnesium, matrium). e. Faal hati. f. Foto tengkorak. g. EEG h. Enchepalografi.

BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Hal hal yang perlu dikaji pada anak yang mengalami kejang : 1) Riwayat kesehatan bayi atau anak. Riwayat kelahiran atau dimasa neonatus, penyakit kronis, neoplasma, imunosupresi, infeksi telinga dalam atau infeksi ekstra cranial (OMA), meningitis atau enchepalitis, tu,or otak yang merupakan penyebab terjadinya kejang sehingga diperlukan anamnese. 2) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisisk yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada anak yang mengalami kejang. Kejang terutama pada anak golongan umur 6 bulan 4 tahun. Pemeriksaan fisik dopengaruhi oleh usia anak dan organisme penyebab, perubahan tingkat kesadaran, irritable, kejang tonik klonik, tonik, klonik, takikardi, perubahan pola nafas, muntah dan hasil pungsi lumbal yang abnormal. 3) Psikososial atau factor perkembangan

Umur, tungkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak merasa nyaman, waktu tidur teratur, benda yang difavoritkan), mekanisme koping, pengalman dengan penyakit sebelumnya. 4) Riwayat penyakit kejang atau tanpa demam dalam keluarga, 5) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf debelum anak menderita kejang demam. 6) Lama berlangsungnya kejang. 7) Frekuensi terjadinya kejang dalam satu tahun. 8) Adanya anggota keluarga yang pernah menderita kejang sebelumnya. Pengkajian Neurologik 1) Tanda tanda vital Suhu, TD, denyut jantung, tekanan darah, RR. 2) Hasil pemeriksaan kepala. a. Frontal : menonjol, rata, dan cekung b. Lingkar kepala (di bawah 2 tahun) c. Bentuk umum. 3) Reaksi pupil. a. Ukuran b. Reaksi terhjadap cahaya c. Kesamaan respon 4) Tingkat kesadaran a. Kewaspadaan b. Iritabilitas c. Letargi dan rasa mengantuk d. Orientasi terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan 5) Afek Alam perasaan, labilitas 6) Aktivitas kejang Jenis dan lamanya 7) Refleks a. Reflek tendo superficial dan dalam b. Adanya reflek patologis (misalnya: Babinski) 8) Kemampuan intelektual a. Kemampuan menulis dan menggambar b. Kemampuan membaca 9) Fungsi sensoris a. Reaksi terhadap nyeri b. Reaksi terhadap suhu B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi terjadi injuri sehubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak . Intervensi Preconvulsif Mengidentifikasi faktor resiko preconvulsif untuk penyakit kejang Monitor cardio pulmonal secara terus menerus Kaji kadar gula darah Sediakan dan dekatkan peralatan section

Sediakan O2 sesuai indikasi Konvuslif Catat waktu, durasi, bagian tubuh yang teribat dan frekwensi kejang Atur pemberian obat Pastikan klien dalam keadaan aman Post konvulsif Monitor TTV dan kesadaran klien Pertahankan jalan nafas efektif Sediakan oral hygiene . 2. Tidak efektinya jalan nafas sehubungan dengna spasme otor pernafasan, aspirasi Intervensi Baringkan klien Berikan O2 1 2 L / mnt, bila berat berikan 4 L / mnt

Pada saat kejang berikan sudip lidah untuk mencegah agar lidah tidak tergigit Observasi TTV secara kontinue setiap 30 menit

3. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang pengalaman, kurang informasi perawatan rumah . Intervensi Anjurkan orang tua mengenal kelainan kejang Diskusikan pengobatan, dosis , tujuan , frekwensi , efek samping dan apa yang harus dilakukan dengan kesalahan dosis Diskusikan rencana keperawatan dirumah, perwatan elama kejang Ajakan kepada orang tua bagaimana mengobservasi dan menentukan pertolongan pertama uyang aman dan legal

4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) sehubungan dengan kehilangan kontrol diri , reaksi lingkungan sekitar tehadap anak Intervensi Jelaskan perilak anak selama kejang kepada anak mereka seperti anak yang lainnya . Bantu orang tua untuk menentukan kegiatan perkembangan anak yang tepat

Siapakan anak untuk melalakukan tindakan perawatan diri sendiri Dampingi anak / orang tua untuk mempergunakan sumber sumber koping tepat .

C. Perencanaan 1. Prioritas keperawatan Prioritas keperawatan pada klien dengan kejang menurut Dongoes ( 2002 ) 1. Mengenali aktivitas kejang 2. Melindungi pasien dari cidera 3. Mempertahankan jalan nafas / fungsi pernafasan 4. Membangkitan harga diri positif 5. Memberi informasi tentang proses penyakit , prognosa, dan penanganan selama terjadi serangan

D. Evaluasi Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperwatan anak dengan kejang adalah 1. Anak bebas dari cidera fisik 2. Aktifitas kejang dapat dicegah dan dikendalikan 3. Anak memiliki harga diri ndan citra diri yang positif yang meningkatkan kesejahteraan . DAFTAR PUSTAKA Depkes RI.1989.Perawatan Bayi Dan Anak Edisi I.Jakarta : Bakti Husada. Greenber,C.S.1988.Nursing Care Planning Guides For Children .USA : Willams and Williams. Mansjoer,Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta : Media Aesculapius. Suriadi,S.Kep.1987.Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 1.Jakarta : PT. Fajar Interpratama. Pedoman diagnosa dan terapi laboratorium/ UPF IKA, 1994 : RSUD Dr. Soetomo Surabaya ( hal 148-149 kejang demam, 151 153 status konvulsi) Behrman, E. Richard, 1992. ilmu kesehatan anak . jakarta : EGC

10

11

Anda mungkin juga menyukai