Anda di halaman 1dari 43

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secara tiba-tiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat di sembuhkan dengan sempurna. Penyakit kronis sangat erat hubungannya terhadap kecacatan dan timbulnya kematian. Semakin lama semakin banyak masyarakat yang menderita penyakit kronis. Ada berbagai macam penyakit kronis yang saat ini semakin bertambah banyak jumlahnya, misalnya Diabetes Melitus yang biasa disebut dengan DM. Penyakit kronis bukan hanya berdampak pada diri individu tersebut, namun sangat berpengaruh juga pada lingkungan sekitarnya. Lingkungan dan orang sekitar yang sangat berpengaruh terhadap individu penderita penyakit kronis adalah keluarga. Pasien dengan DM mencapai 2,1 % dari seluruh penduduk dunia, dan 171 juta orang pada tahun 2000 menurut WHO. Sekitar 60% jumlah pasien terrsebut terdapat di Asia. Pola makan di negara Asia diduga berperan penting. Adapun menurut berbagai penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, tingkat kekerapan penderita penyakit DM berkisar antara 1,2-2,3% dari jumlah penduduk yang berusia di atas 15 tahun. Angka tersebut cenderung meningkat seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Beberapa tahun terakhir, angka di atas semakin meningkat. Terutama pada kelompok pasien di atas usia 45 tahun. Melihat pola pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2030 jumlah pasien DM akan meningkat 2 kali lipat dari angka penderita DM pada tahun 2000. Penderita DM sendiri pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Selama pola hidup masyarakat Indonesia belum bisa berubah menjadi lebih baik, maka angka kejadian tersebut masih akan tetap tinggi. Pasien 1

dengan penyakit kronis seperti ini akan mudah mengalami kekambuhan yang menyebabkan harus berkali-kali mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Oleh karena itu, perawatan yang intensif dan berkelanjutan saat di rumah sangat dibutuhkan untuk menunjang kesehatan pasien tersebut. Berbagai permasalahan yang terjadi pada pasien dengan penyakit kronis sangat berpengaruh dengan keluarga yang ada di sekitar pasien. Seorang perawat hendaknya memiliki pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada keluarga dengan penyakit kronis, sehingga perawat bisa memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan tepat, selain itu perawat juga bisa membuat pasien dan keluarga agar bisa mempertahankan kesehatan keluarga pasien dengan merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit Kronis ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan penyakit kronis secara komprehensif. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. 2. 3. Menjelaskan Konsep Keluarga Menjelaskan Konsep Penyakit Kronis terutama Diabetes Militus (DM) Menyusun asuhan keperawatan pada keluarga dengan penyakit kronis 1.4 Manfaat Mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada keluarga dengan penyakit kronis dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatannya secara komprehensif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keluarga 2.1.1 Defenisi keluarga Menurut Marilyn M. Friedmen (1998), keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga (Ferry dan Makhfudli, 2013) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes,1998). Sedangkan kedua definisi diatas dapat menyimpulkan bahwa keluarga adalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Unit terkecil dari masyarakat. Terdiri atas dua orang atau lebih. Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah. Hidup dalam satu rumah tangga. Di bawah asuhan seorang kepala keluarga. Terdapat interaksi di antara sesama anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan

2.1.2 Struktur Keluarga Terdapat macam macam struktur keluarga antara lain adalah 1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matriloka adalah sepasang suami istri yang tinggal dengan keluarga sedarah istri. 4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal dengan keluarga sedarah suami. 5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembicaraan keluarga, dan beberapa sana saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami/istri. 2.1.3 Fungsi Keluarga Menurut Friedman (1999), lima fungsi keluarga adalah sebagai berikut 1. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan pembahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social. 2. Fungsi efektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. 3. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga memutuskan kelangsungan keturunan dan menambah SDM. 4. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang pangan dan papan. 5. Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. (Ferry,2009) 2.1.4 Tipe keluarga 1. Keluarga inti (nuclear ayah, ibu, anak-anak. 2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakandan sebagainya . 3. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. family) adalah keluarga yang terdiri dari

4. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. 5. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersamasama. 6. Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. 2.1.4 Peranan Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut : 1. Peranan ayah : sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan. 2. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dpat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peranan anak : anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. 2.1.5 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses. 5

Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil. Setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998) 1. Pasangan Baru 2. Keluarga child bearing kelahiran anak pertama 3. Keluarga dengan anak pra sekolah 4. Keluarga dengan anak sekolah 5. Keluarga dengan anak remaja 6. Keluarga dengan anak dewasa Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangannya : a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. b. Mempertahankan keintiman pasangan. c. Membantu orang tua memasuki masa tua. d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. 7. Keluarga usia pertengahan 8. Keluarga usia lanjut 2.1.5 Keperawaatan Kesehatan Keluarga Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan pada kesehatan keluarga masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan tujuan melalui perawatan sebagai

sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai sarana penyalur (Effendi,1998).

2.2 Penyakit Kronis Diabetes Melitus 2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer,1999). Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam, tandatanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar, 2000). Normalnya glukosa beredar di dalam darah, sumber utama dari glukosa dihasilkan dari penyerapan pada saluran pencernaan dan dibentuk oleh hati. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi mengontrol tingkat glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanan glukosa. Pada penyakit diabetes dimungkinkan sel sel berhenti merespon insulin atau pankreas untuk memproduksi insulin. Hal ini menyebabkan hiperglikemik yang dapat mengakibatkan komplikasi akut metabolik seperti diabetic ketoasedosis (DKA) dan hiperglikemik sindrom nenketotic hiperosmolar (HHNS). Efek jangka panjang dari hiperglikemik dapat menimbulkan makrovaskular komplikasi (penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer), komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan penyakit mata), dan komplikasi neuropatik (penyakit saraf) (Brunner & Suddart, 2010) Dari berbagai definisi diatas tentang DM diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan kelainan metabolisme 7

karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel sel yang memproduksi insulin. 2.2.2 Etiologi Diabetes Melitus Penyebab diabetes yang utama adalah kurangnya produksi insulin (DM tipe I) atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (DM tipe II). Namun jika diteliti lebih lanjut, ada beberapa faktor yang menyebabkan DM sebagai berikut : 1. Genetik atau faktor keturunan DM sering diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya (Maulana, 2008). 2. Sindrom ovarium polikistik (PCOS) Menyebabkan peningkatan produksi androgen di ovarium dan resistensi insulin serta merupakan salah satu kelainan endokrin tersering pada wanita, dan kira-kira mengenai 6 persen dari semua wanita, selama masa reproduksinya (Guyton and Hall, 2007). 3. Virus dan bakteri Virus penyebab DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta. Virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Sedangkan bakteri masih belum bisa dideteksi, tapi menurut ahli mengatakan

bahwa bakteri juga berperan penting menjadi penyebab timbulnya DM (Maulana, 2008). 4. Bahan toksik atau beracun Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung 5. 6. 7. 8. 9. Nutrisi Kadar Kortikosteroid yang tinggi Kehamilan diabetes gestational Obat-obtan yang dapat merusak pancreas Racun yang memengaruhi pembentukan atau efek dari insulin (Maulana, 2008) 2.2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus Menurut National Diabetes Data Group of The National Institutes of Health, Diabetes Melitus dapat diklasifikasi menjadi beberapa jenis antara lain : 1. DM tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau tipe juvenil DM 1 ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin untuk mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis. 2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM ( Non Insulin Dependent Diabetes melitus) Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar 9 adalah alloxan, pyrineuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur) (Maulana, 2008).

insulin yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak efektif. 3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational. DMG yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin. 4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu Hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat obatan, dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya obat-obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid (lasik), dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 1996). 2.2.3 Manifestasi klinis Manifestasi klinis dari semua tipe diabetes masuk dalam tiga P : Poliuria, Polidipsia, dan Polipagia. Poliuria (urin meningkat) dan polidipsia (rasa haus yang meningkat) terjadi akibat kelebihan kehilangan cairan dan berhubungan dengan osmotic diuresis. Pasien juga mengalami plipagia (peningkatan nafsu makan) akibat dari keadaan katabolik yang menyebabkan defisiensi insulin dan penurunan kadar protein dan lemak. Gejala lainnya adalah kelelahan dan keletihan, mendadak ada perubahan pada penglihatan, mati rasa pada tangan atau kaki, kulit kering, lesi pada kulit, dan infeksi yang berulang. Gejala pada tipe 1 mungkin juga berhubungan dengan penurunan berat badan mendadak atau nausea, vomiting, atau nyeri pada abdomen (Brunner & suddart, 2010). 2.2.4 Penatalaksanaan Pemberian tatalaksana untuk pasien dengan komplikasi kronis diabetes melitus maupun komplikasi akut diabetes melitus bertujuan 10

untuk 1. Diet

mengendalikan

kadar

gula

darah

dengan

memberikan

tatalaksana 5 pilar yaitu: 2. OAD 3. Latihan fisik (olahraga) 4. Edukasi 5. Monitoring kadar gula darah Pengobatan Umum 1. Regulasi diabetes yang baik pada stadium tertentu MM-DM masih reversible. 2. Diet diabetes yang rendah lemak jenuh tinggi lemah tak jenuh. Apabila sudah terdapat MM-DM, maka dianjurkan menggunakan diet B. Untuk nefropati diabetic, dipakai diet B2 apabila clearance kreatinin 25ml/menit dan diet B3 apabila clearance kreatinin 25ml/menit. 3. Obat-obat antitrombosit dan mineral. a. Diberikan acetyl salycilic acid (ASA) dosis rendah, yaitu 250mg atau 300mg tiap pagi selama hidup. Apabila terdapat gartritis yang mengganggu atau varises esophagus, maka obat ini ditinggalkan. b. Diberikan tablet dipiridamol 3x 75 mg sebelum makan. Agar tidak pusing, mulailah dengan dosis rendah. Dipiridamol ini penting untuk meningkatkan cAMP yang menting untuk efisiensi kerja prostasiklin. c. Pemberian mineral dapat meningkatkan proses anabolic pada diabetes dan pula meningkatkan daya fagositosis leukosit diabetes mellitus yang biasanya menurun. 4. Hindarkan faktor-faktor resiko Selain butir-butir pengobatan umum tersebut di atas, perlu dihindarkan faktor-faktor resiko yang tersebut di bawah ini yang dapat mempercepat timbulnya MM-DM. a. Obesitas : BB harus diturunkan ke BB normal. 11

b. Imobilitas (kurang olah raga teratur) : Harus olahraga sedang, setiap hari dan teratur. c. Hipertensi : Tensi diusahakan tidak melebihi T = 150/90 mmHg, karena hipertensi dapat melukai endotel d. Rokok : Penderita diabetes tidak boleh merokok, karena nikotin antara lain dapat merusak endotel. 2.2.5 Komplikasi 1. Komplikasi akut a. Ketoasidosis Diabetic Hampir selalu hanya dijumpai pada pengidap diabetes 1, Ketoasidosis diabetic atau KAD merupakan yang ditandai perburukan semua gejala diabetes. KAD dapat terjadi setelah stress fisik seperti kehamilan atau penyakit akut atau trauma. Individu dengan KAD sering mengalami mual dan nyeri abdomen. Dapat terjadi muntah dan memperparah dehidrasi ektrasel dan intrasel. Ini merupakan keadaan yang menganvam jiwa dan memerlukan perawatan di rumah sakit agar dapat dilakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolitnya. Pemberian insulin diperlukan untuk pengembalian hiperglikemia. a. Koma nonketoik Hiperglikemia hyperosmolar Ini merupakan komplikasi akut dari yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe 2. Kondisi ini juga merupakan petunjuk perburukan drastic penyakit. Situasi ini menyebabkan pengeluaran berliter-liter urine, rasa haus hebat, deficit kalium yang parah. Terapi ditujukan untuk mengganti cairan dan eletrolit. b. Efek Somogy Efek somogi merupakan komplikasi akut yang ditandai dengan penurunan unik kadar gluosa darah di malam hari. Penyebabnya kemungkinan besar berkaitan dengan penyuntikan insulin di sore harinya. Pengoobatan untuk efek Somogy ditujuna untuk memanipulasi penyuntikan insulin sore hari sedemikian 12

rupa sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia. Efek ini sering dijumpai pada anak-anak. c. Fenomena Fajar Hiperglikemia pada pagi hari (antara jam 5-9 pagi) yang tampaknya disebabkan peningkatan sirkadian kadar glukosa pada pagi hari. e. Hipoglikemia Gejala yang mungkin terjadi adalah hulang kesadaran. Koma dapat terjadi pada hipoglikemia berat. (Corwin, 2007) 2. Komplikasi kronis Sebagian besar komplikasi jangka panjang disebabkan langsung oleh tingginya konsentrasi kadar gula darah. Komplikasi vascular jngka panjang dibagi menjadi makkrovasular yang meliputi pembuluh-pembuluh darah besar seperi jantung serta kompolikasi mikrovaskuler yang meliputi pembuluh-pembuluh darah kecil seperti pada sistem penglihatan, ginjal, dan peripheral Yang termasuk komplikasi vaskular jangka panjang adalah: a. Komplikasi Makrovaskular Penyakit kardiovaskuler/Stroke/Dislipidemia, Penyakit pembuluh darah perifer, Hipertensi timbul akibat aterosklerosis dan pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada diabetes, namun pada DM timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit, kardiovaskular dan penderita diabetes meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungannya dengan control kadar gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular, dimana peninggian kadar insulin menyebabkan risiko kardiovaskular semakin tinggi pula kadar insulin puasa > 15 mU/mL akan 13

meningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular. Stroke atau CVA juga merupakan akibat diabetes yang paling sering dijumpai terutama diabtes tipe 2 yang dikombinasi denga isiko ateroslerosis pada pembuluh darah serebral (Corwin, 2007). b. Komplikasi Mikrovaskular Penyakit pada pembuluh darah terkecil, yaitu kapiler atau arteriol prakapiler, terutama tampak sebagai penebalan membran basalis kapiler. i. Nefropati Diabetik Diabetes mellitus tipe 2, merupakan penyebab nefropati paling banyak, sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengaikibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat lolos ke dalam kemih (mis. Albuminuria). Akibat nefropati diabetika dapat timbul kegagalan ginjal yang progresif. Nefropati diabetic ditandai dengan adanya proteinuri persisten ( > 0.5gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. ii. Retinopati Diabetik Manifertasi diri metinupati berupa mikronenrisma dari areriola retina. Akibatnya terjadi perdarahan, neovaskularisasi dan jaringan pant retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Selain itu katarak pada pasien diabetes melitus dapat terjadi lebih dini. iii. Neuropati Diabetik Neuropati perifer dan otonom merupakan dua bentuk komplikasi tersering dari kedua tipe diabetes. Patogenesisnya masih belum dipahami. Beberapa lesi misalnya paralisis akut saraf kranial dan amiotrofi diabetik, telah dihubungkan dengan infark iskemik yang melibatkan saraf perifer. Bentuk neuropati perifer yang lebih sering dijumpai yaitu sensorik dan motorik simetris

14

serta neuropati otonom dirasakan sebagai akibat dari toksisistas metabolic atau osmotic yang ada kaitannya dengan hipergflikemia. 2.2.6 Prognosis Prognosis Diabetes Melitus usia lanjut tergantung pada beberapa hal dan tidak selamanya buruk, pasien usia lanjut dengan Diabetes Melitus II yang terawat baik prognosisnya baik pada pasien Diabetes Melitus usia lanjut yang jatuh dalam keadaan koma hipoklikemik atau hiperosmolas, prognosisnya kurang baik. Hipoklikemik pada pasien usia lanjut biasanya berlangsung lama dan serius dengan akibat kerusakan otak yang permanen. Karena hiporesmolas adalah komplikasi yang sering ditemukan pada usia lanjut dan angka kematiannya tinggi.

BAB 3 15

ASUHAN KEPERAWATAN Kasus Keluarga Tn. K (56 tahun) tinggal di desa Karang, Kec. Asem Manis, Surakarta. Tn. K tinggal bersama seorang istri Ny. W (50 tahun), memiliki 3 orang anak Ny. P (32 tahun), Ny. M (28 tahun) dan Tn. L (23 tahun), 2 anaknya telah menikah dan ikut dengan suami dan mertua. Saat ini Tn.K tinggal satu rumah dengan istrinya Ny. W dan anak bungsunya Tn. L. Mereka tinggal dirumah dengan ukuran 8 x 10 m2, di lingkunagan pedesaan yang bersih dan halaman rumah yang luas. Tn. K bekerja sebagai buruh tani di desanya dan Ny. W juga bekerja sebagai buruh tani, tapi Ny. W tidak dapat bekerja lagi semenjak Ny. W didiagnosa terkena Diabetes Mellitus (DM) 1 tahun yang lalu. Ekonomi keluarga dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan Tn. L bekerja sebagai satpam di sebuah pabrik di dekat rumahnya. Ny. W tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas, karena tidak ada yang mengantar dan mengalami keterbatasan biaya. Pola makan dirumah juga masih disamakan, Ny. W kurang bisa menghindari pantanganpantangan yang harus dihindari olehnya. Bila ada anggota keluarga yang sakit biasanya mereka hanya membeli obat yang dijual di toko, baru ketika tidak kunjung sembuh baru periksa ke puskesmas. Jarak rumah dengan puskesmas sekitar 3 Km. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil TD Ny. W 120/70 mmHg, GDA : 235 g/dL. 3.1 Pengkajian 1. Data Umum a. Nama KK b. Usia c. Suku d. Agama e. Pendidikan f. Pekerjaan : Tn. K : 54 tahun : Jawa : Islam : SLTP : Buruh Tani

g. Tempat/Tgl Lahir : Surakarta, 7 Agustus 1957 h. Alamat dan No.Telp: Desa Karang, Asem Manis, Surakarta/i. Komposisi Keluarga: 16

No . 1.

Nama

Umur (tahun)

JK

Hub. dengan KK Istri

Tmp/Tgl Lahir Madiun, 14 Juli 1963 Surakarta, 5 Maret 1981 Surakarta, 8 Juni 1985 Surakarta, 23 April 1989

Pekerjaan

Pendidikan

Ny. W

50

Ibu Rumah Tangga Karyawa n Swasta Ibu Rumah Tangga Satpam Pabrik

SD

2.

An. P

32

Anak

SLTA

3.

An. M

28

Anak

SLTA

4.

An. L

23

Anak

SLTA

j. Genogram
53 AU 83 HT 76

Tn.K 56

Ny. w 50 DM

P 32

M 28

L 23

Keterangan : : Laki-Laki : Perempuan : Laki-Laki meninggal : Perempuan meninggal : Klien : Tinggal serumah 17

k. Tipe Keluarga

Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga

keluarga inti atau nuclear family karena dalam satu rumah terdiri dari ayah yang berusia 56 tahun dan ibu yang berusia 50 tahun denga tiga anak yaitu : anak perempuan berusia 32 tahun, anak kedua perempuan berusia 28 tahun, dan anak ketiga laki-laki berusia 23 tahun. Anak pertama dan kedua telah menikah dan tinggal bersama mertua. Tn. K dan Ny. W mengatakan dalam keluarganya tidak ada kendala atau masalah tertentu yang dirasakan setiap anggota keluarga yang mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. l. Suku/Bangsa m. Agama : Jawa Indonesia : Islam : Status sosial keluarga termasuk

n. Status sosial ekonomi keluarga

keluarga sejahtera 3, dimana keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat. Tn. K bekerja sebagai buruh tani di desanya dan Ny. W juga bekerja sebagai buruh tani, tapi Ny. W tidak dapat bekerja lagi semenjak Ny. W didiagnosa terkena Diabetes mellitus (DM) 1 tahun yang lalu. Sedangkan An. L bekerja sebagai satpam di sebuah pabrik di dekat rumahnya. Pendapatan Tn. K rata-rata Rp.700.000/bulan dan An. L rata-rata Rp. 1.300.000/bulan. Dana keluarga digunakan untuk kebutuhan dasar (makan, minum, pakaian). o. Aktivitas rekreasi keluarga : Anggota keluarga Tn. K yaitu istri dan anaknya, tidak mempunyai aktivitas rekreasi kecuali hanya nonton Televisi. 2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saaat ini : Tahap perkembangan keluarga adalah tahap keenam dimana keluarga mulai melepas anak sebagai seorang dewasa 18

Melepas anak untuk hidup mandiri sebagai individu yang dewasa. Hal tersebut sudah terpenuhi karena anak paling sulung saat ini sudah menikah dan tinggal bersama suami dan mertuanya.

Membantu anak lebih mandiri untuk memulai keluarga yang baru. Hal tersebut sudah terpenuhi karena An. P sudah menikah. Mempertahankan keharmonisan keluarga Tidak ada masalah dalam keluarga untuk mempertahankan keharmonisan keluarga hingga saat ini. Antar anggota satu dengan yang lain saling terbuka dan menguatkan sehingga struktur kekuatan pada keluarga tersebut terjalin kuat.

Penataan kembali sebagai peran orang tua Orang tua selalu berusaha untuk memenuhi tugasnya demi keutuhan keluarga mereka. Orang tua yang andil besar dalam pemenuhan struktur kekuatan keluarga pun sangat membantu dalam pemenuhan peran sebagai orang tua.

b.

Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, tinggal tugas dalam memenuhi kebutuhan perkembangan tiap individu sesuai usianya.

c.

Riwayat keluarga inti Riwayat terbentuknya keluarga Tn. K berasal dari daerah Surakarta, sedangkan Ny. W berasal dari Madiun. Mereka bertemu saat bekerja di pabrik mie saat masih muda dulu. Mereka berpacaran selama satu tahun dan menikah pada tahun 1979. Anak pertama adalah An. P yang lahir tahun 1981, An. M pada tahun 1985 dan An. L yang lahir di tahun 1989. Sebelumnya mereka merencanakan memiliki 2 orang anak, tapi saat ini mereka memiliki 3 anak. Riwayat kesehatan keluarga saat ini Ny. W mengatakan bahwa dirinya didiagnosa Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu, setelah dirinya jatuh dan luka pada kakinya tidak kunjung sembuh. Ny. W tidak pernah dirawat 19

di rumah sakit. Ny. W memiliki penyakit Diabetes Mellitus yang bukan karena garis keturunan, hanya karena pola hidup Ny. W yang kurang baik saat masih muda. Tn. K tidak memiliki penyakit yang serius, penyakit yang pernah diderita adalah batuk, pilek, demam dan sering pegal linu. Pada An. L sendiri saat ini dalam kondisi sehat. Menurut Ny. W apabila anggota keluarganya ada yang mengalami gangguan kesehatan yang ringan dan merasa mampu untuk menanganinya, maka ia hanya memberikan penanganan sendiri di rumah tanpa harus ke instansi kesehatan yang ada, biasanya hanya membeli obat yang dijual di toko atau di warung. Tetapi apabila kesehatan mulai terganggu dengan tahap lebih serius maka tak jarang Ny. W dan Tn. K membawa anggota keluarga mereka ke puskesmas. Riwayat keluarga sebelumnya Ibu Ny W pernah menderita hipertensi dan meninggal di usia 76 tahun. Ayah Ny. W tidak pernah menderita penyakit yang spesifik, dan meninggal pada usia 83 tahun. Tn. K mengatakan ayahnya menderita asam urat dan meninggal pada usia 53 tahun dan ibunya tidak pernah menderita sakit spesifik. Tn. K tidak begitu mengetahui secara jelas menganai keadaan ibunya, karena saat ibunya meninggal Tn. K masih kecil. 3. Pengkajian Lingkungan a. Karakteristik Rumah Rumah yang ditempati Tn. K adalah milik sendiri. Luas tanah 8 x 10 m, luas rumah 8 x 5 m. jenis bangunan permanen, atap terbuat dari genting, lantai dari ubin, terdapat 3 kamar, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan tempat makan, kamar mandi dan kandang ayam. Perkarangan rumah ditanami pohon pisang dan mangga. Pembuangan limbah lancar, kondisi air bening, tidak berbau dan tidak berasa. Sumber air minum berasal dari air sumur dan sampah dibuang di tempat sampah di belakang rumah. 20

b. Denah 8m U A B C B S 10 m D E F T

G H I J K

Keterangan : A : Kandang ayam dan gudang : Pintu B : Tempat jemuran : Jendela C : Kamar mandi dan WC D : Kamar tidur Tn.K dan Ny. W E : Ruang keluarga F : Dapur dan tempat makan G : Kamar tidur An. L H : Kamar tidur I : Ruang tamu J : Teras K : Halaman rumah, terdapat pohon mangga dan pisang Gambar 2. Denah Rumah c. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW Hubungan keluarga dengan tetangga baik, tetangga yang ada di sekitar rumah ramah dan tidak ada perselisihan. Keluarga tinggal di daerah tinggal di daerah pedesaan, jarak antar rumah cukup dekat. Mayoritas penduduk di wilayah itu adalah sebagai tani dan buruh tani karena area persawahan yang masih luas di daerah tersebut. Warga mempunyai kebiasaan dan kegiatan rutin seperti arisan dan acara 21

pengajian. Ny. W juga sering berkumpul dengan ibu-ibu sekitar rumah sambil berbincang-bincang khususnya saat berbelanja pada penjual sayur keliling. Lingkungan sekitar rumah pun tampak bersih karena tiap sebulan sekali ada kerja bakti di lingkungan warga setempat. d. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga Tn. K tidak pernah berpindah tempat dari rumahnya saat ini, Mereka sudah menempati rumah di daerah tersebut selama 34 tahun, yaitu semenjak mereka berumah tangga. Untuk berpergian mereka mengendarai sepeda motor atau cukup dengan sepeda. e. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Ny. W aktif mengikuti arisan RT 1x/bulan dan Tn. K pun aktif dalam kelompok kerja bakti di lingkungan RT setempat. Tetapi ketiga anaknya kurang bergaul dengan lingkungan setempat karena kesibukan sekolah masing-masing anak mereka. Keluarga beranggapan bahwa kegiatan yang ada di perkumpulan sangat di dukung karena keluarga merasa antar anggota keluarga dan masyarakat sangatlah akrab. f. Sistem Pendukung Keluarga Didalam keluarag Tn. K, apabila ada masalah dalam keluarga biasanya akan diselesaikan dengan musyawarah. Ketiga anaknya selalu membantu untuk pemenuhan kebutuhan untuk Tn. K dan Ny. W. 4. Struktur Keluarga a. Pola Komunikasi Keluarga Pola komunikasi dalam keluarga yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka, itu berarti tiap anggota keluarga berhak dan bebas menyampaikan pendapat. Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Komunikasi menggunakan komunikasi dua arah dan anggota keluarga selalu menghormati orang yang sedang bicara. Frekuensi untuk berkomunikasi pun tak dapat terhitung karena kapanpun anggota ingin berkomunikasi, maka mereka langsung melakukan tetapi tetap melihat keadaan situasi yang ada. Sedangkan komunikasi dengan 2 anaknya yang telah menikah, biasanya mereka menggunakan komunikasi via telepon, tidak jarang kedua anaknya 22

datang berkunjung sekitar 1 bulan atau 2 bulan sekali. An. P sekarang tinggal di Magelang, sedangkan An. M tinggal di Surabaya. b. Struktur Kekuatan Keluarga Pengambil keluarga Tn. K, yang mengambil keputusan adalah Tn. K selaku kepala keluarga. Akan tetapi jika ada masalah selalu didiskusikan dengan istri dan ketiga anaknya. c. Struktur peran keluarga Formal : Tn. K mengatakan sudah mampu menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah serta pelindung keluarga. Ny. W mengatakan sudah cukup memenuhi perannya sebagai ibu rumah tangga yang lebih mengerti akan kondisi yang sedang dialami oleh keluarganya tetapi Ny. W merasa bosan dirumah dan bila tidak bekerja dirinya merasa membebani suami dan anaknya. An. P dan An. M tetap menawarkan bantuan financial kepada kedua orang tuanya. Dalam pembagian tugas di keluarga, tidak ada pembagian tugas rumah tangga yang jelas di rumah. Hanya saja, setiap anggota keluarga menyadari untuk saling membantu dalam tugas, contohnya memasak, menyapu, membersihkan rumah, dan lain-lain. Informal : Ny. W mengatakan selain sebagai Ibu yang mendidik dan mengatur keuangan keluarga, Ny W juga merupakan sahabat serta bagi keluarganya. Setiap kali anak-anak maupun suaminya memiliki masalah dan memerlukan nasehat, Ny. W selalu berusaha ada untuk mereka. d. Nilai dan norma keluarga Tn. K mengatakan nilai dan norma yang dianut sama seperti yang berlaku di masyarakat. Contohnya, anak-anak Tn. K dilarang pulang melebihi jam 9 malam, apabila melakukan kesalahan segera sungkem atau minta maaf kepada yang bersangkutan dalam hal tersebut. Yang lebih muda selalu menghormati yang lebih tua. Tidak ada nilai dan norma tertentu yang bertentangan dengan kesehatan. 5. Fungsi Keluarga 23

a.

Fungsi afektif Ny. W mengatakan hubungan dalam keluarga sangat dekat walaupun kedua putrinya An. P dan Ny. M tidak tinggal serumah dengan keluarga. Tn. K selalu mengajarkan kepada anaknya untuk saling menghormati dan menyayangi satu sama lain. Keluarga Tn. K adalah keluarga yang menyenangkan dan jauh dari konflik.

b. Fungsi sosialisasi Ny. W dan Tn. K mengatakan hubungan keluarga dengan masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggalnya cukup baik. Tn. K aktif dalam kegiatan di RT nya. Ny. W juga bergabung dalam kegiatan pengajian dan arisan dengan ibu-ibu RT sekitar. Ny. W juga mengatakan hubungan keluarga dengan anggota keluarga besar yang lain sangat baik. c. Fungsi Perawatan Kesehatan Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Ny. W mengetahui dirinya terkena Diabetes Melitus (kencing manis) setelah dirinya terjatuh saat bekerja di kebun dan luka pada kakinya tidak kunjung sembuh. Akhirnya Ny. W memutuskan untuk periksa ke puskesmas dan di beri tahu dokter bahwa dirinya menderita kencing manis/DM. Keluarga Ny. W belum mengetahui banyak tentang apa itu penyakit kencing manis baik pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta cara perawatannya. Keluarga hanya mengetahui bahwa penyakit kencing manis itu adalah penyakit keturunan, dan keluarga merasa di keluarganya tidak pernah ada yang menderita kencing manis. Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan Keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatannya karena belum mengetahui sebelumnya dan juga terkait masalah biaya yang harus dikeeluarkan untuk perawatan. Kemampuan keluarga merawat 24

Keluarga belum mampu merawat anggota keluarganya yang menderita kencing manis. Untuk makan, Ny. W masih seperti biasa tidak ada pantangan-pantangan yang Ny. W hindari dan menu dirumah masih di samakan. Sejauh ini yang keluarga tahu adalah bahwa penderita kencing manis tidak boleh makan yang manismanis saja. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan Keluarga Ny. W mampu untuk memodifikasi lingkungan, terlihat rumahnya yang tampak bersih dan pencahayaan yang cukup. Lingkungan rumah Tn. K terasa sejuk karena mereka memiliki taman dan pohon pisang dan mangga sebagai rerindangan. Tapi Ny. W belum mampu memodifikasi makanan yang tepat untuk diet kencing manis yang dideritanya, Ny. W hanya menghindari makanan yang manis-manis saja. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan Keluarga belum dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara optimal untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami. d. Fungsi Reproduksi Tn. K mengatakan sebelumnya merencanakan memiliki 2 orang anak agar di kala tua nanti tidak merasa kesepian, tapi saat ini Tn. K dan Ny. W dikaruniai 3 orang anak. Ny. W mengatakan bahwa tidak ada metode khusus yang digunakan untuk mengendalikan jumlah anggota keluarga, Ny. W pernah menggunakan KB, sekarang Ny. W sudah menopause. e. Fungsi ekonomi Penghasilan Tn. K sebagai buruh tani hanya cukup untuk kebutuhan makanan sehari-hari. An. L juga menbantu perekonomian keluarga, tapi sebagian gajinya sebagai satpam juga ditabung sebagai bekal menikah nanti. Jumlah penghasilan keluarga setiap bulan sekitar 2 jutaan. 6. Stress dan Koping Keluarga 25

a. Stressor jangka pendek Ny. W sangat mengkhawatirkan An. L yang merupakan harus bekerja dan terus-menerus membantu keluarga, sementara dirinya tidak kunjung menikah. Ny. W juga merasa khawatir dengan penyakitnya, jika Ny W merasa stress, kadar gula darah Ny. W cenderung meningkat. b. Stressor Jangka Panjang Keluarga khawatir tentang perawatan kesehatan Ny. W karena keterbatasan biaya yang dimiliki. c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Dalam merespon stress, Ny. W lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Begitu juga dengan Tn K dan An. L. Ny. W mengatakan sering sholat tahajud bersama di malam hari, memohon kesembuhan penyakitnya. Apabila ada masalah, keluarga membicarakan masalah tersebut bersama-sama serta mencari jalan keluar yang tepat. d. Strategi Koping yang digunakan Keluarga memanfaatkan waktu luang untuk saling berbicara dengan keluarga. Biasanya lebih sering dilakukan di hari minggu karena disaat itulah semua anggota keluarga berkumpul. Tn. K mengatakan menyukai tembang jawa dan menonton TV untuk mnecegah kebosanan. Ny. M mengatakan suka membuat kerajinan tangan untuk melepas penat, sedangkan An.L lebih sering keluar jalanjalan dengan teman-temannya. e. Strategi koping disfungsional Ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Ny W saat menceritakan masalahnya terlihat sedih. Dan pada saat dikaji kebanyakan Ny. w menceritakan tentang kekhawatirannya tentang penyakitnya. 7. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik TD (mmHg) Nadi (x/menit) RR (x/menit) Tn. K 100/60 90 19 Nama Anggota Keluarga Ny. W 120/70 87 20

An. L 110/70 82 18 26

BB (Kg) TB (cm) Kepala Rambut

72 165 Mesocephal Sebagian hitam, sebagian beruban, lurus tidak ada ketombe, tidak mudah patah Tidak anemis Tidak ikterik Bersih, tidak ada polip, tidak terdapat sekret Simetris, tidak menggunakan tidak ada

65 154 Mesocephal Rambut bersih, beruban sebagian, tidak ada lesi, tidak ada ketombe. Tidak anemis Tidak ikterik Bersih, tidak ada polip, tidak terdapat sekret Simetris, tidak menggunakan tidak ada serumen. Mukosa bibir sariawan, gigi sudah tanggal dua Kulit sedikit bersisik dan kering, ada bekas luka hitam di daerah kaki diameter 3 cm Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Simetris, sonor seluruh lapang paru,terdengar

77 172 Mesocephal Rambut hitam dan bersih, tidak lesi dan ketombe.

Konjungtiva Sklera Hidung

Tidak anemis Tidak ikterik Bersih, tidak ada polip, tidak terdapat sekret Simetris, tidak menggunakan alat pendengaran, tidak ada serumen. Mukosa bibir sariawan, gigi bersih. Kulit normal, tidak ada lesi

Telinga

alat pendengaran, alat pendengaran, serumen. Mukosa bibir sariawan, gigi bersih. Kulit Kulit normal sedikit kering, sudah mulai keriput, tidak ada lesi Leher Tidak ada pembesaran Dada kelenjar tiroid Simetris, sonor seluruh lapang paru,terdengar

Mulut

lembab, tidak ada lembab, tidak ada lembab, tidak ada

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Simetris, sonor seluruh lapang paru,terdengar 27

Abdomen

bunyi vesikuler. Tidak teraba masa, bising usus 10x/menit, terdengar bunyi tympani 5 5 5 5 Tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada lesi

bunyi vesikuler. Tidak teraba masa, bising usus 13x/menit, terdengar bunyi tympani 5 5 5 5 Terdapat bekas luka DM yang mengering dan menghitam di ekstrimitas kaki, tidak ada edema Sawo matang, Baik Mudah capek, sering lapar, haus dan sering kencing, sering terasa kesemutan di kaki. 235 g/dL

bunyi vesikuler. Tidak teraba masa, bising usus 9x/menit, terdengar bunyi tympani 5 5 5 5 Tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada lesi

Kekuatan otot

Ekstremitas

Kulit dan turgor kulit Keluhan

Sawo matang, Baik Tidak kuat duduk terlalu lama, sering terasa pegal-pegal di daerah punggung. 102 g/dL

Sawo matang, Baik Tidak ada keluhan yang mengganggu kesehatan

Pemeriksaan GDA (Gula Darah Acak)

94 g/dL

8. Harapan Keluarga Terhadap Perawat Berhubungan dengan Masalah yang Dihadapi a. Persepsi Keluarga Terhadap Perawat Keluarga menganggap perawat adalah sosok yang penting dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama sikap perhatian yang diberikan perawat akan dapat mempercepat kesembuhan pasien. b. Harapan keluarga pada perawat

28

Keluarga berharap perawat dapat menjelaskan lebih jelas mengenai penyakit yang diderita Ny. W, serta bagaimana cara merawat Ny. W agar tidak mengalami kondisi yang lebih buruk. 3.2 Analisis Kasus No 1. Data DS: - Berdasarkan cerita keluarga, Ny. W baru tahu kalau dirinya terkena Diabetes Mellitus setelah mendapat luka di kebun, dan luka tersebut tidak kunjung sembuh - Keluarga Px. menyatakan tidak tahu menahu tentang penyakit Diabetes Mellitus DO: - Ketika ditanya tentang DM tahunya hanyalah penyakit keturunan - Ketika ditanya tentang makanan yang pantang dimakan keluarga menjawab hanya makanan 2. yang manis-manis saja DS: - Keluarga menyatakan tidak dapat merawat Ny. W karena keterbatan biaya dan tiada yang 29 Ketidakefektifan manajemen regimen terapi keluarga Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Problem Risiko Komplikasi Etiologi Ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit DM dan gangguan perkembangan kesehatan anggotanya

mengantarnya berobat. DO: - Keluarga tidak segera membawa anggota yang sakit ke pelayanan kesehatan kecuali jika penyakitnya menuju tahap serius - Ny. W tidak dapat berobat ke rumah sakit karena terbatasnya biaya untuk kesehatan. Total pemasukan keluarga Tn. K adalah Rp 2.000.000,dan habis untuk makan, minum, dan pakaian. - Ny. W tidak dapat berobat ke rumah sakit karena 3.3 Rumusan Diagnosis Keperawatan 1. Risiko Komplikasi b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit DM dan gangguan perkembangan kesehatan anggotanya No Kriteria 1. Sifat Masalah Skala : tidak/kurang sehat ancaman keadaan sejahtera 2 1 3 Skor Bobot 1 Jumlah 2/3 Pembenaran 1. DM bukan penyakit akut, namun dampak kronisnya bisa mengancam kesejahteraan penderitanya jika tidak diatasi. 2. Kemungkinan Masalah 2 1 2. Latar belakang 30

Dapat Diubah 3. mudah sebagian tidak dapat 2 1 0 1 3 2 1 1

pendidikan yang rendah sedikit menyulitkan transfer info. Namun keberadaan An. L akan cukup membantu 3. Jika transfer informasi berjalan lancara penyakit yang diderita sangat mungkin dicegah. 4. Ketidaktahuan

Potensi Masalah Untuk Dicegah tinggi cukup rendah

4.

Menonjolnya Masalah berat, segera ada masalah tapi tak perlu segera ditangani masalah tak dirasakan TOTAL

1 2 1

keluarga tentang DM adalah indikator kelurga tidak terlalu merasakan

masalah yang terjadi. 19/6

2. Ketidakefektifan manajemen regimen terapi keluarga b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 1. Sifat Masalah Skala : tidak/kurang sehat ancaman keadaan sejahtera 2 1 3 1 2/3 1. Jika jadwal kontrol pasien tidak ditepati akan membuat DM semakin parah, dan 31

mengancam kesejahteraan Px. 2. Kemungkinan Masalah Dapat Diubah mudah sebagian tidak dapat 2 1 0 2 2 2. Dengan adanya pendampingan dari tenaga kesehatan masalah dapat teratasi. 3. Potensi Masalah Untuk Dicegah tinggi cukup rendah 3 2 1 1 2/3 3. Dengan penyuluhan dan edukasi masalah sangat bisa dicegah, walau itu juga tergantung pada Px. 4. Menonjolnya Masalah berat, segera ada masalah tapi tak perlu segera ditangani masalah tak dirasakan TOTAL 3.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan Prioritas 1 Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan manajemen regimen terapi keluarga b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang 32 Skor 21/6 21/6 0 1 2 1 4. Keluarga tahu bahwa mereka tidak ada yang bisa merawat Px. namun keluarga tidak segera membawanya ke RS.

sakit Defisit

Pengetahuan

b.d

19/6

ketidakmampuan keluarga mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya 3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga No. Dx 1. Tujuan Setelah dilakukan intervensi keperawatan keluarga mampu merawat pasien Ny. W dengan baik Sikap Kriteria Kognitif Standar Intervensi

Keluarga dapat meng- 1. Identifikasi gambarkan proses pe- penyebab nyakit, penyebab dan ketidakefektifan faktor penunjangnya manajemen pada gejala dan re- regimen terapi gimen untuk penyakit keluarga. atau kontrol gejala. Keluarga berkomitmen melakukan perubahan perilaku kesehatan yang diperlukan atau keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekam2. Memberikan health education tentang perawatan dasar pasien dengan DM, terutama tentang

Psikomotor

5 pilar utama buhan atau komplikasi penatalaksanaan Keluarga menganggarDM, yakni: kan dana khusus untuk 1) Diet kesehatan, serta me2) Exercise nyediakan waktu untuk 3) Medication mengantar pasien ber4) Education obat rutin ke RS 5) Monitoring 3. Mendorong keluarga untuk 33

mengalokasikan biaya khusus kesehatan keluarga. Bila perlu dibantu untuk membuat rencana anggaran dan belanja keluarga. 4. Mendorong keluarga untuk mengatur waktu antara bekerja dan mengantara 2. Setelah dilakukan intervensi keperawatan keluarga dapat membantu mencegah komplikasi pada pasien. Kognitif Keluarga urgensi pasien berobat. mengetahui 1. Identifikasi pengetahuan penyebab ketidakmampuan mengenali penyakit, apakah ada masalah kognitif, keterbatasan informasi, atau penyebab lain. 2. Memberikan health education informasi dasar tentang penyakit DM.

tentang penyakit DM.

34

3. Memberikan kontak tenaga kesehatan/kader/ konsultan DM kepada keluarga jika sewaktuwaktu dibutuhkan 3.6 Implementasi dan Evaluasi Tanggal, Waktu 25 Mei 2013 09.00-09.10 25 Mei 2013 09.10-09.20 No. Dx 1 2 Implementasi Identifikasi penyebab ketidakefektifan manajemen regimen terapi keluarga. Identifikasi penyebab ketidakmampuan mengenali penyakit, apakah ada masalah kognitif, keterbatasan informasi, atau penyebab 25 Mei 2013 09.20-09.40 25 Mei 2013 09.40-10.00 2 1 lain. Memberikan health education informasi dasar tentang penyakit DM. 2. Memberikan health education tentang perawat-an dasar pasien dengan DM, terutama tentang 5 pilar utama penatalaksanaan DM, yakni: Diet; Exercise; Medication; Education; 25 Mei 2013 10.00-10.15 1 Monitoring Mendorong keluarga untuk mengalokasikan biaya khusus kesehatan keluarga. Bila perlu dibantu untuk membuat rencana anggaran dan 25 Mei 2013 10.15-10.25 25 Mei 2013 10.25-10.30 1 2 belanja keluarga. Mendorong keluarga untuk mengatur waktu antara bekerja dan mengantara pasien berobat. Memberikan kontak tenaga kesehatan/kader/ konsultan DM kepada keluarga jika sewaktuwaktu dibutuhkan Form Evaluasi Formatif 35

Tanggal, Waktu 25 Mei 2013 09.00-09.10

No. Dx 1

Evaluasi Identifikasi penyebab ketidakefektifan manajemen regimen terapi keluarga. S : Keluarga menyampaikan kondisi masingmasing anggota keluarga, pendapatan dan pengeluaran bulanan. O : Pendapatan total keluarga 1 bulan adalah Rp 2.000.000 dan pengeluaran habis untuk makan dan biaya akomodasi lain. Tidak ada anggaran khusus kesehatan. A : Ditemukan bahwa penyebab ketidakefektifan adalah karena buruknya manajemen keuangan, waktu, dan pembagian tugas dalam keluarga P : Melanjutkan intervensi sesuai dengan rencana. Identifikasi penyebab ketidakmampuan mengenali penyakit, apakah ada masalah kognitif, keterbatasan informasi, atau penyebab lain. S : Keluarga hanya mengetahui bahwa DM adalah kencing manis, dan tidak boleh makan makanan manis-manis. O : Dari tiga anggota keluarga yang tinggal di rumah, 1 orang lulusan SLTA, 1 SLTP, dan 1 SD. Ketiganya belum pernah mendapatkan penyuluhan atau sosialisasi tentang DM. A : Tidak ada masalah kognitif yang dimiliki anggota keluarga. Masalahnya adalah pada P : Melanjutkan intervensi sesuai dengan rencana. Memberikan health education informasi dasar tentang penyakit DM. 36

25 Mei 2013 09.10-09.20

25 Mei 2013 09.20-09.40

S : An. L memahami apa yang disampaikan oleh perawat. Sedangkan Tn. K dan Ny. W sedikit memahami. O : Keluarga mampu merespon setiap penjelasan perawat. Setiap ada yang tidak dipahami langsung ditanyakan. A : Masalah teratasi sebagian P : Mencari metode yang mudah untuk memberikan edukasi, misal: dengan 25 Mei 2013 09.40-10.00 1 membuatkan buku panduan ringkas, atau poster. 2. Memberikan health education tentang perawat-an dasar pasien dengan DM, terutama tentang 5 pilar utama penatalaksanaan DM, yakni: Diet; Exercise; Medication; Education; Monitoring. S : An. L memahami apa yang disampaikan oleh perawat. Sedangkan Tn. K dan Ny. W sedikit memahami. O : Keluarga mampu merespon setiap penjelasan perawat. Setiap ada yang tidak dipahami langsung ditanyakan. A : Masalah teratasi sebagian P : Mencari metode yang mudah untuk memberikan edukasi, misal: dengan 25 Mei 2013 10.00-10.15 1 membuatkan buku panduan ringkas, atau poster. Mendorong keluarga untuk mengalokasikan biaya khusus kesehatan keluarga. Bila perlu dibantu untuk membuat rencana anggaran dan belanja keluarga. S : Keluarga mengungkapkan akan berusaha mengalokasikan biaya untuk kesehatan. O : Dari hitung-hitungan yang dilakukan uang Rp 2.000.000 cukup untuk hidup satu bulan dan 37

sebagiannya disisihkan untuk anggaran kesehatan. A : Masalah teratasi. 25 Mei 2013 10.15-10.25 1 P : Melanjutkan intervensi dan monitoring. Mendorong keluarga untuk mengatur waktu antara bekerja dan mengantaran pasien berobat. S : Keluarga mengungkapkan akan berusaha untuk mengatur waktu bekerja sehingga dapat meluangkan waktu untuk mengantar pasien berobat. O : Setiap Jumat siang An. L sudah selesai bekerja, dan Selasa pagi Tn. K tidak ada aktivitas sehingga bisa digunakan untuk mengantarkan px. ke Rumah Sakit. A : Masalah teratasi 25 Mei 2013 10.25-10.30 2 P : Melanjutkan intervensi dan monitoring. Memberikan kontak tenaga kesehatan/kader/ konsultan DM kepada keluarga jika sewaktuwaktu dibutuhkan. S : Keluarga menerima dengan senang hati nomer kontak yang diberikan dan berjanji akan menghubungi bila ada yang perlu dibantu. O : Kontak yang diberikan langsung disave di kontak An. L A : Masalah teratasi. P : Melanjutkan intervensi dan monitoring. Form Evaluasi Sumatif Tanggal, Waktu 25 Mei 2013 09.00-09.10 No. Dx 1 Evaluasi Identifikasi penyebab ketidakefektifan manajemen regimen terapi keluarga. S : Keluarga menyampaikan kondisi masingmasing anggota keluarga, pendapatan dan

38

pengeluaran bulanan. O : Pendapatan total keluarga 1 bulan adalah Rp 2.000.000 dan pengeluaran habis untuk makan dan biaya akomodasi lain. Tidak ada anggaran khusus kesehatan. A : Ditemukan bahwa penyebab ketidakefektifan adalah karena buruknya manajemen keuangan, waktu, dan pembagian tugas dalam keluarga P : Melanjutkan intervensi sesuai dengan 25 Mei 2013 09.10-09.20 2 rencana. Identifikasi penyebab ketidakmampuan mengenali penyakit, apakah ada masalah kognitif, keterbatasan informasi, atau penyebab lain. S : Keluarga hanya mengetahui bahwa DM adalah kencing manis, dan tidak boleh makan makanan manis-manis. O : Dari tiga anggota keluarga yang tinggal di rumah, 1 orang lulusan SLTA, 1 SLTP, dan 1 SD. Ketiganya belum pernah mendapatkan penyuluhan atau sosialisasi tentang DM. A : Tidak ada masalah kognitif yang dimiliki anggota keluarga. Masalahnya adalah pada P : Melanjutkan intervensi sesuai dengan 25 Mei 2013 09.20-09.40 2 rencana. Memberikan health education informasi dasar tentang penyakit DM. S : An. L memahami apa yang disampaikan oleh perawat. Sedangkan Tn. K dan Ny. W sedikit memahami. O : Keluarga mampu merespon setiap penjelasan perawat. Setiap ada yang tidak 39

dipahami langsung ditanyakan. A : Masalah teratasi sebagian P : Mencari metode yang mudah untuk memberikan edukasi, misal: dengan 25 Mei 2013 09.40-10.00 1 membuatkan buku panduan ringkas, atau poster. 2. Memberikan health education tentang perawat-an dasar pasien dengan DM, terutama tentang 5 pilar utama penatalaksanaan DM, yakni: Diet; Exercise; Medication; Education; Monitoring. S : An. L memahami apa yang disampaikan oleh perawat. Sedangkan Tn. K dan Ny. W sedikit memahami. O : Keluarga mampu merespon setiap penjelasan perawat. Setiap ada yang tidak dipahami langsung ditanyakan. A : Masalah teratasi sebagian P : Mencari metode yang mudah untuk memberikan edukasi, misal: dengan 25 Mei 2013 10.00-10.15 1 membuatkan buku panduan ringkas, atau poster. Mendorong keluarga untuk mengalokasikan biaya khusus kesehatan keluarga. Bila perlu dibantu untuk membuat rencana anggaran dan belanja keluarga. S : Keluarga mengungkapkan akan berusaha mengalokasikan biaya untuk kesehatan. O : Dari hitung-hitungan yang dilakukan uang Rp 2.000.000 cukup untuk hidup satu bulan dan sebagiannya disisihkan untuk anggaran kesehatan. A : Masalah teratasi. 25 Mei 2013 1 P : Melanjutkan intervensi dan monitoring. Mendorong keluarga untuk mengatur waktu 40

10.15-10.25

antara bekerja dan mengantaran pasien berobat. S : Keluarga mengungkapkan akan berusaha untuk mengatur waktu bekerja sehingga dapat meluangkan waktu untuk mengantar pasien berobat. O : Setiap Jumat siang An. L sudah selesai bekerja, dan Selasa pagi Tn. K tidak ada aktivitas sehingga bisa digunakan untuk mengantarkan px. ke Rumah Sakit. A : Masalah teratasi P : Melanjutkan intervensi dan monitoring. Memberikan kontak tenaga kesehatan/kader/ konsultan DM kepada keluarga jika sewaktuwaktu dibutuhkan. S : Keluarga menerima dengan senang hati nomer kontak yang diberikan dan berjanji akan menghubungi bila ada yang perlu dibantu. O : Kontak yang diberikan langsung disave di kontak An. L A : Masalah teratasi. P : Melanjutkan intervensi dan monitoring.

25 Mei 2013 10.25-10.30

41

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan Berbagai permasalahan yang terjadi pada pasien dengan penyakit kronis sangat berpengaruh dengan keluarga yang ada di sekitar pasien. Penyakit kronis bukan hanya berdampak pada diri individu tersebut, namun sangat berpengaruh juga pada lingkungan sekitarnya. Lingkungan dan orang sekitar yang sangat berpengaruh terhadap individu penderita penyakit kronis adalah keluarga. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Keluarga dengan penyakit kronis Diabetes Militus memerlukan perawatan yang tepat agar bisa mencapai kesembuhan yang sempurna, oleh karena itu keluarga tersebut membutuhkan asuhan keperawatan yang komprehensif. Selain itu juga peran keluarga sangat dibutuhkan untuk pemberian suport system, karena dukungan dari keluarga mempercepat proses penyembuhan, baik fisik maupun psikologis. 4.2 Saran Sebagai tenaga kesehatan, kususnya sebagai perawat komunitas, hendaknya bisa mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang tepat untuk keluarga dengan penyakit kronis Diabetes Militus. Karena dengan asuhan keperawatan komunitas keluarga yang benar, maka pasien akan merasa nyaman dan masa penyembuhan penyakit menjadi semakin cepat.

42

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.2005. Komplikasi Kronik Diabetik Masalah Utama Penderita Diabetes dan Upaya Pencegahan. Diakses dari http://med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol26No.3Supplement ok/9John%20Adam.pdf. Pada tanggal 26 Mei 2013 Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC Corwin, J. Elizabeth. 2007. Buku Saku Patofisiologi ed. Rev 3. Jakarta:EGC Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Ferry Efendi dan Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Friedman, M. 1998. Family Nursing: Theory and Assesment. Edisi 4. Connectiout: Appleton-Century-Cropts Greenspan, Francis S. & Baxter, John D. (1998). Endokrinologi Dasar & Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC Penta, Paska. 2010. 5 Strategi Penderita Diabetes Berusia Panjang. Yogya: Kanisius Price, Silvia A. & Wilson, Lorraine M. (2003). Patifisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC Smeltzer, S.C., & Bare, B. 2010. Brunner and Suddarts Textbook of MedicalSurgical Nursing (10th ed). Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

43

Anda mungkin juga menyukai