Anda di halaman 1dari 12

Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Epilepsi Di Departemen Neurologi Rsup H.

Adam Malik Medan Knowledge and Attitudes about Epilepsy, Neurologi Departement of RSUP H.Adam Malik Medan Daniel rajkumar Ayapillai1, Alfansuri Kadri2
1.

Mahasiswa F.Kedokteran USU angkatan 2009 / Email : daniel.rajkumar91@yahoo.com Staf Pengajar Departement Ilmu Kedokteran Komunitas, F.Kedokteran USU

Running Title: Pengetahuan dan Sikap Penyakit Epilepsi

ABSTRAK Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan kejang yang berulang akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermiten yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal dan berlebihan di neuron-neuron secara paroksimal, didasari oleh berbagai faktor etiologi. Epilepsi adalah salah satu penyakit saraf yang paling umum di seluruh dunia. Ini masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat menunjukkan kurangnya pengetahuan dasar epilepsi, kesalahpahaman, dan sikap negatif antara masyarakat umum dan keluarga anggota epilepsi, dan bahkan professional kesehatan. Ini selalu terkait dengan diskriminasi atau kesalahpahaman bahwa pasien epilepsi adalah satu serangan roh jahat, dengan cacat fisik, keterbelakangan mental, dan gangguan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan dari bulan September sampai November 2012. Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk deskriptif dengan metode pengambilan potong lintang (crosssectional study). Populasi penelitian adalah seluruh pasien rawat jalan di Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan dengan besar sampel sebanyak 33 pasien yang diambil dengan metode consecutive sampling. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan responden (97.0%) sangat baik karena pernah mendengar tentang penyakit epilepsi dan sebanyak 33.3% responden mengerti penyebab penyakit ini. Sikap responden juga sangat baik sebanyak 100% responden setuju bahawa harus diberi bantuan segera dan memerlukan perhatian khusus.Bahwa masih dibutuhkan pengetahuan dan edukasi lebih lanjut kepada masyarakat tentang penyakit epilepsi agar penatalaksaan penyakit ini dapat lebih optimal. . Kata kunci: Epilepsi, Pengetahuan, Sikap

ABSTRACT Epilepsy is a condition characterized by seizures which is the result of brain dysfunction caused by intermittent loss of electrical charge and excessive abnormal neurons in paroxysmal, cause by a variety of etiologic factors. Epilepsy is one of the most common neurological disease worldwide. It still remains as a public health problem that shows a lack of basic knowledge of epilepsy, misconceptions and negative attitudes among the general public and family members of epilepsy, and even health professionals. It is always associated with discrimination or misunderstanding that patients with epilepsy is a demon attack, with physical disabilities, mental retardation, and emotional disturbance. The aim of this study is to describe the knowledge and attitudes about epilepsy in the Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan from the month of September until November 2012. This study is a descriptive surveillance study with a cross-sectional method. The population of this study was all of the out patients at the Neurology Department of RSUP H. Adam Malik Medan with the size of the sample of 33 patients and chosen with consecutive sampling method. The results shows that the knowledge of the respondents (97.0%) is very good because respondents had heard about epilepsy and as much as 33.3% of respondents understand the causes of this disease. Respondents also have a very good attitude as much as 100% of respondents agreed that should be given immediate relief and require special attention for epilepsy patient.Further knowledge and education to the public about epilepsy is still needed so that treatment of the disease can be optimized. Keywords: Epilepsy, knowledge, attitudes

Pendahuluan Epilepsi adalah salah satu gangguan otak yang paling umum di dunia. Semua orang beresiko mendapat epilepsi. Bahkan, setiap orang beresiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Dari penelitian epidemiologis tentang epilepsi di Indonesia, dikatakan bahwa epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat. Jika dipakai angka-angka prevalensi dan insidensi epilepsi yang didapatkan dalam kepustakaan yakni untuk prevalensi 5-10 % dan insidensi 0,5 %, maka dapat diduga bahwa di Indonesia yang berpenduduk sekitar 180 juta orang, minimal 900.000 1.800.000 orang dengan epilepsi. Sedangkan insidensinya ada 90.000 kasus baru epilepsi tiap tahun. Di Indonesia, epilepsi dikenal sebagai ayan atau sawan. Banyak masyarakat masih mempunyai pandangan yang keliru (stigma) dan beranggapan bahwa epilepsi

bukanlah penyakit tapi karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Oleh karena itu, banyak keluarga dari orang dengan epilepsi yang menutup-nutupi keadaan, sehingga membuat penanganan epilepsi menjadi tidak optimal. Mengetahui sikap dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit epilepsi.

Metode

Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan september sampai November 2012 dan populasi sampel adalah orang yang datang berobat jalan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling dengan metode acak sederhana (simple random sampling), yaitu pengambilan sampel didasrkan criteria inklusi dan eksklusi. Sampel penelitian diberikan kuesioner sebagai alat

ukur penelitian untuk diisi. Setelah sampel penelitian mengisi kuesioner dengan lengkap, peneliti menerima kembali kuesioner tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dari seluruh sampel penelitian. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilanjutkan ke tahap pengolahan dan analisa data. Uji coba kuesioner telah dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian untuk mengetahui validitas dan realibilitas.

Pengolahan dan analisa data dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain: tahap pertama editing, tahap kedua coding, tahap ketiga processing, yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS; tahap keempat cleaning.

Hasil Dari hasil penelitian didapati jumlah responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 63.6% dan tingkat pendidikan terbanyak adalah dari pendidikan SMA sebanyak 57.6%. Dari golongan umur, responden terbanyak adalah dari lingkungan umur 18-27 sebanyak 33.3%. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase yang paling kecil yaitu 3.0% dengan 1 responden, sedangkan tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase paling tinggi yaitu 54.5% dengan 18 responden dan tingkat pengetahuan dengan kategori baik adalah sebesar 42.4% dengan 14 responden. Berdasarkan table 2 dapat dilihat bahawa responden sebanyak 97% memahami bahawa epilepsi adalah satu penyakit dan bukannya kemasukan roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Sebanyak 87.9% responden mengatakan bahawa orang yang mengalami epilepsi dapat menikah,dapat hamil dan memiliki anak

Pembahasan Pada penelitian ini diketahui bahwa dominan responden (97,0 %) pernah mendengar tentang penyakit epilepsi. Hal ini sejalan dengan penelitian Amira (2008) di Amman, Jordan bahwa responden yang pernah mendengar tentang penyakit epilepsi sebanyak 98,5%. Manakala penelitian Jiamjit (2009) yang dilakukan di Thailand dikatakan bahwa responden yang pernah mendengar tentang penyakit epilepsi sebanyak adalah 60,0%. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang-orang yang telah mendengar, tahu seseorang dengan epilepsi, dan telah menyaksikan seseorang yang mengalami kejang adalah 97,6%, 51,8%, dan 56,4%, masing-masing tentang epilepsi di Kuwait menurut Abdelmoneim (2008). Berdasarkan tabel 5.1.3 sikap responden sebanyak 87,9% mengatakan orang yang mengalami epilepsi dapat menikah,dapat hamil, dan memiliki anak. Menurut penelitian Amira (2008) sikap responden mengatakan akan mengizinkan anak atau salah satu kerabat dekat mereka menikah dengan orang dengan epilepsi sebanyak 13,2% dan menurut penelitian Jiamjit (2009) sebanyak 28,4% tidak keberatan dengan putra/ putri menikahi seseorang yang kadang-kadang memiliki serangan kejang. Sebagian responden 66,5% mengatakan wanita dengan epilepsi dapat hamil dan melahirkan. Menurut Dr Satish (2011) dari sudut pandang kedokteran, orang-orang dengan epilepsi dapat menikah. Hal tersebut penting bahwa menjadi pasangan dari seseorang dengan epilepsi harus menyadari situasi. Ini mencegah banyak

kesalahpahaman yang tidak perlu di kemudian hari. Keyakinan bahwa epilepsi terutama pada gadis-gadis muda dapat disembuhkan dengan pernikahan selalu mempersulit seluruh masalah dan semua upaya harus dilakukan untuk menyingkirkan gagasan ini. Di sisi lain, epilepsi seharusnya tidak menjadi halangan untuk menikah pada individu dengan kontrol kejang yang baik. Dalam kasus di mana kejang terlalu sering dengan kontrol buruk, perkawinan

tidak disarankan karena cacat yang jelas. Individu harus diberitahu untuk menginformasikan kepada pasangan tentang masalah epilepsi sehingga bencana selanjutnya dapat dihindari. Hal ini berguna untuk diingat bahwa setiap orang dapat mengalami kejang dan pada usia berapa pun. Telah terlihat bahwa dalam 1/4 dari wanita hamil dengan epilepsi kejang dapat memburuk, dan setengah sisanya tidak ada perubahan dalam frekuensi kejang selama kehamilan. Epilepsi dapat mempengaruhi kehamilan dalam banyak cara. Kejang selama kehamilan dapat membahayakan baik wanita hamil dan bayinya, terutama jika sering kejang. Hampir semua obat yang digunakan untuk mengobati epilepsi memiliki efek pada janin. Karbamazepin mungkin lebih aman daripada yang lain anti-epilepsi obat yang tersedia saat ini. Secara keseluruhan, mungkin ada sekitar 2-3 kali lebih berisiko bayi normal yang lahir dari ibu epilepsi yang pada pengobatan dibandingkan dengan populasi umum. Bahkan dengan peningkatan risiko ini hampir 90 sampai 95% ibu dengan epilepsi dapat memiliki bayi normal. Obat anti-epilepsi harus dilanjutkan dalam dosis yang sama sepanjang kehamilan. Pengobatan dengan satu obat lebih aman, daripada lebih dari satu obat yang berefek berbahaya bagi bayi jika digunakan. Kadang-kadang estimasi tingkat obat dalam darah mungkin diperlukan. Persalinan ibu epilepsi harus selalu dilakukan dalam rumah sakit yang dilengkapi dengan kunjungan antenatal secara teratur. Ini lagi harus menunjukkan bahwa sebagian besar ibu epilepsi biasanya memiliki kehamilan dan menghasilkan bayi yang normal dan sehat.

Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini saya dapat membuat kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat tentang penyakit epilepsi adalah memuaskan karena sebanyak 54.5% orang mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan 42.4% orang mempunyai tingkat pengetahuan baik. Sikap masyarakat tentang penyakit epilepsi cukup baik karena sebanyak 84,8% responden menyatakan epilepsi bukan suatu penyakit

menular. Sebanyak 97% responden menyatakan orang yang mengalami epilepsi diberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan menikmati pergaulan seperti orang yang normal. Oleh kerana itu disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit epilepsi maka diharapkan pemberian informasi oleh pihak terkait, misalnya dokter, atau tenaga medis lainnya.Semua keluarga penderita penyakit epilepsi harus memberikan bantuan dengan bergaul bersama mereka dan juga harus memberikan obat secara teratur dan memberikan kesempatan untuk hidup seperti orang normal.

Halaman Tabel

Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanPengetahuan Pengetahuan Baik Sedang Kurang Total Posisi : Halaman 2 setelah paragraph 1 Tabel 2: Distribusi Frekuensi Sikap terhadap penyakit epilepsi Jawaban Responden No. Pertanyaan/Pernyataan Setuju Tidak Setuju Frekuensi (n) 14 18 1 33 Persentase (%) 42.4 54.5 3.0 100.0

n 1 Epilepsi adalah satu penyakit dan bukannya kemasukan roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan 2 Epilepsi bukannya satu penyakit menular 3 Epilepsi dapat disembuhkan jika mengambil obat secara teratur 4 Orang yang mengalami epilepsi dapat menikah,dapat hamil dan memiliki anak 29 28 28 32

% 97

n 1

% 3

84.8

15.2

84.8

15.2

87.9

12.1

Orang yang mengalami epilepsi diberikan kesempatan dan untuk

32

97

bersosialisasi pergaulan 6

menikmati

Epilepsi bukanya satu penyakit keturunan

24

72.7

27.3

Epilepsi dapat mengenai siapa saja dari anak sampai dewasa

29

87.9

12.1

Orang yang mengalami serangan epeilepsi harus diberikan bantuan dengan segera.

33

100

Epilepsi bukannya satu penyakit kejiwaaan

26

78.8

21.2

10

Orang yang mengalami epilepsi memerlukan khusus perhatian yang

33

100

Posisi : Halaman 2 setelah paragraph 3

Daftar Pustaka

Abdelmoneim Awad, 2008, Public knowledge and attitudes toward epilepsy in Kuwait Blackwell Publishing, Inc. International League Against Epilepsy 49(4):564572, 2008 Amira T. Masri, 2008, Familiarity, knowledge, and attitudes towards epilepsy among attendees of a family clinic in Amman, Jordan, Neurosciences 2008; Vol. 13 Bromfield, EB, Cavazos JE, Sirven JI, 2006. An Introduction to Epilepsy editors.West Hartford (CT): American Epilepsy Society. Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2511 Christian M. Korff Douglas R. Nordli Jr., 2006. Current Pediatric Therapy, 18th ed. In:Burg DF, editor. Epilepsy. USA: Saunders. Castle GF.Fishman, 1973, LS.Seizure Pediatric Clim North Am ,20:814-835 Neligan.A and J.W. Sander 2011, Epilepsy 2011: From Science to society, UCL, Institute of Neurology, Queen Square, London. Available from:

http://www.epilepsynse.org.uk/pages/info/leaflets/explaini.cfm ( Accesed 28 Mac 2012) Notoatmodjo.S, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu perilaku, Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo.S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi revisi Jakarta: Rineka Cipta. Wahyuni, A. S. 2007. Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication. World health statistics, Annual compilation of data from 1993 who member states. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs999/en/index.html (Accesed 28 March 2012)

Anda mungkin juga menyukai