Anda di halaman 1dari 4

Nama Dosen

: Yanuar Nugroho : Drs. Sugiarto, M.Acc., MBA., Ak., CPA.

Mata Kuliah : Praktik Audit Pendidikan Profesi Akuntansi FE UII


A. PROSES BISNIS

1. Penjualan, Piutang, dan Penerimaan Kas Akun-akun utama yang terdapat dalam siklus penjualan dan penerimaan kas: 1. Penjualan 2. Retur dan Pengurangan Harga Penjualan 3. Beban piutang Tak Tertagih 4. Potongan Tunai yang Diambil 5. Piutang Usaha Dagang 6. Penyisihan Piutang Tak Tertagih 7. Kas di Bank (debit dari penerimaan kas) Ada tiga fungsi yang terkait dalam transaksi penerimaan kas, yaitu: 1. Penerimaan kas 2. Penyetoran kas ke bank 3. Pencatatan penerimaan kas 2. Pembelian, Hutang, dan Pembayaran Kas Aktivitas Pengendalian-Pembayaran Kas Pengendalian yang dapat dilakukan untuk prosedur ini adalah: a. Penggunaan cek bernomor urut. b. Penandatangan cek harus mengawasi atau mengendalikan pengiriman atau penyerahan cek kepada pemasok. c. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai, dan harus dicegah penandatanganan dan penyerahan cek yang tidak menyebutkan jumlah rupiah. d. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang dikeluarkan dengan sekumpulan voucher yang diproses untuk pembayaran. e. Penandatangan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap cek sesuai dengan voucher. f. Pengecekan independen oleh supervisor akunting atas kesesuaian jumlah yang dijurnal dan diposting, dengan ringkasan cek yang diterima dari bagian keuangan.

g. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara membandingkan secara periodik tanggal jurnal pengeluaran kas dengan tanggal pada tembusan cek. h. Pelaksanaan rekonsiliasi bank soal independen. 3. Persediaan dan Produksi Karakteristtik persediaan pada suatu usaha dapat berbeda karena perbedaan jenis usahanya. Pada perusahaan dagang, persediaan utamanya adalah persediaan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan manufaktur, persediaan yang digunakan adalah persediaan bahan baku, persediaan dalam proses, persediaan suku cadang, persediaan bahan habis pakai, dan persediaan produk jadi Siklus produksi sangat erat kaintannya dengan persediaan. Produksi dimulai dengan perencanaan produksi. Berdasarkan perencanaan produksi, perusahaan menaksir kebutuhan persediaan bahan baku dan pembantu. Setelah itu, produksi dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan baku dan pembantu tersebut. Bila produksi dijalankan, terjadi pengurangan persediaan bahan baku dan pembantu. Proses produksi menyebabkan adanya jenis persediaan baru, yaitu persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. 4. Personel dan Penggajian Siklus personalia dan penggajian meliputi penggunaan tenaga kerja dan pembayaran kesemua pegawai, tanpa memperhatikan klasifikasi atau metode penentuan kompensasi. Pegawai dapat berupa eksekutif dengan gaji tetap ditambah dengan bonus, pekerja kantor berdasarkan gaji bulanan dengan atau tanpa lembur, wiraniaga berdasarkan komisi, buruh pabrik dan pegawai serikat pekerja dibayar berdasarkan jam. Untuk memperoleh kecukupan pemisahan wewenang dan tanggung jawab, fungsi personalia dapat dipisahkan dengan penyiapan gaji dan keduanya dipisahkan dengan fungsi pengeluaran kas dari departemen operasi. Pelaksanaan pemeriksaan independen diperlukan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas yang terkait dengan siklus personalia ini seperti misalnya pemeriksaan terhadap penggunaan mesin clock card, apakah sudah diawasi dengan baik 5. Pendanaan Siklus pendanaan berkaitan dengan transaksi mengenai penghimpunan dana dari pihak lain baik sebagai setoran modal melalui penjualan saham maupun utang jangka panjang. Siklus pendanaan terhubung dengan siklus pendapatan dari penerbitan utang obligasi dan siklus pengeluaran ketika kas dikeluarkan untuk bunga obligasi, dividen,

dan penarikan kembali atau pelunasan saham atau utang obligasi dan pembelian saham masyarakat. 6. Investasi Pengujian substantif terhadap investasi ditujukan untuk: a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan investasi. b. Membuktikan asersi keberadaan saldo investasi yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan investasi dalam tahun yang diaudit. c. Membuktikan asersi kelengkapan semua unsur investasi dan semua transaksi yang berkaitan dengan investasi, membuktikan asersi kepemilikan klien atas investasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. d. Membuktikan asersi kepemlikian klien atas investasi yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penilaian investasi di neraca. e. Membuktikan kesesuaian penyajian investasi di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
B. PERTIMBANGAN LAINNYA

1. Komunikasi dengan Komite Audit Komite audit atau pihak yang secara formal ditunjuk untuk mengawasi proses pelaporan keuangan yang bertanggung jawab kepada badan yang setara dengan komite audit (seperti komite keuangan atau komite anggaran). Komunikasi dapat berbentuk lisan atau tertulis. Jika informasi dikomunikasikan secara lisan, auditor harus mendokumentasikan komunikasi tersebut dengan catatan atau memo memadai dalam kertas kerja. Bila auditor berkomunikasi dalam bentuk lisan, laporan harus menunjukan bahwa hal itu hanya dimaksudkan untuk digunakan oleh komite audit atau dewan komisaris dan jika diperlukan oleh manajemen. 2. Pelaporan Pengendalian Internal Auditor ketika menemukan persoalan yang menyangkut pengendalian intern harus dikomunikasikan kepada komite audit, karena merupakan kekurangan material dalam desain atau operasi pengendalian intern, yang berakibat buruk terhadap kemampuan organisasi tersebut dalam mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Kekurangan demikian dapat mencakup aspek lima komponen pengendalian

intern, yaitu: (a) lingkungan pengendalian, (b) penaksiran risiko, (c) aktivitas pengendalian, (d) informasi dan komunikasi, dan (e) pemantauan. Auditor mungkin juga mengidentifikasi persoalan yang menurut pertimbangannya, bukan merupakan kondisi yang dapat dilaporkan, namun auditor mungkin memutuskan untuk mengkomunikasikan persoalan demikian bagi kepentingan manajemen dan bagi penerima semestinya laporan audit lainnya. 3. Dampak Keberadaan Fungsi Audit Internal Tanggung jawab penting fungsi audit intern adalah memantau kinerja pengendalian entitas. Pada waktu auditor berusaha memahami pengendalian intern, ia harus berusaha memahami fungsi audit intern yang cukup untuk mengidentifikasi aktivitas audit intern yang relevan dengan perencanaan audit. Lingkup prosedur yang diperlukan untuk memahaminya bervariasi, tergantung atas sifat aktivitas audit intern tersebut. Pekerjaan auditor intern dapat berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup audit, termasuk: a. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat berusaha memahami pengendalian intern entitas. b. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat menetapkan risiko. c. Prosedur substantif yang dilaksanakan oleh auditor. C. LAPORAN ATAS PEMROSESAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Laporan auditor jasa atas pengendalian yang diterapkan di organisasi jasa harus membantu dalam memberikan pemahaman memadai untuk merencanakan audit di organisasi pemakai. Namun, laporan tersebut tidak dimaksudkan untuk memberikan bukti apa pun tentang efektivitas operasi pengendalian relevan yang akan memungkinkan auditor pemakai mengurangi tingkat risiko pengendalian yang telah ditentukan dibawah maksimum. Auditor pemakai dilarang mengacu ke laporan auditor jasa sebagai dasar, sebagian, untuk pendapatnya atas laporan keuangan organisasi pemakai. Laporan auditor jasa digunakan dalam audit, namun auditor jasa tidak bertanggung jawab untuk memeriksa satu pun bagian laporan keuangan untuk tanggal tertentu atau periode tertentu. Oleh karena itu, tidak terdapat pembagian tanggung jawab dalam audit atas laporan keuangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai