PEMBANGUNAN DAERAH
(STUDI PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH DAN BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAN ASET DAERAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2008-2013)
ABSTRAK
The purpose of this research is to know the target, realization and the growth of split profits income of Provincial
Taxes in Kediri, and also to know the regional needs addiction level of that acceptance and the contribution of that
income for regional development in Kediri from 2008 to 2013. The method of this research is descriptive research.
The result of this research shows that the target of provicial taxes split profit income in 2008-2011 and 2013 has
been reached, but in 2012 the target can not be reached. From 2008 to 2013, the split profits income of Provincial
Taxes in Kediri went up gradually and fell once only in 2012. Regional needs addiction level of that income
fluctuate and it’s value was 5,31% in average, from 2008 to 2013. The contribution of that income for Financial
Expenditure fluctuate and it’s value was 30,35% in average from 2008 to 2013.
Keywords: Provincial Taxes, Split Profits Income of Provincial Taxes, Regional Development
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan salah satu tujuan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
negara yang berlangsung secara terus-menerus. Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar
Pelaksanaan pembangunan membutuhkan peran Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan
serta pemerintah dan masyarakat dengan Pajak Rokok. Pendapatan Bagi Hasil Pajak
harapan pembangunan dapat mencakup seluruh Provinsi Kabupaten/Kota harus diupayakan
aspek kehidupan guna meningkatkan karena pendapatannya akan berdampak pada
kesejahteraan rakyat. Data pada APBN 2012 kemampuan pembiayaan daerah sehubungan
menunjukkan pajak memiliki kontribusi yang dengan fungsi pelaksanaan pemerintahan dan
penting dalam pelaksanaan pembangunan di pembangunan daerah.
Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Kabupaten Kediri tahun 2008 sampai dengan
Retribusi Daerah, Pajak Daerah di Indonesia 2013 menunjukkan jumlah yang besar bahkan
dibagi menjadi dua yaitu Pajak Berdasarkan lebih besar dari pada Pajak Daerah yang
pembagian tersebut dapat dilihat terbatasnya dipungut di Kabupaten Kediri (Laporan Realisasi
penguasaan basis pajak daerah dimana pajak- Anggaran Kabupaten Kediri 2008-2012).
pajak dengan pendapatan besar seperti PPh Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi yang
masih menjadi kewenangan pemerintah pusat. diterima Kabupaten Kediri dalam kurun waktu
Keterbatasan tersebut mengakibatkan daerah 2008-2013 cenderung meningkat dan hanya
mengalami kesulitan dalam pemenuhan terjadi satu kali penurunan pada tahun 2012.
kebutuhannya sehingga daerah memiliki Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Kabupaten
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Kediri tahun 2008-2013 dapat dilihat pada Tabel
dana perimbangan dari pusat (Laporan Realisasi 1.
Anggaran Kabupaten Kediri 2012). Penting bagi Tabel 1. Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
daerah untuk memaksimalkan Pajak Daerah, Kabupaten Kediri tahun 2008-2013
Retribusi Daerah maupun sumber pendapatan Tahun Jumlah (Rupiah)
daerah yang lain guna mengurangi 2008 40.741.694.943,00
2009 54.120.914.927,00
ketergantungan fiskal dari pemerintah pusat.
2010 68.129.780.768,00
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 2011 81.713.908.443,00
Tahun 2010, sumber pembiayaan daerah bukan 2012 76.741.899.280,00
hanya berasal dari Pendapatan Asli Daerah 2013 86.584.690.907,00
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten
namun terdapat sumber pembiayaan lain salah
Kediri Tahun 2008-2013
satunya adalah Bagi Hasil Pajak Daerah yang
Besarnya pendapatan Bagi Hasil Pajak
saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Provinsi yang diterima setiap tahunnya akan
Tahun 2009. Bagi Hasil Pajak Daerah yang
berdampak pada pelaksanaan pembangunan
dimaksud adalah Pajak Provinsi yang mencakup
daerah Kabupaten Kediri terlebih pada dan fungsi regulerend (mengatur). (Pudyatmoko,
pengalokasian khusus hasil pendapatan pajak 2009:16).
atau earmarking. Berdasarkan uraian latar 1. Fungsi Budgetair/Anggaran
belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau
lebih dalam mengenai target dan realisasi instrumen yang digunakan untuk
pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi, memasukkan dana sebesar-besarnya ke
pertumbuhan pendapatan Bagi Hasil Pajak dalam kas negara. Fungsi ini disebut fungsi
Provinsi, tingkat ketergantungan keuangan utama karena fungsi inilah yang secara
daerah terhadap Pendapatan Bagi Hasil Pajak historis pertama kali timbul. (Nurmantu,
Provinsi, dan kontribusi pendapatan Bagi Hasil 2003:30). Dana yang telah masuk ke dalam
Pajak Provinsi terhadap peningkatan kas negara kemudian digunakan untuk
pembangunan dalam kurun waktu yang telah membiayai pengeluaran pemerintah.
ditentukan dengan mengangkat judul “Analisis 2. Fungsi Regulerend/Mengatur
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Sebagai Pajak mempunyai fungsi mengatur dan
Upaya Peningkatan Pembangunan Daerah (Studi mengarahkan masyarakat ke arah yang
pada Dinas Pendapatan Daerah dan BPKAD dikehendaki pemerintah. Fungsi mengatur
Kabupaten Kediri tahun 2008-2013)”. ini menggunakan pajak untuk dapat
mendorong dan mengendalikan kegiatan
TINJAUAN PUSTAKA masyarakat agar sejalan dengan rencana dan
Teori Pajak keinginan pemerintah.
Pajak adalah rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat Jenis Pajak
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal Pajak dapat dilihat dari segi administratif
(kontraprestasi), yang langsung dapat juridis (Pajak Langsung Dan Pajak Tidak
ditunjukkan dan yang digunakan untuk Langsung), titik tolak pungutannya (Pajak
membayar pengeluaran umum” (Soemitro dalam Subjektif Dan Pajak Objektif), berdasarkan sifat,
Suandy, 2008: 10). dan berdasarkan kewenangan pemungutnya
Ciri-ciri atau karakteristik (Pajak Pusat dan Pajak Daerah). (Pudyatmoko,
pajak(Pudyatmoko, 2009:4) yaitu sebagai berikut: 2009 : 9-15).
1. Pajak dipungut berdasar adanya undang-
undang ataupun peraturan pelaksanaannya. Pajak Provinsi
2. Terhadap pembayaran pajak tidak ada tegen Pajak Provinsi adalah salah satu jenis Pajak
prestasi yang dapat ditunjukkan secara Daerah. Pajak Provinsi merupakan kontribusi
langsung. wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
3. Pemungutannya dapat dilakukan baik oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa
pemerintah pusat maupun pemerintah
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak
daerah sehingga ada istilah pajak pusat dan
pajak daerah. mendapatkan imbalan secara langsung dan
4. Hasil pajak digunakan untuk membiayai digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik besarnya kemakmuran rakyat dimana
pengeluaran rutin maupun pengeluaran kewenangan pemungutan ada pada Pemerintah
pembangunan, dan apabila terdapat Provinsi.
kelebihan maka sisanya digunakan untuk
public investment.
5. Di samping mempunyai fungsi sebagai alat Jenis Pajak Provinsi
untuk memasukkan dana dari rakyat ke Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
dalam kas negara (fungsi budgetair), pajak Tahun 2009, jenis Pajak Provinsi dibagi menjadi :
juga mempunyai fungsi lain, yakni fungsi 1. Pajak Kendaraan Bermotor
mengatur. 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
6. Pajak memiliki sifat yang dapat dipaksakan. 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Artinya wajib pajak yang tidak memenuhi 4. Pajak Air Permukaan
kewajiban pembayaran pajak, dapat 5. Pajak Rokok
dikenakan sanksi, baik sanksi pidana Khusus untuk pajak rokok diterapkan
maupun denda sesuai dengan ketentuan paling lambat mulai 1 Januari 2014. Pajak Air
yang berlaku.
Bawah Tanah juga merupakan jenis Pajak
Provinsi yang tetap berlaku maksimal satu tahun
Fungsi Pajak
sejak Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi
diterbitkan.
utama pajak yakni fungsi budgetair (anggaran)
Tarif Pajak Provinsi 1. Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan atas
Tarif Pajak Provinsi ditetapkan seragam di hasil perkalian dari dua unsur pokok nilai
seluruh Indonesia dan diatur oleh Peraturan jual kendaraan bermotor dan bobot yang
Pemerintah dengan tujuan tidak terjadi mencerminkan secara relatif tingkat
pemanfaatan tarif pajak yang lebih tinggi di kerusakan jalan dan atau pencemaran
daerah tertentu. Tarif Pajak Provinsi adalah lingkungan akibat penggunaan kendaraan
sebagai berikut : bermotor
1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
paling tinggi 10% (sepuluh persen) dengan dikenakan atas nilai jual kendaraan
perincian : bermotor
a. tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
kepemilikan pertama ditetapkan paling dikenakan atas nilai jual bahan bakar
tinggi sebesar 2% (dua persen) kendaraan bermotor sebelum dikenakan
b. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk Pajak Pertambahan Nilai
kendaraan bermotor pribadi 4. Pajak Air Permukaan dikenakan atas nilai
kepemilikan kedua dan seterusnya tarif perolehan air.
dapat ditetapkan secara progresif 5. Pajak Rokok dikenakan atas cukai yang
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh ditetapkan oleh pemerintah pusat terhadap
persen) rokok.
c. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk
kendaraan bermotor angkutan umum, Perhitungan Pajak Provinsi
ambulans, pemadam kebakaran, sosial Pajak yang harus dibayar dapat dihitung
keagamaan, lembaga sosial dan dengan menggunakan rumus perkalian tarif
keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, pajak dengan dasar pengenaan pajak. Cara
pemerintah daerah, dan kendaraan lain perhitungan ini digunakan untuk semua jenis
yang ditetapkan dengan peraturan Pajak Provinsi dengan dasar pengenaan pajak
daerah ditetapkan paling tinggi sebesar sesuai jenisnya masing-masing. Hasil
2% (dua persen) perhitungan ini merupakan pajak yang wajib
d. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk dibayar oleh wajib Pajak Provinsi.
kendaraan bermotor alat-alat berat dan Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar
alat-alat besar ditetapkan paling tinggi Pengenaan Pajak
sebesar 0,2% (nol koma dua persen)
2. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bagi Hasil Pajak Provinsi
(BBNKB) ditetapkan paling tinggi 20% (dua Bagi Hasil Pajak merupakan salah satu
puluh persen) dengan perincian sebagai kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan
berikut : perimbangan keuangan pusat dan daerah.
a. tarif BBNKB untuk penyerahan
Kebijakan perimbangan keuangan, sebagai
pertama ditetapkan paling tinggi
bagian dari skema desentralisasi fiskal,
sebesar 20% (dua puluh persen), dan
memiliki paling kurang dua target utama,
b. tarif BBNKB untuk penyerahan kedua
yakni mencukupkan pembiayaan daerah
dan seterusnya ditetapkan paling tinggi
dalam mengurus limpahan kewenangan
sebesar 1% (satu persen)
yang diterimanya dan memeratakan
3. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan
kemampuan/ kapasitas fiskal (fiscal capacity)
Bermotor ditetapkan paling tinggi 10%
antar daerah berdasar derajat kebutuhan
(sepuluh persen)
(fiscal need) masing-masing.
4. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan
(www.kppod.org).
paling tinggi 10% (sepuluh persen)
5. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar Pendapatan Pajak Pusat dan Pajak Daerah
sebesar 10% (sepuluh persen) (Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota)
memiliki selisih yang besar. Selisih tersebut
Dasar Pengenaan Pajak dikarenakan pemungutan jenis-jenis pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 dengan pendapatan besar masih menjadi
Tahun 2009, dasar pengenaan pajak untuk Pajak kewenangan pemerintah pusat. Sebagai upaya
Provinsi adalah sebagai berikut : untuk mengurangi ketimpangan vertikal (vertical
imbalance) yang terjadi antara pusat dan daerah,
maka dilakukan sistem bagi hasil penerimaan
pajak dan bukan pajak antara pusat dan daerah mengenai larangan merokok sesuai dengan
(Nortbertus dalam Halim dan Mujib, 2009:60). peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Pajak Provinsi setiap tahun yang
dipungut dari masing-masing Kabupaten/Kota Pembangunan Daerah
dibagihasilkan berdasarkan persentase yang Pembangunan berasal dari kata “bangun”
telah ditentukan. Persentase Bagi Hasil Pajak yang berarti sadar, siuman, bangkit, berdiri, dan
Provinsi dapat dilihat pada tabel berikut ini : juga berarti bentuk. Pembangunan merupakan
suatu arah atau rangkaian usaha pertumbuhan
Tabel 2. Pembagian Pendapatan Pajak Provinsi dan perubahan yang berencana yang dilakukan
Pemerintah
Pemerintah oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah
Provinsi
Jenis Pajak Kabupaten/ secara sadar menuju modernitas dalam rangka
Pemera Poten
Kota
taan si pembinaan bangsa (nation building) (Siagian
Pajak Kendaraan dalam Surjono dan Nugroho, 2008:2).
30% 30% 70%
Bermotor
Secara tradisional, pembangunan memiliki
Bea Balik Nama
Kendaraan 30% 30% 70% arti peningkatan yang terus menerus pada Gross
Bermotor Domestic Product atau Produk Domestik Bruto
Pajak Bahan suatu negara. Untuk daerah, makna
Bakar Kendaraan 70% 20% 80%
pembangunan yang tradisonal difokuskan pada
Bermotor
Pajak Air 50% peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
50% 50%
Permukaan 80% *) suatu provinsi, kabupaten, atau kota. (Kuncoro,
Pajak Rokok 70% 50% 50% 2004:62)
Sumber : Perda Provinsi Jawa Timur No. 9 Tahun
Seiring perkembangan jaman, pengertian
2010
pembangunan mengalami pergeseran makna
*) Khusus untuk pendapatan Pajak Air dimana pertumbuhan ekonomi tidaklah identik
Permukaan dari sumber air yang berada dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan
hanya pada 1 (satu) wilayah ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi
Kabupaten/Kota. barang dan jasa secara nasional, sedangkan
Hasil pendapatan Pajak Kendaraan pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan peningkatan pertumbuhan ekonomi (Kuncoro,
Bermotor sebesar 10%, termasuk yang 2009: 63). Pembangunan setiap negara
dibagihasilkan kepada Kabupaten/Kota, berkembang bersifat multidimensional, yakni
dialoksikan untuk pembangunan/atau pembangunan yang meliputi bidang ekonomi,
pemeliharan jalan serta peningkatan moda dan politik, dan sosial. (Surjono dan Nugroho,
sarana transportasi umum. Alokasi pendapatan 2008:2).
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Pembangunan ekonomi dewasa ini memiliki
Kendaraan Bermotor sebesar 10% diharapkan pengertian dimana pembangunan ekonomi
dapat meminimalkan terjadi kecelakaan lalu diwujudkan dalam upaya meniadakan atau
lintas yang diakibatkan karena kerusakan jalan mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan
dan sarana dan prasarana jalan. Hasil ketimpangan. Pembangunan nasional adalah
pendapatan Pajak Rokok, termasuk yang upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
dibagihasilkan kepada Kabupaten/Kota, bangsa dalam rangka mencapai tujuan
dialokasikan sebesar 50% (lima puluh persen) bernegara. Pembangunan dapat dikategorikan
untuk mendanai pelayanan kesehatan menjadi Pembangunan Fisik dan Pembangunan
masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat Non Fisik, yaitu :
berwenang. Pelayanan kesehatan masyarakat 1. Pembangunan Fisik
antara lain pembangunan/pengadaan dan Pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemeliharaan sarana dan prasarana unit Pemerintah dan Masyarakat. Pembangunan
pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang dilaksanakan Pemeruntah umumnya
yang memadai bagi perokok (smoking area), bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu
kegiatan memasyarakatkan tentang bahaya bangunan fisik ataupun lembaga yang
merokok Penegakan hukum sesuai dengan mempunai kegiatan produksi, logistik dan
kewenangan Pemerintah Pemerintah Daerah pemasaran barang dan jasa serta kegiatan lain
yang dapat dikerjasamakan dengan di bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan
pihak/instansi lain, antara lain, pemberantasan pertahanan keamanan (Muljana dalam
peredaran rokok ilegal dan penegakan aturan Pramana, 2013: 4).
2. Pembangunan Non Fisik Penelitian deskriptif dilakukan dengan cara
Pembangunan Non Fisik merupakan mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan
pembangunan sosial seperti pembangunan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang
manusia, ekonomi, kesehatan, dan sekarang ini terjadi atau ada (Pasolong, 2012: 75).
pendidikan. (Pramana, 2013:4). Penelitian deskriptif digunakan karena peneliti
akan menggambarkan hasil analisis pendapatan
Teori Kontribusi Bagi Hasil Pajak Provinsi dan kontribusinya
Kontribusi berasal dari bahasa Inggris, terhadap peningkatan pembangunan daerah.
contribute,contribution, yang berarti menyumbang Sumber data yang digunakan adalah data
atau sumbangan. Kontribusi adalah sesuatu yang sekunder. Teknik pengumpulan data
diberikan sebagai bentuk sumbangan atau menggunakan studi lapangan dokumentasi
batuan (dalam bentuk benda, tenaga, atau ide ide dengan instrumen penelitian meliputi buku
pemikiran) ; iuran berupa uang yang diberikan catatan, alat tulis, dan flashdisk.
kepada suatu perkumpulan , dan sebagainya ;
sokongan ; bantuan ; derma (Kamus Besar HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia, 2009: 488). Kontribusi Target dan Realisasi Pendapatan Bagi Hasil
pendapatan bagi hasil pajak provinsi terhadap Pajak Provinsi Kabupaten Kediri
total belanja modal sehubungan dengan
Target dan realisasi Pendapatan Bagi Hasil
pembangunan dalam penelitian ini dihitung
Pajak Provinsi Kabupaten Kediri tahun 2008-2013
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
adalah sebagai berikut :
PBHPP
x 100 % Tabel 3. Target dan Realisasi Pendapatan Bagi Hasil
Kontribusi =
Belanja Modal Pajak Provinsi Kabupaten Kediri
Tahun Target Realisasi %
Berdasarkan hasil perhitungan rumus di 2008 38.099.341.685,69 40.741.694.943,00 106,94