Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENDAPATAN BAGI HASIL PAJAK PROVINSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

PEMBANGUNAN DAERAH
(STUDI PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH DAN BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAN ASET DAERAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2008-2013)

Novia Ratna Maharani


Achmad Husaini
Sunarti
(Ps Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya,
105030400111034@mail.ub.ac.id)

ABSTRAK
The purpose of this research is to know the target, realization and the growth of split profits income of Provincial
Taxes in Kediri, and also to know the regional needs addiction level of that acceptance and the contribution of that
income for regional development in Kediri from 2008 to 2013. The method of this research is descriptive research.
The result of this research shows that the target of provicial taxes split profit income in 2008-2011 and 2013 has
been reached, but in 2012 the target can not be reached. From 2008 to 2013, the split profits income of Provincial
Taxes in Kediri went up gradually and fell once only in 2012. Regional needs addiction level of that income
fluctuate and it’s value was 5,31% in average, from 2008 to 2013. The contribution of that income for Financial
Expenditure fluctuate and it’s value was 30,35% in average from 2008 to 2013.
Keywords: Provincial Taxes, Split Profits Income of Provincial Taxes, Regional Development

PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan salah satu tujuan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
negara yang berlangsung secara terus-menerus. Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar
Pelaksanaan pembangunan membutuhkan peran Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan
serta pemerintah dan masyarakat dengan Pajak Rokok. Pendapatan Bagi Hasil Pajak
harapan pembangunan dapat mencakup seluruh Provinsi Kabupaten/Kota harus diupayakan
aspek kehidupan guna meningkatkan karena pendapatannya akan berdampak pada
kesejahteraan rakyat. Data pada APBN 2012 kemampuan pembiayaan daerah sehubungan
menunjukkan pajak memiliki kontribusi yang dengan fungsi pelaksanaan pemerintahan dan
penting dalam pelaksanaan pembangunan di pembangunan daerah.
Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Kabupaten Kediri tahun 2008 sampai dengan
Retribusi Daerah, Pajak Daerah di Indonesia 2013 menunjukkan jumlah yang besar bahkan
dibagi menjadi dua yaitu Pajak Berdasarkan lebih besar dari pada Pajak Daerah yang
pembagian tersebut dapat dilihat terbatasnya dipungut di Kabupaten Kediri (Laporan Realisasi
penguasaan basis pajak daerah dimana pajak- Anggaran Kabupaten Kediri 2008-2012).
pajak dengan pendapatan besar seperti PPh Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi yang
masih menjadi kewenangan pemerintah pusat. diterima Kabupaten Kediri dalam kurun waktu
Keterbatasan tersebut mengakibatkan daerah 2008-2013 cenderung meningkat dan hanya
mengalami kesulitan dalam pemenuhan terjadi satu kali penurunan pada tahun 2012.
kebutuhannya sehingga daerah memiliki Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Kabupaten
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Kediri tahun 2008-2013 dapat dilihat pada Tabel
dana perimbangan dari pusat (Laporan Realisasi 1.
Anggaran Kabupaten Kediri 2012). Penting bagi Tabel 1. Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
daerah untuk memaksimalkan Pajak Daerah, Kabupaten Kediri tahun 2008-2013
Retribusi Daerah maupun sumber pendapatan Tahun Jumlah (Rupiah)
daerah yang lain guna mengurangi 2008 40.741.694.943,00
2009 54.120.914.927,00
ketergantungan fiskal dari pemerintah pusat.
2010 68.129.780.768,00
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 2011 81.713.908.443,00
Tahun 2010, sumber pembiayaan daerah bukan 2012 76.741.899.280,00
hanya berasal dari Pendapatan Asli Daerah 2013 86.584.690.907,00
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten
namun terdapat sumber pembiayaan lain salah
Kediri Tahun 2008-2013
satunya adalah Bagi Hasil Pajak Daerah yang
Besarnya pendapatan Bagi Hasil Pajak
saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Provinsi yang diterima setiap tahunnya akan
Tahun 2009. Bagi Hasil Pajak Daerah yang
berdampak pada pelaksanaan pembangunan
dimaksud adalah Pajak Provinsi yang mencakup
daerah Kabupaten Kediri terlebih pada dan fungsi regulerend (mengatur). (Pudyatmoko,
pengalokasian khusus hasil pendapatan pajak 2009:16).
atau earmarking. Berdasarkan uraian latar 1. Fungsi Budgetair/Anggaran
belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau
lebih dalam mengenai target dan realisasi instrumen yang digunakan untuk
pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi, memasukkan dana sebesar-besarnya ke
pertumbuhan pendapatan Bagi Hasil Pajak dalam kas negara. Fungsi ini disebut fungsi
Provinsi, tingkat ketergantungan keuangan utama karena fungsi inilah yang secara
daerah terhadap Pendapatan Bagi Hasil Pajak historis pertama kali timbul. (Nurmantu,
Provinsi, dan kontribusi pendapatan Bagi Hasil 2003:30). Dana yang telah masuk ke dalam
Pajak Provinsi terhadap peningkatan kas negara kemudian digunakan untuk
pembangunan dalam kurun waktu yang telah membiayai pengeluaran pemerintah.
ditentukan dengan mengangkat judul “Analisis 2. Fungsi Regulerend/Mengatur
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Sebagai Pajak mempunyai fungsi mengatur dan
Upaya Peningkatan Pembangunan Daerah (Studi mengarahkan masyarakat ke arah yang
pada Dinas Pendapatan Daerah dan BPKAD dikehendaki pemerintah. Fungsi mengatur
Kabupaten Kediri tahun 2008-2013)”. ini menggunakan pajak untuk dapat
mendorong dan mengendalikan kegiatan
TINJAUAN PUSTAKA masyarakat agar sejalan dengan rencana dan
Teori Pajak keinginan pemerintah.
Pajak adalah rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat Jenis Pajak
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal Pajak dapat dilihat dari segi administratif
(kontraprestasi), yang langsung dapat juridis (Pajak Langsung Dan Pajak Tidak
ditunjukkan dan yang digunakan untuk Langsung), titik tolak pungutannya (Pajak
membayar pengeluaran umum” (Soemitro dalam Subjektif Dan Pajak Objektif), berdasarkan sifat,
Suandy, 2008: 10). dan berdasarkan kewenangan pemungutnya
Ciri-ciri atau karakteristik (Pajak Pusat dan Pajak Daerah). (Pudyatmoko,
pajak(Pudyatmoko, 2009:4) yaitu sebagai berikut: 2009 : 9-15).
1. Pajak dipungut berdasar adanya undang-
undang ataupun peraturan pelaksanaannya. Pajak Provinsi
2. Terhadap pembayaran pajak tidak ada tegen Pajak Provinsi adalah salah satu jenis Pajak
prestasi yang dapat ditunjukkan secara Daerah. Pajak Provinsi merupakan kontribusi
langsung. wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
3. Pemungutannya dapat dilakukan baik oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa
pemerintah pusat maupun pemerintah
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak
daerah sehingga ada istilah pajak pusat dan
pajak daerah. mendapatkan imbalan secara langsung dan
4. Hasil pajak digunakan untuk membiayai digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik besarnya kemakmuran rakyat dimana
pengeluaran rutin maupun pengeluaran kewenangan pemungutan ada pada Pemerintah
pembangunan, dan apabila terdapat Provinsi.
kelebihan maka sisanya digunakan untuk
public investment.
5. Di samping mempunyai fungsi sebagai alat Jenis Pajak Provinsi
untuk memasukkan dana dari rakyat ke Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
dalam kas negara (fungsi budgetair), pajak Tahun 2009, jenis Pajak Provinsi dibagi menjadi :
juga mempunyai fungsi lain, yakni fungsi 1. Pajak Kendaraan Bermotor
mengatur. 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
6. Pajak memiliki sifat yang dapat dipaksakan. 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Artinya wajib pajak yang tidak memenuhi 4. Pajak Air Permukaan
kewajiban pembayaran pajak, dapat 5. Pajak Rokok
dikenakan sanksi, baik sanksi pidana Khusus untuk pajak rokok diterapkan
maupun denda sesuai dengan ketentuan paling lambat mulai 1 Januari 2014. Pajak Air
yang berlaku.
Bawah Tanah juga merupakan jenis Pajak
Provinsi yang tetap berlaku maksimal satu tahun
Fungsi Pajak
sejak Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi
diterbitkan.
utama pajak yakni fungsi budgetair (anggaran)
Tarif Pajak Provinsi 1. Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan atas
Tarif Pajak Provinsi ditetapkan seragam di hasil perkalian dari dua unsur pokok nilai
seluruh Indonesia dan diatur oleh Peraturan jual kendaraan bermotor dan bobot yang
Pemerintah dengan tujuan tidak terjadi mencerminkan secara relatif tingkat
pemanfaatan tarif pajak yang lebih tinggi di kerusakan jalan dan atau pencemaran
daerah tertentu. Tarif Pajak Provinsi adalah lingkungan akibat penggunaan kendaraan
sebagai berikut : bermotor
1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
paling tinggi 10% (sepuluh persen) dengan dikenakan atas nilai jual kendaraan
perincian : bermotor
a. tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
kepemilikan pertama ditetapkan paling dikenakan atas nilai jual bahan bakar
tinggi sebesar 2% (dua persen) kendaraan bermotor sebelum dikenakan
b. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk Pajak Pertambahan Nilai
kendaraan bermotor pribadi 4. Pajak Air Permukaan dikenakan atas nilai
kepemilikan kedua dan seterusnya tarif perolehan air.
dapat ditetapkan secara progresif 5. Pajak Rokok dikenakan atas cukai yang
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh ditetapkan oleh pemerintah pusat terhadap
persen) rokok.
c. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk
kendaraan bermotor angkutan umum, Perhitungan Pajak Provinsi
ambulans, pemadam kebakaran, sosial Pajak yang harus dibayar dapat dihitung
keagamaan, lembaga sosial dan dengan menggunakan rumus perkalian tarif
keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, pajak dengan dasar pengenaan pajak. Cara
pemerintah daerah, dan kendaraan lain perhitungan ini digunakan untuk semua jenis
yang ditetapkan dengan peraturan Pajak Provinsi dengan dasar pengenaan pajak
daerah ditetapkan paling tinggi sebesar sesuai jenisnya masing-masing. Hasil
2% (dua persen) perhitungan ini merupakan pajak yang wajib
d. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk dibayar oleh wajib Pajak Provinsi.
kendaraan bermotor alat-alat berat dan Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar
alat-alat besar ditetapkan paling tinggi Pengenaan Pajak
sebesar 0,2% (nol koma dua persen)
2. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bagi Hasil Pajak Provinsi
(BBNKB) ditetapkan paling tinggi 20% (dua Bagi Hasil Pajak merupakan salah satu
puluh persen) dengan perincian sebagai kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan
berikut : perimbangan keuangan pusat dan daerah.
a. tarif BBNKB untuk penyerahan
Kebijakan perimbangan keuangan, sebagai
pertama ditetapkan paling tinggi
bagian dari skema desentralisasi fiskal,
sebesar 20% (dua puluh persen), dan
memiliki paling kurang dua target utama,
b. tarif BBNKB untuk penyerahan kedua
yakni mencukupkan pembiayaan daerah
dan seterusnya ditetapkan paling tinggi
dalam mengurus limpahan kewenangan
sebesar 1% (satu persen)
yang diterimanya dan memeratakan
3. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan
kemampuan/ kapasitas fiskal (fiscal capacity)
Bermotor ditetapkan paling tinggi 10%
antar daerah berdasar derajat kebutuhan
(sepuluh persen)
(fiscal need) masing-masing.
4. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan
(www.kppod.org).
paling tinggi 10% (sepuluh persen)
5. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar Pendapatan Pajak Pusat dan Pajak Daerah
sebesar 10% (sepuluh persen) (Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota)
memiliki selisih yang besar. Selisih tersebut
Dasar Pengenaan Pajak dikarenakan pemungutan jenis-jenis pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 dengan pendapatan besar masih menjadi
Tahun 2009, dasar pengenaan pajak untuk Pajak kewenangan pemerintah pusat. Sebagai upaya
Provinsi adalah sebagai berikut : untuk mengurangi ketimpangan vertikal (vertical
imbalance) yang terjadi antara pusat dan daerah,
maka dilakukan sistem bagi hasil penerimaan
pajak dan bukan pajak antara pusat dan daerah mengenai larangan merokok sesuai dengan
(Nortbertus dalam Halim dan Mujib, 2009:60). peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Pajak Provinsi setiap tahun yang
dipungut dari masing-masing Kabupaten/Kota Pembangunan Daerah
dibagihasilkan berdasarkan persentase yang Pembangunan berasal dari kata “bangun”
telah ditentukan. Persentase Bagi Hasil Pajak yang berarti sadar, siuman, bangkit, berdiri, dan
Provinsi dapat dilihat pada tabel berikut ini : juga berarti bentuk. Pembangunan merupakan
suatu arah atau rangkaian usaha pertumbuhan
Tabel 2. Pembagian Pendapatan Pajak Provinsi dan perubahan yang berencana yang dilakukan
Pemerintah
Pemerintah oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah
Provinsi
Jenis Pajak Kabupaten/ secara sadar menuju modernitas dalam rangka
Pemera Poten
Kota
taan si pembinaan bangsa (nation building) (Siagian
Pajak Kendaraan dalam Surjono dan Nugroho, 2008:2).
30% 30% 70%
Bermotor
Secara tradisional, pembangunan memiliki
Bea Balik Nama
Kendaraan 30% 30% 70% arti peningkatan yang terus menerus pada Gross
Bermotor Domestic Product atau Produk Domestik Bruto
Pajak Bahan suatu negara. Untuk daerah, makna
Bakar Kendaraan 70% 20% 80%
pembangunan yang tradisonal difokuskan pada
Bermotor
Pajak Air 50% peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
50% 50%
Permukaan 80% *) suatu provinsi, kabupaten, atau kota. (Kuncoro,
Pajak Rokok 70% 50% 50% 2004:62)
Sumber : Perda Provinsi Jawa Timur No. 9 Tahun
Seiring perkembangan jaman, pengertian
2010
pembangunan mengalami pergeseran makna
*) Khusus untuk pendapatan Pajak Air dimana pertumbuhan ekonomi tidaklah identik
Permukaan dari sumber air yang berada dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan
hanya pada 1 (satu) wilayah ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi
Kabupaten/Kota. barang dan jasa secara nasional, sedangkan
Hasil pendapatan Pajak Kendaraan pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan peningkatan pertumbuhan ekonomi (Kuncoro,
Bermotor sebesar 10%, termasuk yang 2009: 63). Pembangunan setiap negara
dibagihasilkan kepada Kabupaten/Kota, berkembang bersifat multidimensional, yakni
dialoksikan untuk pembangunan/atau pembangunan yang meliputi bidang ekonomi,
pemeliharan jalan serta peningkatan moda dan politik, dan sosial. (Surjono dan Nugroho,
sarana transportasi umum. Alokasi pendapatan 2008:2).
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Pembangunan ekonomi dewasa ini memiliki
Kendaraan Bermotor sebesar 10% diharapkan pengertian dimana pembangunan ekonomi
dapat meminimalkan terjadi kecelakaan lalu diwujudkan dalam upaya meniadakan atau
lintas yang diakibatkan karena kerusakan jalan mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan
dan sarana dan prasarana jalan. Hasil ketimpangan. Pembangunan nasional adalah
pendapatan Pajak Rokok, termasuk yang upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
dibagihasilkan kepada Kabupaten/Kota, bangsa dalam rangka mencapai tujuan
dialokasikan sebesar 50% (lima puluh persen) bernegara. Pembangunan dapat dikategorikan
untuk mendanai pelayanan kesehatan menjadi Pembangunan Fisik dan Pembangunan
masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat Non Fisik, yaitu :
berwenang. Pelayanan kesehatan masyarakat 1. Pembangunan Fisik
antara lain pembangunan/pengadaan dan Pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemeliharaan sarana dan prasarana unit Pemerintah dan Masyarakat. Pembangunan
pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang dilaksanakan Pemeruntah umumnya
yang memadai bagi perokok (smoking area), bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu
kegiatan memasyarakatkan tentang bahaya bangunan fisik ataupun lembaga yang
merokok Penegakan hukum sesuai dengan mempunai kegiatan produksi, logistik dan
kewenangan Pemerintah Pemerintah Daerah pemasaran barang dan jasa serta kegiatan lain
yang dapat dikerjasamakan dengan di bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan
pihak/instansi lain, antara lain, pemberantasan pertahanan keamanan (Muljana dalam
peredaran rokok ilegal dan penegakan aturan Pramana, 2013: 4).
2. Pembangunan Non Fisik Penelitian deskriptif dilakukan dengan cara
Pembangunan Non Fisik merupakan mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan
pembangunan sosial seperti pembangunan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang
manusia, ekonomi, kesehatan, dan sekarang ini terjadi atau ada (Pasolong, 2012: 75).
pendidikan. (Pramana, 2013:4). Penelitian deskriptif digunakan karena peneliti
akan menggambarkan hasil analisis pendapatan
Teori Kontribusi Bagi Hasil Pajak Provinsi dan kontribusinya
Kontribusi berasal dari bahasa Inggris, terhadap peningkatan pembangunan daerah.
contribute,contribution, yang berarti menyumbang Sumber data yang digunakan adalah data
atau sumbangan. Kontribusi adalah sesuatu yang sekunder. Teknik pengumpulan data
diberikan sebagai bentuk sumbangan atau menggunakan studi lapangan dokumentasi
batuan (dalam bentuk benda, tenaga, atau ide ide dengan instrumen penelitian meliputi buku
pemikiran) ; iuran berupa uang yang diberikan catatan, alat tulis, dan flashdisk.
kepada suatu perkumpulan , dan sebagainya ;
sokongan ; bantuan ; derma (Kamus Besar HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia, 2009: 488). Kontribusi Target dan Realisasi Pendapatan Bagi Hasil
pendapatan bagi hasil pajak provinsi terhadap Pajak Provinsi Kabupaten Kediri
total belanja modal sehubungan dengan
Target dan realisasi Pendapatan Bagi Hasil
pembangunan dalam penelitian ini dihitung
Pajak Provinsi Kabupaten Kediri tahun 2008-2013
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
adalah sebagai berikut :
PBHPP
x 100 % Tabel 3. Target dan Realisasi Pendapatan Bagi Hasil
Kontribusi =
Belanja Modal Pajak Provinsi Kabupaten Kediri
Tahun Target Realisasi %
Berdasarkan hasil perhitungan rumus di 2008 38.099.341.685,69 40.741.694.943,00 106,94

atas dapat diketahui besarnya kontribusi 2009 47.168.972.866,53 54.120.914.927,00 114,74


2010 58.243.348.830,00 68.129.780.768,00 116,97
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi (PBHPP)
2011 72.520.463.464,00 81.713.908.443,00 112,68
terhadap belanja modal dalam bentuk persentase
2012 77.500.471.637,00 76.741.879.280,00 99,02
setiap tahunnya (2008-2013) sehingga dapat
2013 74.895.164.601,00 86.764.936.228,00 115,85
dilihat terjadinya peningkatan atau penurunan
kontribusi terhadap belanja modal sehubungan
Tahun 2008 pendapatan Bagi Hasil Pajak
dengan pelaksanaan pembangunan daerah.
Provinsi mencapai Rp 40.741.694.943 atau
Kerangka Pemikiran 106,94% dari target. Pada tahun 2009 pendapatan
Bagi Hasil Pajak Provinsi meningkat menjadi Rp
Pajak Provinsi
54.120.914.927 atau 114,74% dari target yang
Dibagihasilkan ditetapkan. Pendapatan tahun 2010 lebih besar
dibandingkan dengan tahun 2009, yaitu Rp
Kabupaten/Kota Provinsi 68.129.780.768 atau mencapai 116,97% dari target
pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi tahun
Pemerataan Potensi 2010. Pada tahun 2011 peningkatan pendapatan
kembali terjadi yaitu sebesar Rp 81.713.908.443
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
dengan persentase realisasi 112,68%. Persentase
realisasi tahun 2012 hanya mencapai Rp
Pendapatan Daerah
76.741.879.280 atau 99,02%. Realisasi pendapatan
yang melebihi target kembali terjadi pada tahun
Pembangunan Daerah
2013 sebesar Rp 86.584.690.907 atau 115% dari
Gambar 1. Kerangka Pemikiran target. Kenaikan dan penurunan bagi hasil yang
mempengaruhi tercapainya target disebabkan
METODE PENELITIAN perubahan pendapatan Pajak Provinsi di
Metode penelitian yang digunakan adalah Kabupaten Kediri.
penelitian deskriptif. Penelitian Deskriptif
(descriptive research) adalah jenis penelitian yang Pertumbuhan Pendapatan Bagi Hasil Pajak
memberikan gambaran atau uraian atas suatu Provinsi Kabupaten Kediri
keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2004: 105). Kabupaten Kediri tahun 2008-2009 mengalami
pertumbuhan positif sebesar 32,84 %. Kontribusi Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pertumbuhan positif kembali terjadi pada tahun Provinsi terhadap Pembangunan Daerah di
2009-2010 sebesar 25,76 % dan tahun 2010-2011 Kabupaten Kediri
sebesar 19,94 %. Pada tahun 2011-2012 terjadi Kontribusi Pendapatan Bagi Hasil Pajak
pertumbuhan negatif sebesar -6,08 %. Tahun Provinsi (PBHPP) terhadap Pembangunan
2012-2013 pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Daerah digambarkan melalui perhitungan
Kabupaten Kediri kembali mengalami kontribusi pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
pertumbuhan positif sebesar 12,82%. terhadap Total Belanja Modal (TBM) karena
Pertumbuhan positif terjadi karena adanya Belanja Modalmerupakanpengeluaran anggaran
peningkatan pendapatan Bagi Hasil Pajak untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang
Provinsi dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan memberi manfaat lebih dari satu periode
negatif terjadi karena adanya penurunan akuntansi dalam rangka pelaksanaan
pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi pembangunan fisik daerah.
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kontribusi pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pertumbuhan pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi tahun 2008 berkontribusi sebesar 23,48
Provinsi Kabupaten Kediri dalam kurun waktu % terhadap total belanja modal. Persentase
2008 sampai dengan 2013 dapat diketahui tersebut turun menjadi 21,35 % pada tahun 2009.
dengan analisis perhitungan berikut ini: Pada tahun 2010 persentase kontribusi
meningkat signifikan menjadi 46,05 %. Namun
Tabel 4. Pertumbuhan Pendapatan Bagi Hasil
pada tahun 2011 dan 2012 kembali terjadi
Pajak Provinsi tahun 2008-2013
penurunan masing-masing sebesar 36,15% dan
Tahun Pertumbuhan
25,45%. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan
2008-2009 32,84 %
persentase kontribusi menjadi 29,62%.
2009-2010 25,88 %
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
2010-2011 19,94 %
2011-2012 -6, 08 % memberikan kontribusi pada Belanja Modal
2012-2013 12,82 % Kabupaten Kediri rata-rata sebesar 30,35%.
Realisasi Belanja Modal Kabupaten Kediri dalam
Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah kurun waktu 2008-2013 tercermin pada
Kabupaten Kediri terhadap Pendapatan Bagi pembangunan-pembangunan fisik yang
Hasil Pajak Provinsi dilakukan Kabupaten Kediri. Pelaksanaan
Analisis perhitungan ini dilakukan untuk earmarking atau pengalokasian khusus dalam
mengetahui tingkat ketergantungan (TK) rangka peningkatan pembangunan berdasarkan
keuangan Kabupaten Kediri terhadap penjelasan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi. Semakin 2010 sampai saat ini belum terealisasi karena
tinggi hasil perhitungan menunjukkan semakin pengeluaran Belanja Modal selama ini tidak
tinggi ketergantungan keuangan daerah dikhususkan dari mana sumber pendapatannya
terhadap pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi. sehingga tidak dapat diketahui berapa besar
tingkat pembangunan/atau pemeliharaan jalan
Tabel 5.Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah
terhadap Pendapatan Bagi Hasil Pajak
serta peningkatan moda dan sarana transportasi
Provinsi umum yang dibiayai dari alokasi hasil
Realisasi PBHPP pendapatan Bagi Hasil Pajak Kendaraan
Tahun Realisasi TPD (Rp) % TK
(Rp) Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
2008 40.741.694.943,00 872.153.456.267,62 4,67 Bermotor yang diterima Kabupaten Kediri.
2009 54.120.914.927,00 1.011.572.554.086,44 5,35
Berikut tabel perhitungan kontribusi Pendapatan
2010 68.129.780.768,00 1.155.662.208.126,91 5,89
Bagi Hasil Pajak Provinsi terhadap
2011 81.713.908.443,00 1.302.740.679.758,38 6,27
Pembangunan Daerah Kabupaten Kediri :
2012 76.741.899.280,00 1.589.917.964.300,19 4, 83
2013 86.584.690.907,00 1.782.550.869.959,02 4,86

Berdasarkan tabel di atas, tingkat


ketergantungan keuangan daerah Kabupaten
Kediri terhadap Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Provinsi bersifat fluktuatif karena total
pendapatan daerah meningkat secara terus
menerus sedangkan realisasi Bagi Hasil Pajak
Provinsi berfluktuatif.
Tabel 6. Kontribusi Pendapatan Bagi Hasil Pajak terbesar adalah Bea Balik Nama Kendaraan
Provinsi terhadap Pembangunan Daerah Bermotor. Apabila dilihat dari rata-rata
%
Realisasi PBHPP Realisasi TBM realisasi, maka rata-rata realisasi terbesar
Tahun Kontri
(Rp) (Rp) dalam kurun waktu lima tahun adalah
busi
2008 40.741.694.943,00 173.492.108.270,51 23,48 realisasi Pajak Kendaraan Bermotor yang
2009 54.120.914.927,00 253.519.776.445,00 21,35 mencapai 117,84%. Selanjutnya Bea Balik
2010 68.129.780.768,00 147.903.177.747,86 46,05 Nama Kendaraan Bermotor sebesar 116,006%,
2011 81.713.908.443,00 226.071.951.149,00 36,15 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
2012 76.741.899.280,00 301.492.494.699,31 25,45 Permukaan sebesar 109,806%, dan Pajak
2013 86.584.690.907,00 292.282.260.615,22 29,62 Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar
104,686% sedangkan Pajak Pengambilan dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemanfaatan Air Bawah Tanah mempunyai
Kesimpulan
rata-rata realisasi sebesar 103,01% dalam
Berdasarkan analisis pendapatan Bagi Hasil
kurun waktu dua tahun (2009-2010). Rata-rata
Pajak Provinsi dalam penelitian ini, maka
realisasi semua jenis Pajak Provinsi yang
kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan
dibagihasilkan ke Kabupaten Kediri melebihi
permasalahan yang ada adalah sebagai berikut :
target.
1. Realisasi pendapatan Bagi Hasil Pajak
3. Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
Provinsi tahun 2008 sampai dengan tahun
Kabupaten Kediri tahun 2009 mengalami
2011 dan tahun 2013 melampaui target awal
pertumbuhan positif sebesar 32,84 %.
yang telah ditetapkan sedangkan tahun 2012
Pertumbuhan positif kembali terjadi pada
tidak memenuhi target yang ditentukan.
tahun 2010 sebesar 25,76 % dan tahun 2011
Tahun 2008 pendapatan Bagi Hasil Pajak
sebesar 19,94 %. Pada tahun 2011 terjadi
Provinsi mencapai Rp 40.741.694.943 atau
pertumbuhan negatif sebesar -6,08 %. Tahun
106,94% dari target. Pada tahun 2009
2013 pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
Kabupaten Kediri kembali mengalami
meningkat menjadi Rp 54.120.914.927 atau
pertumbuhan positif sebesar 12,82%.
114,74% dari target yang ditetapkan.
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
Pendapatan tahun 2010 lebih besar
Kabupaten Kediri dalam kurun waktu 2008-
dibandingkan dengan tahun 2009, yaitu Rp
2013 cenderung mengalami pertumbuhan
68.129.780.768 atau mencapai 116,97% dari
positif dengan satu kali pertumbuhan negatif
target pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
pada tahun 2012. Pertumbuhan positif terjadi
tahun 2010. Pada tahun 2011 peningkatan
karena adanya peningkatan pendapatan Bagi
pendapatan kembali terjadi yaitu sebesar Rp
Hasil Pajak Provinsi dari tahun sebelumnya.
81.713.908.443 dengan persentase realisasi
Pertumbuhan negatif terjadi karena adanya
112,68%. Persentase realisasi tahun 2012
penurunan pendapatan Bagi Hasil Pajak
hanya mencapai Rp 76.741.879.280 atau
Provinsi dibandingkan dengan tahun
99,02%. Realisasi pendapatan yang melebihi
sebelumnya.
target kembali terjadi pada tahun 2013 sebesar
4. Tingkat ketergantungan keuangan daerah
Rp 86.584.690.907 atau 115% dari target.
Kabupaten Kediri terhadap pendapatan Bagi
Kenaikan dan penurunan bagi hasil yang
Hasil Pajak Provinsi bersifat fluktuatif dalam
mempengaruhi tercapainya target disebabkan
kurun waktu 2008-2013. Fluktuasi tersebut
perubahan pendapatan Pajak Provinsi di
terjadi karena peningkatan total pendapatan
Kabupaten Kediri dan kabupaten atau kota
daerah secara terus menerus dalam kurun
lain di Jawa Timur karena hasil pendapatan
waktu 2008-2013 sedangkan realisasi Bagi
dari kabupaten/kota lain masuk dalam
Hasil Pajak Provinsi mengalami peningkatan
perhitungan Bagi Hasil Pajak Provinsi sesuai
dan penurunan dalam kurun waktu 2008-
Peraturan Daerah yang berlaku.
2013. Pada tahun 2008 tingkat ketergantungan
2. Berdasarkan realisasi bagi hasil masing-
sebesar 4,67 %. Nilai tersebut meningkat
masing jenis Pajak Provinsi yang dipungut
menjadi 5,35 % pada tahun 2009 dan 5,89 %
sesuai Undang-Undang, realisasi Pajak Bahan
pada tahun 2010. Peningkatan kembali terjadi
Bakar Kendaraan Bermotor menjadi jenis
pada tahun 2011 dengan tingkat
pajak dengan realisasi terbesar pada tahun
ketergantungan mencapai 6,27 %. Tingkat
2009, 2010, dan 2013 sedangkan untuk tahun
ketergantungan keuangan daerah terhadap
2011 realisasi terbesar adalah Pajak
pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi turun
Kendaraan Bermotor dan tahun 2012 realisasi
pada tahun 2012 menjadi 4,83 %. Pada tahun Kediri perlu mengusulkan kepada
2013 tingkat ketergantungan sedikit Pemerintah Provinsi untuk mengetahui atau
meningkat dan mencapai 4,86 %. Rata-rata mempunyai rincian perhitungan Bagi Hasil
Pajak Provinsi yang diterima setiap tahun.
tingkat ketergantungan keuangan daerah
Rincian perhitungan tersebut akan berguna
terhadap pendapatan Bagi Hasil Pajak
sebagai bahan evaluasi pendapatan Bagi Hasil
Provinsi dalam kurun waktu 2008-2013 Pajak Provinsi apabila dibutuhkan sewaktu-
adalah sebesar 5,31%. waktu sehingga transparansi terhadap
5. Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi transfer Pemerintah Provinsi ke Daerah akan
mempunyai peranan dalam pelaksanaan dan semakin baik.
peningkatan pembangunan daerah. 2. Pelaksanaan earmarking atau pengalokasian
khusus dari pendapatan bagi hasil beberapa
Perhitungan kontribusi realisasi Bagi Hasil
jenis Pajak Provinsi seperti Pajak Kendaraan
Pajak Provinsi terhadap Total Belanja Modal Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
menghasilkan angka yang fluktuatif. Bermotor sebaiknya segera direalisasikan
Peningkatan dan penurunan kotribusi terjadi sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi
karena realisasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2010. Karena
Provinsi maupun Total Belanja Modal bersifat selama ini seluruh pelaksanaan
pembangunan/atau pemeliharaan jalan serta
fluktuatif dalam kurun waktu 2008-2013.
peningkatan moda dan sarana transportasi
Kontribusi pendapatan Bagi Hasil Pajak
umum dibiayai dari Total Pendapatan Daerah
Provinsi tahun 2008 berkontribusi sebesar tidak secara khusus dialokasikan dari
23,48 % terhadap total belanja modal. pendapatan Bagi Hasil Pajak Kendaraan
Persentase tersebut turun menjadi 21,35 % Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
pada tahun 2009. Pada tahun 2010 persentase Bermotor. Apalagi Pajak Rokok akan
kontribusi meningkat signifikan menjadi 46,05 diberlakukan mulai 1 Januari 2014 dimana
pendapatannya baik bagian provinsi maupun
%. Namun pada tahun 2011 dan 2012 kembali
bagian kabupaten/kota dialokasikan paling
terjadi penurunan masing-masing sebesar
sedikit 50% untuk membiayai pelayanan
36,15% dan 25,45%. Pada tahun 2013 terjadi kesehatan masyarakat dan penegakan hukum
peningkatan persentase kontribusi menjadi oleh aparat yang berwenang. Pelaksanaan
29,62%. Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi earmarking yang segera direalisasikan
memberikan kontribusi pada Belanja Modal diharapkan secara nyata dan terkonsentrasi
Kabupaten Kediri rata-rata sebesar 30,35%. dapat mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan kendaraan bermotor maupun
Realisasi Belanja Modal Kabupaten Kediri
rokok dan meperbaiki atau meningkatkan
dalam kurun waktu 2008-2013 tercermin pada pembangunan sesuai peraturan yang berlaku.
pembangunan-pembangunan fisik yang 3. Pemerintah Kabupaten Kediri sebaiknya
dilakukan Kabupaten Kediri. Pelaksanaan mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi
earmarking atau pengalokasian khusus dalam untuk bersama-sama melakukan evaluasi
rangka peningkatan pembangunan maupun pembahasan secara berkala
mengenai peraturan-peraturan tentang Dana
berdasarkan penjelasan Peraturan Daerah
Bagi Hasil Pajak Provinsi mengingat keadaan
Nomor 9 Tahun 2010 sampai saat ini belum
ekonomi masyarakat dan Objek Pajak
terealisasi karena pengeluaran Belanja Modal Provinsi yang berubah setiap tahun serta
selama ini tidak dikhususkan dari mana semakin meningkatnya kebutuhan Daerah.
sumber pendapatannya sehingga tidak dapat Evaluasi tersebut diharapkan dapat
diketahui berapa besar tingkat menjadikan peraturan yang berlaku sesuai
pembangunan/atau pemeliharaan jalan serta dengan keadaan ekonomi masyarakat
sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-
peningkatan moda dan sarana transportasi
besarnya bagi Pemerintah Daerah maupun
umum yang dibiayai dari alokasi hasil
Pemerintah Provinsi.
pendapatan Bagi Hasil Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan DAFTAR PUSTAKA
Bermotor yang diterima Kabupaten Kediri.
2010. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010.
Tentang Pajak Daerah.
Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan
2009. Undang-Undang No. 28. 2009. Tentang
hasil kesimpulan yang telah diperoleh, maka
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut : Kountur, R. (2004). Metode Penelitian Untuk
1. Berdasarkan besarnya pendapatan Bagi Hasil
Penulisan Skripsi dan
Pajak Provinsi, maka Pemerintah Kabupaten
Tesis.Jakarta:CV.Teruna Grafica.
KPPOD.(2013).”Kajian Perda Provinsi Bali: Tentang
Bagi Hasil Pajak Provinsi kepadaKab./Kota”,
diaksespada Tanggal 13 November 2013
darihttp://www.kppod.org/datapdf/
kajianprda/Prov_Bali_Perda_Bagi_Hasil_
Pajak.pdf`

Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan


Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi,
dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Nortbertus. (2009). Hubungan Keuangan


Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dalam A. Halim, & I. Mujib, Problem
Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan
Pemerintahan Pusat- Daerah: Peluang
dan Tantangan dalam Pengelolaan
Sumber Daya Daerah. Yogyakarta:
Sekolah Pasca Sarjana UGM.

Pasolong, H. 2012. Metode


PenelitianAdministrasi
Publik.Bandung:Alfabeta.

Phoenix, P. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia:


edisi revisi. Jakarta : PT. Media Pustaka
Phoenix.

Pramana, G. (2013). Pembangunan fisik dan non


fisik: pembangunan fisik dan non fisik
di Desa Badak Mekar Kecamatan
Muara Badak Kabupaten Kutai
Kartanegara. Ejurnal Administrasi
Negara, Volume 1 nomor 2, pp 584-598.

Pudyatmoko , S.Y. (2009). Pengantar Hukum


Pajak: edisi revisi. Yogyakarta: CV.
Andi.

Suandy, E. (2008). Hukum Pajak: edisi 4. Jakarta:


Salemba Empat.

Surjono. A. dan Nugroho.T. (2008). Paradigma


Model, Pendekatan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat di Era Otonomi
Daerah. Malang: Bayu Media
Publishing dan Lembaga Penerbitan dan
Dokumentasi FIA-Unibraw.

Anda mungkin juga menyukai