Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

IDENTITAS PASIEN 1. Nama pasien 2. Alamat Banjarmasin 3. Umur 4. Jenis kelamin 5. Suku/Bangsa 6. Agama 7. Status perkawinan 8. Pendidikan 9. Pekerjaan : Islam : Cerai : SD : Tidak bekerja : 30 th (16 Juli 1983) : Laki-laki : Banjar/Indonesia : : Tn. S Jl. Pembantanan RT 02 Kec. Sei tabuk

10. Penanggung jawab pasien : Tn. Ramli 11. Hubungan dengan pasien 12. Alamat 13. Pekerjaan/pendidikan 14. No. Rekam Medik 15. Masuk Rumah sakit 16. Tanggal pemeriksaan 17. Tanggal penyajian : Kakak Ipar : Jl. Pembantanan RT 02 Kec. Sei tabuk Banjarmasin : Pedagang/ SMA : 013516 : 8 Juli 2013 : 8 Juli 2013 : 13 Juli 2013

II. RIWAYAT PSIKIATRIK Alloanamnesa tanggal 8 Juli 2013 jam 19.00 WITA dengan Tn Ramli (kakak ipar) dan Amrullah (adik kandung) dan autoanamnesa dengan pasien jam 19.30 WITA di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum.

A. KELUHAN UTAMA Mengamuk sehingga menakuti orang-orang sekitar dengan membawa parang. KELUHAN TAMBAHAN OS tidak bisa tidur malam Suka tertawa sendiri tanpa alasan jelas Mendengar bisikan orang yang menyuruhnya bekerja

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Alloanamnesis Satu bulan sebelumnya pasien diam saja dan tidak mengamuk, lalu 3 hari SMRS pasien mengamuk dengan membawa parang. Pasien mengamuk dan hendak melukai sepupunya di depan rumahnya. Tapi sepupu pasien tidak terluka sebab pasien sempat ditangkap warga yang ada di sekitar rumah pasien. Sasaran kedua adalah adik pasien, adik pasien yang sedang tidur sempat terbangun dan menghindar namun terluka sayatan di tangan kiri sekitar 4 cm. Selanjutnya pasien mengamuk dan

hendak memukul/ melempar kakak ipar dengan pecahan gelas/kaca tapi kakak ipar pasien tidak terluka.

Pasien sudah bercerai dengan istrinya sejak 2 tahun yang lalu. Alasan perceraian karena pasien bersikap kasar terhadap istri (mencelupkan kepala istrinya ke dalam sungai) dengan alasan istri menolak keinginan pasien untuk menjual kendaraan roda dua. Satu tahun yang lalu menurut keluarga pasien, pasien sering tertawa-tawa sendiri tanpa alasan yang jelas, ketika ditanya kenapa oleh keluarga pasien diam saja dan tidak mau menjawab. Pasien juga pernah berbicara sendiri dan dikatakan mendengar bisikan yang menyuruhnya bekerja jika ingin hidup nyaman. Terkadang juga pasien mengeluhkan melihat sekelebatan bayangan namun pasien tidak tau persis bentuk dari bayangan tersebut. Sebelumnya pasien juga pernah mengamuk dan berusaha menghancurkan dinding rumah. Sekarang pasien dijauhi oleh tetangga di sekitar rumah pasien karena suka mengamuk Pasien pernah dibawa ke RSJ Sambang Lihum dengan keluhan yang sama sekitar 4 bulan yang lalu. Pasien dirawat jalan dan putus obat karena pasien beralasan obat mengandung bahan kimia yang berbahaya dan dapat meracuni dirinya dan membuatnya meninggal. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien tidak pernah tidur malam semenjak bercerai dengan istri. Pasien sempat ingin rujuk dengan istrinya hingga rela tidur di teras rumah orang tua mantan istri untuk membujuk istrinya agar mau rujuk. Tapi istri pasien menolak karena trauma dengan perlakuan kasar pasien. Dahulu pasien merupakan seorang yang pendiam. Pasien dahulu bekerja sebagai supir angkot tapi setelah sakit pasien tidak bekerja lagi. Dahulu pasien sempat ingin menjual tanah dan uangnya untuk membuat SIM, tapi hal tersebut tidak terlaksana. Pasien mudah teringgung jika diungkit masalah keuangan dan hubungannya dengan

istri. Pasien sempat mengenyam pendidikan hingga SD, ketika duduk di bangku SMP pasien berhenti bersekolah atas keinginan pasien sendiri. Menurut keluarga, pasien sebenarnya masih bisa menerima pelajaran di sekolah. Pasien adalah perokok berat hingga 2 bungkus perhari, tidak pernah mengonsumsi alkohol. Pasien sangat menyayangi anak tunggal pasien(perempuan) yang duduk di bangku kelas 1 SD dan pasien tidak pernah menyakiti anak perempuannya tersebut. Ketika pasien sedang mengamuk, mengamuknya akan mereda apabila dimotivasi orang sekitar untuk bekerja/mencari pekerjaan. Autoanamnesis Pasien menyangkal bahwa 1 bulan yang lalu pernah mengamuk dan ingin menyerang keluarganya. Ia juga menyangkal bahwa telah melukai adiknya dengan parang pada saat adiknya tidur. Pasien mengaku tidak mau minum obat penenang karena merasa bahwa obat itu mengandung bahan kimia yang beracun, yang sewaktuwaktu dapat membunuhnya. Pasien juga tidak mengaku bahwa pernah memasukkan kepala istrinya ke dalam sungai. Pasien tidak mau menjawab banyak ketika ditanyakan masalah istri dan keuangannya. Namun pasien mengaku sangat sayang kepada anaknya. Pasien mengaku ingin mencari pekerjaan walaupun sampai sekarang masih belum mendapatkan pekerjaan yang tepat. Pasien menyangkal bahwa pernah mendengar bisikan-bisikan gaib yang menyuruhnya untuk menyerang keluarga dengan menggunakan parang. Pasien menyangkal bahwa ia sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri dengan makhluk yang tak terlihat.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien pernah dirawat jalan dan mendapat terapi dari RSJ Sambang Lihum dengan keluhan yang serupa sekitar 4 bulan yang lalu. Tidak ada riwayat trauma kepala dan kejang. Tidak ada konsumsi alkohol, narkoba, dan penyalahgunaan obatobatan tapi pasien merupakan perokok berat (2 bungkus/hari). Riwayat alergi negatif. Pasien tidak pernah terkena penyakit yang menyebabkan dirinya dirawat inap di rumah sakit. Selebihnya pasien tidak pernah mengidap penyakit kepribadian (misalnya: retardasi mental) atau fisik lainnya.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Riwayat Perinatal Umur dan kesehatan ibu pasien ketika mengandung pasien tidak diketahui oleh keluarga pasien, menurut kelurga pasien, pasien merupakan anak yang diinginkan. Kelahiran pasien diterima dengan bahagia, pasien lahir pada usia yang sesuai (9 bulan) dengan kondisi sehat, menangis kuat,dan tidak membawa cacat lahir. 2. Riwayat Masa Bayi ( 0-3 tahun) Pasien dibesarkan di lingkungan keluarganya sendiri. Tumbuh kembang baik seperti anak seusianya, tidak pernah kejang, demam tinggi dan sakit berat. Tidak ada masalah dalam pemberian makanan, perkembangan berjalan, dan bicara. 3. Riwayat Masa Kanak-Kanak (3-12 tahun ) Tumbuh kembang seperti anak seusianya. Pergaulan dengan teman teman di sekitar cukup baik. Orang tua membesarkan pasien dengan cara dimanja. Usia mulai sekolah umur 7 tahun dengan kecerdasan normal. Pasien tidak pernah mengalami

penyakit infeksi yang berat, kecelakaan dan ruda paksa, serta kelainan mental seperti mencabuti rambut, hiperaktif, dan riwayat kejang dan demam negatif. 4. Riwayat Masa Remaja Keluarga yang mengantar pasien tidak mengetahui tentang kehidupan seksual pasien, juga tidak tau kapan pertama kali pasien mengalami pubertas (mimpi basah). Pasien anak yang baik dan sholat lima waktu tetap dilaksanakan. Pasien bukan anak yang terlalu supel dan agak pendiam. 5. Riwayat pendidikan Pasien tidak mengalami masalah dalam mengikuti pendidikan di sekolah. Pasien sekolah di sekolah negeri dari SD hingga SMP. Pasien bukan anak yang menonjol di kelas tapi tidak pernah tinggal kelas. Pertama kali sekolah usia 7 tahun dan selesai usia 15 tahun. Ketika duduk di bangku SMP pasien berhenti sekolah tanpa alasan yang jelas, padahal menurut keluarga pasien, pasien sebenarnya masih dapat menerima pelajaran di sekolah. 6. Riwayat pekerjaan Pasien bekerja sebagai sopir angkot sejak berusia 20 tahun. Sebelumnya pasien tidak bekerja dan diam di rumah saja. Tahun pertama bekerja pasien tetap bersosialisasi, tetapi seiring munculnya keluhan sering merenung, marah, dan mengamuk pada orang lain tanpa alasan yang jelas. Sebab itulah, pasien berhenti bekerja dan diam dirumah saja. Saat ini, pasien hanya berdiam diri di rumah dan tidak memiliki pekerjaan apapun. 7. Riwayat perkawinan

Pasien sudah pernah menikah ketika pasien berumur 22 tahun. Perjalanan rumah tangga pasien tidak harmonis, pasien cenderung bersikap kasar terhadap istri pasien apabila keinginan pasien tidak dituruti oleh sang istri. Namun, pasien sangat menyayangi putri tunggalnya yang sekarang duduk di bangku kelas 1 SD. Pasien tidak pernah berikap kasar terhadap anak tunggalnya. Pasien pernah menganiaya istrinya(mencelupkan kepala istri ke sungai) sehingga istri pasien pergi meninggalkan pasien. Pasien dan istri pasien E. RIWAYAT KELUARGA Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga yang cukup harmonis dan tidak punya riwayat penyakit jiwa dalam keluarga

Genogram :

Keterangan : = Penderita = Laki-laki = Perempuan / = meninggal dunia

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG Saat ini pasien tinggal dengan ayah dan ibunya, serta adik nya. Saat awal menikah, pasien tinggal di rumah kontrakan sederhana bersama dengan istri dan anaknya. Namun saat bercerai dengan istrinya, pasien kembali ke rumah orangtuanya. Sedangkan istri kembali kerumah orang tua istri dengan membawa serta anak tunggal mereka. Pasien tidur di dalam kamarnya sendirian. G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit, dan ia tidak sadar sedang berada di Rumah Sakit Jiwa. Namun ia beranggapan hendak tes kejiwaan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Pasien tidak dapat menggambarkan bisikan-bisikan dan sosok makhluk yang mengganggu pikirannya tersebut.

III. STATUS MENTAL A. DESKRIPSI UMUM 1. Penampilan Pasien datang dengan menggunakan kemeja berwarna krem coklat, cukup terawat, namun tidak dapat mempertahankan kontak mata dengan pemeriksa. Sesekali melihat ke sekelilingnya ketika ditanya oleh pemeriksa. Pasien dapat berbicara dengan baik, namun hanya bicara seperlunya. Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit, dan ia sadar sedang berada di Rumah Sakit Jiwa. Namun ia beranggapan hendak tes kejiwaan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

2. Kesadaran Jernih 3. Perilaku dan aktivitas motorik Normoaktif 4. Pembicaraan Koheren 5. Sikap terhadap pemeriksa Kooperatif 6.Kontak Psikis Kontak (+) wajar (-) sulit dipertahankan.

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF, KESERASIAN DAN EMPATI 1. Afek(mood) 2. Ekspresi afektif 3. Keserasian 4. Empati : Labil / Irritable : Kadang tersenyum sendiri : Inappropriate : Tidak dapat dirabarasakan

C.

FUNGSI KOGNITIF 1. Kesadaran 2. Orientasi : Kompos mentis : Waktu Tempat : Baik : Tidak baik

Orang 3. Konsentrasi 4. Daya ingat : Terganggu

: Baik

: Jangka panjang : Cukup Jangka pendek Segera : Baik : Baik

5. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : Sesuai dengan tingkat pendidikan formal pasien.

D. GANGGUAN PERSEPSI 1. Ilusi : Visual (-) Audio (-) Olfaktori (-) Gustatorik (-) Taktil (-) 2. Halusinasi : Audio (+) Visual (+) Olfaktorik (-) Gustatorik (-) Taktil (-) Haptik (-) Kinestetik (-) Austokopi (-) 3. Depersonalisasi/ Derealisasi : (-)

10

E.

PROSES PIKIR 1. Arus pikir : a. Produktivitas b. Kontinuitas : Spontan : Irrelevan

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada 2. Isi Pikir : a. Preocupasi : (+) b. Waham : (-)

F.

PENGENDALIAN IMPULS Terganggu

G.

DAYA NILAI a. Daya norma sosial b. Uji daya nilai c. Penilaian realita : buruk : terganggu : terganggu

H.

TILIKAN T2 : Agak sadar bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan, tetapi pada saat yang sama juga menyangkal hal itu.

I.

TARAF DAPAT DIPERCAYA Tidak dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT 1. STATUS INTERNUS Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Tanda vital : TD : 110/80 mmHg N : 88 x/menit

RR : 20 x/menit T Kepala Mata : 36,3o C : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, refleks cahaya +/+ Telinga : sekret -/Hidung : sekret -/- epistaksis (-) Mulut Leher Thoraks : mukosa bibir kering, pucat (-), lidah tidak tremor

: KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat I : bentuk simetris, sikatrik (+) P : fremitus raba simetris P : Pulmo : sonor A : Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing (-/-)

Cor Abdomen

: batas jantung normal, S1, S2 tunggal, regular. I : simetris, sikatrik (+) A : BU (+) normal P : hepar/lien/massa tidak teraba P : timpani

Ekstremitas

Superior : edema -/- parese -/- tremor -/-

12

Inferior

: edema -/- parese -/- tremor -/-

2. STATUS NEUROLOGIS N 1-XII Gejala rangsang meningeal Gejala TIK meningkat Refleks patologis Refleks fisiologis : normal : tidak ada : tidak ada : tidak ada : normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Alloanamnesa Pasien pernah dibawa ke RSJ Sambang Lihum dengan keluhan yang sama sekitar 4 bulan yang lalu. Pasien dirawat jalan dan putus obat karena pasien beralasan obat mengandung bahan kimia yang berbahaya dan dapat meracuni dirinya dan membuatnya meninggal. Sejak 3 hari SMRS pasien mengamuk dengan membawa parang. Pasien mengamuk dan hendak melukai sepupunya, adik pasien, dan kakak ipar pasien. Pasien masih bisa beraktivitas seperti makan, tidur, mandi, dan kadang masih sholat. Didapatkan halusinasi audio dan visual berupa bisikan dan sekelebat bayangan yang mengganggunya Suara suara tersebut mengatakan bahwa jika ingin hidup nyaman pasien harus bekerja. Tidak terdapat riwayat gangguan jiwa pada keluarga yang lain. Autoanamnesa Kontak (+) wajar(-) dapat dipertahankan

Perilaku dan aktifitas psikomotor : normoaktif Pembicaraan Afek/Mood Ekspresi fasial Empati Keserasian Konsentrasi Daya ingat terganggu Intelegensi Halusinasi a/v Arus pikir Waham Derealisasi Tilikan Penilaian realita : sesuai pendidikan formal : (+/+) : spontan, asosiasi longgar. : (-) : (-) : T2 : terganggu : koheren dan irrelevan : Labil/irretable : kadang tertawa sendiri dan cuek : tidak dapat dirabarasakan : inappropriate : terganggu : jangka pendek tidak terganggu, daya ingat segera tidak

Taraf dapat dipercaya : tidak dapat dipercaya

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL 1. Aksis I : Skizofrenia Herbefrenik (F 20.1) DD Skizofrenia Tak Terinci (F 20.3) 2. Aksis II 3. Aksis II : None : None

14

4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan perceraian dan ekonomi 5. Aksis V : GAF scale 30

VII. DAFTAR MASALAH 1. Organobiologik Status internus dan kelainan neurologi tidak ada kelainan 2. Psikologik Kontak dan kewajaran kurang baik, afek labil(irritable), keserasian inappropriate, pembicaraan koheren, empati tidak dapat dirabarasakan, konsentrasi terganggu, daya ingat jangka pendek dan segera terganggu, tilikan derajat 2, penilaian realita tentang diri sendiri terganggu, tidak dapat dipercaya. 3. Sosial Keluarga Tidak bekerja dan tinggal dengan orang tua dan adik.

VIII.

PROGNOSIS Diagnosis penyakit Perjalanan penyakit Ciri kepribadian Stressor psikososial : dubia ad malam (skizofrenia hebefrenik) : dubia ad malam (kronis) : dubia ad malam (kepribadian tempramental) : dubia ad bonam (ditinggalkan oleh istri, tidak memiliki pekerjaan, serta dijauhi oleh warga setempat) Riwayat herediter Usia saat menderita : dubia ad bonam : dubia ad bonam

Pendidikan Perkawinan Ekonomi Lingkungan sosial Organobiologi Pengobatan psikiatrik Ketaatan berobat

: dubia ad malam (tidak tamat tingkat SMP) : dubia ad malam (ditinggalkan oleh istri) : dubia ad malam (tidak memiliki pekerjaan) : malam (dijauhi warga setempat) : bonam (tidak ada penyakit fisik) : dubia ad malam : dubia ad malam (riwayat tidak suka minum obat)

Kesimpulan

: dubia ad malam

IX. RENCANA TERAPI Psikofarmaka : Inj. Diazepam 5 mg (IM) k/p gaduh /gelisah PO. Chlorpromazine 3x100mg Haloperidol Trihexypenidyl Amitriptilin Psikoterapi 3x5mg 3x2mg 3x25mg

: Support terhadap penderita dan keluarga. Support keluarga

terutama dalam bentuk dukungan moril agar tidak meninggalkan pasien sendirian bersama penyakitnya. Yakinkan pasien bahwa dia tidak sendirian menghadapi kelainan tersebut. Jika pasien rawat inap, tetap kunjungi secara rutin dan berikan hadiah untuk perkembangan yang dia capai. Ketika pasien rawat jalan terus perhatikan pola minum obat dan usahakan agar pasien terhindar dari tekanan masalah yang berat.

16

Religius Rehabilitasi

: Bimbingan /ceramah agama, shalat berjamaah, pengajian : Sesuai bakat dan minat (tes psikotes)

X. DISKUSI Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung dari perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta afek yang tidak wajar(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consiousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian (1). Dalam diagnosa skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala yang sangat jelas diantara gejala-gejala berikut ini yang amat jelas ( dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas (1): Thought echo (isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya )tidak keras), dan isi pikiran ulangan,walaupun isinya sama, tetap intensitas berbeda atau Thought insertion (isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya, atau Thought broadcasting (isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya) Delution of control ( waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar), delution of influence (tentang dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar), delution of passivity (tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar) , delution perception (pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjijat. Halusinasi auditorik Waham-waham menetap jenis lainnya.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini : Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan Perilaku katatonik Gejala-gejala negatif. Adanya gejala tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan, dan harus ada perubahan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa perilaku pribadi (personal behavior). Pada penderita ini, terdapat perubahan perilaku pribadi yaitu sering menyendiri, tidak lagi mau bergaul dan malas bekerja. Diagnosis skizofren hebefrenik sendiri selain memenuhi kriteria umum skizofren juga harus ditambah dengan (1): 1. Diagnosis herbefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun) 2. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri (solitary) tetapi tidak harus demikian untuk menegakkan diagnosis 3. Untuk diagnosis herbefrenik yang meyakinkan umunya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya untuk memastikan bahwa gambaran yang berikut memang benar bertahan: 18

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta mannerisme, ada kecendrungan untuk selalu menyendiri (solitary) dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.

Afek pasien dangkal (shallow), dan tidak wajar(innapropiate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self satisfied), senyum sendiri (self absorbed smilling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang.

Proses berpikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu dan inkoheren.

4. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses berpikir menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol. Dorongan kehendak dan yang bertujuan hilang, serta sasaran ditinggalkan sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud. Adanya preocupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-dibuat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. . Pasien tidak memiliki riwayat rawat inap di rumah sakit jiwa tetapi pasien pernah rawat jalan karena saat itu ruangan penuh yaitu pada bulan Maret tahun 2013 yaitu 4 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama yaitu mengamuk.. Pasien belum pernah berada dalam fase sembuh berdasarkan alloanamnesa dengan keluarga karena pasien tidak rutin meminum obat yang diresepkan dokter.

Berdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa dan autoanamnesa) serta pemeriksaan status mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai Skizofrenia Hebefrenik (F20.1). Pedoman diagnostik secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan secara spesifik digolongkan ke dalam skizofrenia hebefrenik, terutama karena perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, afek pasien labil, mood iritabel dan keserasian tidak wajar (inappropriate) kadang disertai cekikikan, perasaan puas pada diri sendiri, senyum sendiri, tinggi hati, membohongi secara bersenda gurau dan ungkapan kata yang berulang-ulang yaitu pasien mengatakan ingin mencari pekerjaan walaupun tidak tahu jenis pekerjaan apa yang diinginkan. Pasien tidak memenuhi skizofren katatonik karena pasien tidak menunjukkan sikap hipoaktif maupun hiperaktif (gaduh gelisah), tidak menampilkan sikap posisi tubuh tertentu atau rigiditas sedangkan diagnosa skizofrenia residual masih belum terpenuhi karena pasien tidak mengalami perbaikan dari gejala skizofren, tidak ada perlambatan psikomotorik, tidak ada penurunan aktivitas, tidak ada afek yang menumpul selain itu obat tidak mau diminum dengan alasan obat mengandung kimia beracun sehingga pasien beranggapan dapat terbunuh karena obat yang diminum. Pada pasien ini dijumpai beberapa gejala negatif seperti afek yang labil dan keserasian inappropriate, pasien kadang dijumpai sering tertawa sendiri disela wawancara. Kontak mata pasien tajam ke arah pemeriksa dan sesekali pasien melihat kearah lain ketika berbicara. Pasien memiliki halusinasi auditorik berupa perkataan kamu harus bekerja supaya nyaman hidup dan ada halusinasi visual berupa

20

sekelebat bayangan, pasien sering berbicara sendiri tetapi saat ditanya pemeriksa pasien menyangkal. Pasien tidak memiliki waham. Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan pasien terawat dan rapi, pasien memakai kemeja dikancing rapi , celana jins berwarna biru dan sepatu kets, tidak tampak sakit jiwa, tampak tempramental . Sikap pasien koperatif Perilaku dan aktifitas psikomotor normoaktif terkadang tertawa sendiri, pembicaraan koherens, empati tidak dapat dirabarasakan. Dari fungsi kognitif didapatkan daya konsentrasi terganggu dan orientasi baik. Pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan pemeriksa. Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stressor (tekanan mental) yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbulah keluhan-keluhan kejiwaan antara lain skizofrenia. Pada umumnya jenis stressor psikososial dapat digolongkan menjadi : masalah perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau cidera, faktor keluarga dan lain-lain. Stresor psikososial yang diduga turut berpengaruh terhadap kejiwaan pasien adalah terkait perkawinan dan ekonomi. Pasien ditinggalkan oleh istrinya, dijauhi warga setempa dan ditambah pasien tidak

memiliki pekerjaan (pengangguran) yang mempengaruhi keadaan pasien.

Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, pengobatan psikiatri, stressor psikososial, perkawinan dan ciri kepribadian yang buruk. Tujuan umum pengobatan adalah mengurangi keparahan gejala, mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang berkaitan dengan kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf hidup terbaik. Obat psikotik, aktivitas rehabilitasi dan komunitas pendukung dan psikoterapi adalah tiga komponen utama dalam pengobatan(2). Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat antara lain sebagai berikut (3): 1. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat 2. Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil 3. Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif maupun negatif skizofrenia. 4. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) 5. Tidak menyebabkan kantuk 6. Memperbaiki pola tidur 7. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi 8. Tidak menyebabkan lemas otot 9. Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single dose) Adapun efek samping dari pemberian obat anti psikotik yaitu: (2) 1. Sedasi dan inhibisi psikomotor

22

2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur). 3. Gangguan endokrin 4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia dan sindrom Parkinson berupa : tremor, bradikinesia, rigiditas) 5. Hepatotoksik Psikofarmaka yang telah diberikan adalah Cpz (Chlorpromazine) 3x100 mg dan Hlp (Haloperidol) 3x5 mg sebagai obat antipsikotik yang digunakan untuk menekan sindrom psikosis yang terjadi pada pasien. Titik tangkap kerjanya memblokade dopamine pada reseptor post sinaptik di otak khususnya system limbik dan ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist), selain itu juga memiliki afinitas terhadap Serotonin 5 HT2 receptors (serotonin-dopamine antagonist) sehingga juga efektif terhadap gejala negative yang lebih menonjol pada kasus ini. Efek sekunder yang menguntungkan berupa sedatif yang kuat untuk mengatasi gangguan tidur dan kegelisahan. THP 3x 2mg/ hari (po) (Trihexilfenidiril) digunakan untuk sindrom parkinsonism yang biasanya muncul ketika anti psikosis digunakan dalam jangka waktu panjang. Apabila sindrom parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson (3,4). Amitriptilin 3x25 mg diberikan sebagai obat antidepresi, mekanisme kerja obat antidepresi dengan menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Efek samping obat berupa sedasi, efek antikolinergik (mulut

kering, retensi urin, penglihatan kabur, efek anti-adrenergik alfa ( perubahan EKG, hipotensi), efek neurotoksik (tremor halus, gelisah agitasi, insomnia), pada keadaan overdosis/ intoksikasi trisiklik dapat timbul atropine toxic syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi toxic confusional state (3). Injeksi Diazepam 5mg IM dapat diberikan saat ada tanda-tanda gelisah. Diazepam merupakan salah satu obat anxietas golongan benzodiazepine. Sindrom anxietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, serotoninergic neurons yang dikendalikan oleh GABA-ergic neuron neuron. Obat anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya akan mengreinforce the inhibitor action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda (3). Obat anti psikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai transquilizer mayor. Obat anti-psikotik pada umumnya membuat tenang dengan mengganggu kesadaran dan tanpa menyebabkan aksitasi paradoksikal. Penggunaan jangka panjang obat-obat ini memerlukan juga pemutusan obat secara hati-hati. Pasien dapat kembali apabila prosedur pemutusan obatnya kurang memadai. Sementara itu kambuhnya penyakit dapat terjadi beberapa minggu kemudian sesudah pemutusan obat itu terjadi (3). Efek samping gangguan ekstrapiramidal haloperidol lebih besar dibandingkan chlorpromazine karena haloperidol lebih cenderung ke blokade reseptor dopamine di sistem ekstrapiramidal daripada di system limbik (sebaliknya untuk chlorpromazine) (4). Efek samping obat anti psikotik salah satunya adalah hepatotoksik sehingga untuk memonitornya perlu pemeriksaan fungsi hati berkala. Adapun pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah untuk mengevaluasi pemberian antipsikosis yang

24

mempunyai efek samping terhadap fungsi hati dan ginjal karena hati merupakan organ utama untuk metabolisme obat-obat psikotik (3). Psikoterapi, rehabilitasi, terapi religius dan perilaku juga perlu diberikan pada pasien ini. Perlu pemeriksaan psikologi terlebih dahulu untuk memilih metode yang cocok dengan minat dan bakat pasien.Semua terapi diatas sangat menunjang kesembuhan pasien (3).

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4.

Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2002. Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta : FKUI, 2001. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007 Nusi IA, Kusmobroto HO, Oesman N, Adi P, Setiwan PB, purbayu H. Hepatitis Kronis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press, 2007.

26

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal
    Proposal
    Dokumen2 halaman
    Proposal
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Metode Penelitian
    Metode Penelitian
    Dokumen9 halaman
    Metode Penelitian
    Fiqri
    Belum ada peringkat
  • Metodologi Penelitian
    Metodologi Penelitian
    Dokumen8 halaman
    Metodologi Penelitian
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Metodologi Penelitian
    Metodologi Penelitian
    Dokumen8 halaman
    Metodologi Penelitian
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Kasus Thorak
    Kasus Thorak
    Dokumen23 halaman
    Kasus Thorak
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Metodologi Penelitian
    Metodologi Penelitian
    Dokumen8 halaman
    Metodologi Penelitian
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus DVT
    Laporan Kasus DVT
    Dokumen60 halaman
    Laporan Kasus DVT
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen33 halaman
    Bab Ii
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Spinal Cord Compression
    Spinal Cord Compression
    Dokumen37 halaman
    Spinal Cord Compression
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • HNP2
    HNP2
    Dokumen23 halaman
    HNP2
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Anak Laki2 5 Tahun - 1st Scene, 1st Tutorial
    Anak Laki2 5 Tahun - 1st Scene, 1st Tutorial
    Dokumen3 halaman
    Anak Laki2 5 Tahun - 1st Scene, 1st Tutorial
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Efek Klopidogrel
    Efek Klopidogrel
    Dokumen2 halaman
    Efek Klopidogrel
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat
  • Efek Klopidogrel
    Efek Klopidogrel
    Dokumen2 halaman
    Efek Klopidogrel
    Karina Solikha Nurmalita
    Belum ada peringkat