Pembimbing
Dr. Dodit Yutanto Sp.JP
Pendahuluan
Yusuf I. Laporan Kasus Trombosis Vena Dalam (DVT) Dengan Faktor Risiko Defisiensi AT III, Protein C, Dan Protein
S. Medicinus. 2008: 21(2); 18-21.
Patogenesis
Insidensi
1992;19:246-247.
Cohen AT, et al. Venous Thromboembolism (VTE) in Europe. Thromb Haemost. 2007;98: 756-64.
Faktor
Risiko
Prevention and Management of venous thromboembolism Quick References Guide. SIGN. December 2010.
Available at www.sign.ac.uk. Last accessed May 2016.
Diagnosis
SYMPTOMS
SIGNS
Sukrisman L. Trombosis Vena Dalam Dan Emboli Paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, 2009. 1354-58.
Dupras D, Bluhm J, Felty C, Hansen C, Johnson T, Lim K, Maddali S, Marshall P, Messner P, Skeik N. Institute for
Clinical Systems Improvement. Venous Thromboembolism Diagnosis and Treatment.http://bit.ly/VTE0113.
Updated January 2013.
phlegmasia cerulean
dolens
Diagnosis
HOMANS SIGN
PHLEGMASIA CERULEAN
DOLENS
Algoritma
Diagnosis DVT
ACC
P
Dupras D, Bluhm J, Felty C, Hansen C, Johnson T, Lim K, Maddali S,
Marshall P, Messner P, Skeik N. Institute for Clinical Systems
Improvement. Venous Thromboembolism Diagnosis and
Treatment.http://bit.ly/VTE0113. Updated January 2013.
USG
Pem
Diagnosis DVT
Clinical Pretest Probability
Dupras D, Bluhm J, Felty C, Hansen C, Johnson T, Lim K, Maddali S, Marshall P, Messner P, Skeik N. Institute for Clinical
Systems Improvement. Venous Thromboembolism Diagnosis and Treatment.http://bit.ly/VTE0113. Updated January
2013.
Terapi
DVT
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama
: Ny. N
Umur
: 55 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat
: Jangkung, Tabalong
MRS :28 Maret 2016 pukul 09.30
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri kaki kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada kaki kiri sejak 10 hari sebelum
masuk rumah sakit, awalnya sakit dirasakan
di daerah lutut kiri. Lutut membengkak, terasa
kaku, sulit dan sakit saat digerakkan. Bengkak
kemudian meluas hingga ke mata kaki dan
telapak kaki. Nyeri saat kaki digerakkan
sehingga mobilitas pasien terganggu. Riwayat
trauma,
infeksi,
dan
imobilisasi
lama
disangkal. Riwayat KB pil (+).
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+), stroke dan diabetes
melitus disangkal, riwayat keluhan serupa
sebelumnya disangkal. Riwayat operasi dalam
waktu dekat (-). Pasien tidak menderita
keganasan(kanker). Riwayat penyakit jantung
bawaan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa di keluarga (-), hipertensi
(-), diabetes melitus (-).
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah : 150/110 mm Hg
Laju nadi
: 84 kali/menit
Laju nafas
: 20 kali/menit
Suhu tubuh (aksiler): 36,5oC
Kepala dan leher
Kepala/Leher : tak
Pulmo
I : Tarikan nafas simetris
P : Fremitus raba simetris
P : Suara perkusi sonor (+/+)
A : Suara nafas vesikuler, rhonkii (-/-), wheezing
(-/-)
Pemeriksaan Fisik
Jantung
I : Ictus cordis (-),
P : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula,
getaran/ thrill (-)
P : batas kanan ICS III, IV, V linea parasternalis dextra ,
batas kiri ICS
V linea midclavicula sinistra
A :S1 dan S2 tunggal, reguler, dan tidak terdengar suara
bising
Abdomen
Inspeksi : Datar, distensi (-), venektasi (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi
: Turgor cepat kembali, nyeri tekan (-), hepar,
lien, massa
tidak teraba
Eksremitas
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
Regio Cruris Sinistra
L : edema (+),
F: Nyeri tekan (+),
pitting edema (+)
a. dorsalis pedis (+)
M: ROM aktif dan
pasif terbatas, false
movement (-)
02 April 2016
Pemeriksaan Penunjang
JENIS PEMERIKSAAN
(Laboratorium)
HASIL
NILAI NORMAL
12,1 gr/dl
L (13,5-17,5)
DARAH RUTIN
Hemoglobin
W (12-16)
Leukosit
13.500 /mm3
(4.000-11.000)
Eritrosit
4,20 jt/mm3
L (4,0-6,5) jt
W (3,9-5,6) jt
Trombosit
399.000 sel/ul
150.000-400.000 sel/ul
Hematokrit
35,7 %
L (40-48) %
W (37-43) %
KIMIA DARAH
Gula Darah Sewaktu
226 mg/dl
Kolesterol
166 mg/dl
Trigliserida
179 mg/dl
Asam Urat
4,00 mg/dl
Kreatinin
6,75 mg/dl
Ureum
22 mg/dl
HASIL
NILAI NORMAL
DARAH RUTIN
Hemoglobin
31 Maret 2016
2 April 2016
9,6 gr/dl
9,6 gr/dl
L (13,5-17,5)
W (12-16)
Leukosit
7.600 /mm3
9.400 /mm3
(4.000-11.000)
Eritrosit
3,37 jt/mm3
3,36 jt/mm3
L (4,0-6,5) jt
W (3,9-5,6) jt
Trombosit
600.000 sel/ul
591.000 sel/ul
150.000-400.000 sel/ul
Hematokrit
28,3 %
28,9 %
L (40-48) %
W (37-43) %
Clotting Time
2-6 menit
Bleeding Time
1-3 menit
Pemeriksaan Penunjang
EKG
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
(USG DOPPLER)
Hasil: didapatkan dilatasi lumen vena poplitea sinistra dan tampak gambaran
soft plaque di dalamnya
Kesan DVT pada vena poplitea sinistra.
Diagnosis
DVT Proksimal
cruris sinistra
Terapi
IVFD RL
20 tpm
Inj. Heparin 80
IU/kgBB bolus
dilanjutkan dengan
18 IU/kgBB/jam
Follow Up
Follow Up
FOTO KLINIS 2 APRIL
2016
Follow Up
FOTO KLINIS 2 APRIL
2016
Pembahasan
KASUS
1.
2.
3.
TEORI
Keluhan
Bengkak unilateral
Skor Wells 3
(kaku dan nyeri pada
daerah yang dilalui vena
(1), bengkak pada seluruh
kaki (1), dan terdapat
pitting edema (1) )
Assessment
berdasarkan Clinical
Pretest Probability
Penggunaan Skor
Wells
Penegakan diagnosis
berdasarkan
Algoritme DVT
Dupras D, Bluhm J, Felty C, Hansen C, Johnson T, Lim K, Maddali S, Marshall P, Messner P, Skeik N. Institute for
Clinical Systems Improvement. Venous Thromboembolism Diagnosis and Treatment.http://bit.ly/VTE0113.
Updated January 2013.
Pembahasan
KASUS
1.
2.
3.
Pada
pasien
tidak
terdapat
kontraindikasi
penggunaan
antikoagulan
Tidak
mengalami
komplikasi dan komorbid
lain (mengalami kanker
dan
dalam
terapi
antikanker)
Diagnosis
DVT
(+)
setelah dilakukan USG
Doppler
TEORI
Terapi antikoagulan
(+) jika:
Tidak ada
kontraindikasi
Diagnosis DVT tegak
Tidak ada komplikasi
Dupras D, Bluhm J, Felty C, Hansen C, Johnson T, Lim K, Maddali S, Marshall P, Messner P, Skeik N. Institute for
Clinical Systems Improvement. Venous Thromboembolism Diagnosis and Treatment.http://bit.ly/VTE0113.
Updated January 2013.
Pembahasan
KASUS
TEORI
1.
Pasien
mendapat
terapi
antikoagulan
pada
tanggal
30
Maret 2016 dan Hasil
USG Doppler didapat
pada tanggal 1 April
2016
Guyatt GH et al. Antithrombotic therapy and Prevention of Thrombosis, 9th ed: American College of Chest
Physicians Evidance-Based Clinical Practice Guidelines. CHEST. 2012;141:7S-47S.
Pembahasan
KASUS
Pada
pasien
ini
terapi
antikoagulan yang dipilih
adalah
heparin
dengan
dosis awal bolus intravena
80 IU/kgBB dan dilanjutkan
dengan
18
IU/kgBB/jam
secara intravena.
Kekurangan
penggunaan
heparin pada terapi DVT
adalah
diperlukannya
pengawasan
laboratorium
(nilai aPTT dan INR).icsi
TEORI
Pilihan
terapi
antikoagulan pada pasien
DVT dapat menggunakan
heparin/warfarin, LMWH,
LDUH dan VKA.
Menurut
ACCP
2012
pilihan
terapi
antikoagulan
seperti
LMWH atau fondaparinux
lebih
disarankan
dibandingkan
UFH
iv
ataupun UFH sc pada
penderita DVT proksimal.
Guyatt GH et al. Antithrombotic therapy and Prevention of Thrombosis, 9th ed: American College of Chest
Physicians Evidance-Based Clinical Practice Guidelines. CHEST. 2012;141:7S-47S.
Pembahasan
KASUS
TEORI
Kekurangan
Pada kasus ini pemeriksaan
aPTT dan INR tidak dapat
penggunaan
heparin
dilakukan
karena
pada
terapi
DVT
keterbatasan sarana dan
adalah diperlukannya
prasarana, sehingga hanya
pengawasan
diperiksakan nilai trombosit,
clotting time dan bleeding
laboratorium
(nilai
time.
aPTT dan INR).
Hasil laboratorium selama
Pengawasan terhadap
heparinisasi
efek samping terapi
Keluhan
perdarahan
(-)
seperti
perdarahan
keluhan berkaitan dg DVT
Dupras berkurang
D, Bluhm J, Felty C, Hansen C, Johnson T, Lim K, Maddali
S, Marshall
P, Messner
P, Skeik N. Institute for
juga
perlu
dilakukan.
Pembahasan
KASUS
TEORI
Selain
antikoagulan
injeksi/intravena perlu
dberikan antikoagulan
peroral
sejak
hari
pertama
terapi
dimulai.
Terapi
heparin
diberikan selama 5
hari setelah inisial
terapi diberikan.
Guyatt GH et al. Antithrombotic therapy and Prevention of Thrombosis, 9th ed: American College of Chest
Physicians Evidance-Based Clinical Practice Guidelines. CHEST. 2012;141:7S-47S.
Pembahasan
KASUS
Setelah dirawat
selama 7 hari di
rumah sakit, pasien
dipulangkan dalam
keadaan membaik
dan disarankan untuk
rutin control ke
poliklinik.
Pasien diperbolehkan
pulang karena telah
memenuhi criteria
TEORI
berikut :
1) keadaan kardiorespirasi
baik, 2) tidak ada
perdarahan,
3) bersihan kreatinin
(creatinine clearance)
lebih dari 30 ml/menit.icsi
Terapi antikoagulan
dilanjutkan sesuai
dengan rekomendasi
ACCP 2012 hingga 3
bulan
Guyatt GH et al. Antithrombotic therapy and Prevention of Thrombosis, 9th ed: American College of Chest
Physicians Evidance-Based Clinical Practice Guidelines. CHEST. 2012;141:7S-47S.
Dupras D, Bluhm J, Felty C, Hansen C, Johnson T, Lim K, Maddali S, Marshall P, Messner P, Skeik N. Institute for
Clinical Systems Improvement. Venous Thromboembolism Diagnosis and Treatment.http://bit.ly/VTE0113.
Updated January 2013.
Penutup
Telah
dilaporkan
kasus
seorang
perempuan berusia 55 tahun yang
didiagnosis dengan thrombosis vena
dalam proksimal region cruris sinistra.
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan penunjang. Pasien telah
ditatalaksana dengan terapi antikoagulan
parenteral dan oral.
Setelah pasien dirawat selama 7 hari dari
tanggal 29 Maret s/d 4 April 2016 akhirnya
pasien
diperbolehkan
pulang
dan
Sekian
Skor Wells
Menurut
ACCP 2012
ACCP 2012
Kontraindikasi Antikoagulan pd
Kasus DVT
1. KI Absolut :
Perdarahan hebat dan
riwayat intracranial
bleeding
2. KI Relatif : post
tindakan bedah atau
akan menjalani
pembedahan, trauma,
anemia (HT < 30%),
renal disease, riwayat
GIT bleeding, gastritis
akut, dan liver disease
1.
2.
3.
4.
5.
KI juga berlaku
apabila :
Riwayat HIT (heparininduced
thrombocytopenia)
Extensive Illieofemoral
thrombosis/phlegmasia
Pregnancy
Familial Bleeding
disorder
Severe renal
dysfunction
ALGORITMA
DIAGNOSIS
EMBOLI PARU
Faktor Resiko
Berulangnya DVT
Profilaksis DVT
CPMM
IPC
GCS
Profilaksis DVT
Derajat Risiko
Rekomendasi Profilaksis
Risiko Rendah
Operasi minor usia < 40 tahun, tidak ada tambahan factor risiko lainnya
Risiko Sedang
Tidak ada operasi mayor pada pasien usia 40 sampai 60 tahun, adanya
Atau
Operasi mayor pada pasien usia < 40 tahun, tidak ada tambahan factor
risiko lainnya
Risiko Tinggi
Operasi bukan mayor pada usia > 60 tahun atau adanya tambahan factor
risiko
Operasi mayor pada pasien usia > 40 tahun, atau dengan tambahan factor
risiko lainnya
Risiko Sangat Tinggi
Terapi antikoagulan
UFH
LMWH
Mengkatalis inaktivasi
dari trombin dan
faktor Xa
Diberikan IV bolus
diikuti dg dosis
maintenance
Jika SC, initial dose
333 U/kgBB diikuti dg
250 U/kgBB/12 jam.
Mekanismenya
serupa UFH
Dosis perlu
disesuaikan pada
gangguan ginjal,
obesitas, kaheksia,
dan bumil.
Pasien dg CrCl 15 30
mL/min, mis
enoxaparin 1
mg/kgbb/24 jam.
Terapi antikoagulan
FONDAPARINUX
ORAL DIRECT XA
INHIBITOR
Merupakan
pentasakarida sintetis
yg strukturnya serupa
dg molekul heparin
Berfungsi sbg
inhibitor selektif
faktor Xa
Dosis 5 -10 mg SC/ 24
jam
Terapi antikoagulan
ORAL DIRECT THROMBIN
INHIBITOR
WARFARIN
Warfarin oral
menghambat reduksi
vit K ke dalam bentuk
aktifnya.
Memerlukan waktu 4-5
hari hingga efek
antikoagulan tercapai
Monotoring INR dalam
1 bln pertama (2 kali
seminggu atau 2 mgg)
Target INR 2,5 atau
range 2-3.
Terapi lain
Ardium
: flavonoid
Indikasi : insufisiensi vena kronik
organik & idiopatik pada tungkai
bawah
Efek samping : gangguan
gastrointestinal & gangguan
neurovegetatif
Dosis 2 tablet/hari
secara umum:
Stop antikoagulan dan terapi lain
(antiplatelet)
Terapi suportif (IV line, balut tekan
area, pembedahan)
Cek status koagulasi (CBC, INR)
Transfusi
WARFARIN
Prothrombin complex
concentrate (PCC),
FFP jika PCC tidak
tersedia
Vit K diulang tiap 8
atau 12 jam
UFH
LMWH
FONDAPARINUX
Activated charcoal
dlm 2 jam setalah
pemberian dosis
terakhir
Pertimbangkan dialisis
jika diduga overdosis
pada pasien gagal
ginjal
Pertimbangkan PCC
Perdarahan berat
pertimbangkan PCC
Prolong
anticoagulant
Komplikasi DVT
DVT
rekuren
Sindrom Post Trombotik
Emboli Paru