Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat suatu perilaku budaya masyarakat merupakan cerminan dari setiap kelompok masyarakat. Penduduk Indonesia sebagian besar masih memanfaatkan pengobatan alternatif bila pengobatan medis belum terjangkau baik secara ekonomi maupun secara pengetahuan. Sebagian besar penduduk di Asia masih menggunakan jamu atau obat-obatan tradisional untuk menyelesaikan sebagian keluhan sakit mereka dan ini merupakan hasil temuan nenek moyang sejak ratusan tahun yang lalu. Indonesia adalah masyarakat beragam (plural society) atau Bhineka Tunggal Ika yang mengandung makna perbedaan dan persatuan. Keanekaragaman ini, menurut Fischer dapat dilihat dalam tiga hal utama yaitu geografik ( milleu), induk bangsa dan persentuhan (Penetration Pacifique). Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang pluralis. Kendati demikian, dalam batasan tertentu sikap beragama masyarakat Indonesia belum menunjukkan sikap yang pluralis, kendati hidup dilingkungan masyarakat yang plural. Sikap pluralis yaitu sikap yang mengakui ada hak orang lain untuk menganut agama yang berbeda dengan dirinya. Fakta social yang menunjukkan agama di Indonesia beraneka ragam. Namun, pemahaman masyarakat Indonesia dalam beragama belum menunjukkan sikap pluralis, fenomena yang ada adalah sikap beragama yang heterogen misalnya ada yang puritan, modern, dan sinkretik. Demikian pula dalam bidang pelayanan kesehatan. Jika ditelaah, pelayanan kesehatan di Indonesia menunjukkan gejala adanya perpaduan antara

modern dan tradisional. Berdasarkan pertimbangan ini, seorang tenaga profesi kesehatan harus tetap menjunjung tinggi kode etik profesi, namun dalam proses layanan kesehatan di masyarakat perlu untuk memerhatikan keanekaragaman budaya dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas layanan kesehatan. Bagi profesi kebidanan, etika merupakan suatu acuan dalam melaksanakan praktik kebidanan yang berguna untuk pengawasan terhadap kompetensi professional, tanggung jawab, tanggung gugat, dan pengawasan umum dari nilai positif profesi. Pada abad sekarang Sosiologi dikaitkan dengan penyakit masyarakat lebih terpapar lagi dengan adanya globalisasi, sehingga tampak adanya pola penyakit yang bersumber dari perubahan perilaku dan lingkungan sosial maupun ekonomi dan budaya seperti kasus narkoba atau kecanduan terhadap obat dan alkohol, penyakit menular akibat dari hubungan seks bebas, serta penyakit-penyakit menular lainnya yang berawal dari adanya perubahan perilaku dan

hubungan/interaksi yang terjadi. Sudah lama diketahui bahwa lingkungan jasmaniah mempunyai peran penting dalam pengembangan penyakit. Para tenaga kesehatan kini telah belajar bahwa terkadang perlu memperhitungkan factorfaktor sosial. Kasus narkoba sebagai salah satu contoh sesungguhnya tidak bisa dianalisis tanpa memperhatikan gaya hidup kalangan remaja itu sendiri. Dengan memahami hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa praktik layanan kesehatan bukan merupakan kegiatan individual atau kegiatan hampa budaya. Kegiatan perawatan senantiasa melibatkan orang lain seperti dokter, bidan, perawat atau peran lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan layanan kesehatan membutuhkan pemahaman mengenai perilaku individu atau budaya masyarakat.

Bagaimanapun juga, para tenaga kesehatan dizaman modern harus membagi perhatian pada masalah-masalah lain diluar pengetahuan medis sewaktu menolong pasien. Pada umumnya, penyakit yang ditangani tidak dapat dipisahkan dari masalah sosial dan emosional pasien itu sendiri. Namun layanan kesehatan bukanlah praktik tenaga kesehatan yang berhadapan dengan benda mati tetapi berhadapan dengan manusia, menuntut adanya komunikasi yang manusiawi dan memposisikan pasien sebagai manusia secara utuh. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada decade terakhir membawa ilmu sosiologi semakin masuk kedalam proses asuhan kebidanan terutama pada pengkajian dan implementasi asuhan. Asuhan kebidanan adalah factor penting dalam survival klien dan dalam aspek-aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Bidan sebagai anggota tim kesehatan menggunakan diagnosis kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan. Diagnosis kebidanan dikelompokkan berdasarkan tingkatan kebutuhan dasar manusia yang merupakan perpaduan beberapa teori, terutama hierarki kebutuhan Maslow dan filosofi perawatan dini. Selain itu, bidan juga memerlukan ilmu pengetahuan keahlian dibidang lain dalam menerapkan asuhan kebidanan misalnya kedokteran, keperawatan, farmasi, gizi, kesehatan lingkungan dan ipoleksusbud.

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI SOSIOLOGI Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai

hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, dan sosial.

Definisi sosiologi juga dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain : 1. Pitirim Sorokin, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik

antara gejala sosial dengan gejala non-sosial. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari cirri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lainnya. 2. Roucek dan Warren, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok 3. William F. Ogburn dan Mayer F.Nimkopf, Sosiologi adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial. 4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers, Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses

kemasyarakatan yang bersifat stabil. 5. Paul B. Horton, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut 6. Soejono Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. 7. William Kornblum, Sosioogi adalah suatu upaya ilmiah utnuk mempelajari masyarakat masyrakat dan perilaku yang sosial anggotanya dalam dan

menjadikannya kelompok.

bersangkutan

berbagi

8. Allan Jhonson, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku terutama dalam kaitannya denga suatu system sosial dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi system tersebut.

9. Menurut Durkheim, sosiologi merupakan fakta sosial yang berisikan cara bertindak, berfikir, dan merasakan yang mengendalikan individu tersebut, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Misalnya seorang ibu mengajarkan bayinya untuk berbicara, senyum, tertawa , sopan santun dan lainnya. Pada saat itu bayi tersebut tidak menyadari bahwa dia sedang dilatih untuk menjadi seorang yang mudah senyum kepada siapa saja. Hal ini akan terasa memaksa jika dilakukan setelah menjadi remaja, seorang anak yang tidak biasa tersenyum kepada orang yang baru dikenalnya, tiba-tiba disuruh tersenyum kepada orang lain tentulah sangat sulit. Seorang perawat yang akan memberikan obat kepada kliennya terutama anak-anak yang sulit minum obat dapat dilakukan dengan cara bercerita tentang pasukan tentara yang menyerang benteng pertahanan musuh dan mengajak anak untuk membayangkan bahwa obat yang diminum sama dengan tentara yang menyerang musuh yang tersembunyi didalam tubuhnya, sehingga anak akan minum obat dengan semangat. Hal ini merupakan kekuatan memaksa tetapi tidak dirasakan memaksa karena anak akan melakukannya dengan senang hati. 10. Mc. Weber, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tindakan sosial yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Teori ini perlu dipertimbangkan oleh petugas kesehatan mengapa seorang pasien tidak mau diberi tranfusi darah ketika dia mengalami perdarahan hebat. Selain factor ekonomi ada pertimbangan

lain yang menganggap darah orang lain tidak boleh bercampur dengan darahnya atau takut karena sakit saat disuntik Atau mengapa masyarakat di suatu desa lebih dekat dan percaya dengan perawat daripada dengan dokter puskesmas. 11. Selo Sumarjan dan Soelaiman Soemardi, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses sosial termasuk perubahanperubahan sosial seperti terjadinya perubahan perilaku. Sehingga ketika petugas kesehatan ingin mengubah perilaku masyarakat misalnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara salah satunya mencuci tangan sebelum makan, atau membuang sampah pada tempatnya, tenaga kesehatan perlu mengetahui dan

mempertimbangkan bagaimana proses perubahan dapat terjadi pada kondisi sosial yang ada pada masyarakat tersebut, siapa tokoh masyarakat yang berpengaruh dimasyarakat tersebut. Hal ini tenaga kesehatan perlu bukti ilmiah dan dibicarakan dengan warga setempat, dengan demikian masyarakat akan berubah meskipun mungkin tidak semualangsung dapat mengikuti perubahan karena banyak factor antara lain ekonomi dan kepentingan lainnya. 12. Y.B.A.F. Mayor Polak, Sosiologi mempelajari masyarakat secara keseluruhan yakni hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok baik formil maupun materil, baik statis maupun dinamis. Polak menyatakan mempelajari Sosiologi bukan untuk

mempelajari apa yang seharusnya, tetapi apa yang ada untuk menjadi bahan bertindak dan berusaha. Jadi, Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang berkaitan dengan perilaku manusia, interaksi yang dihasilkannya serta budaya yang dimiliki dan dihasilkan akibat dari adanya perilaku dan interaksi oleh suatu keluarga/ masyarakat dimana perilaku dan interaksi ini sangat berpengaruh terhadap status kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Sosiologi kesehatan merupakan proses perilaku individu atau interaksi masyarakat yang mempengaruhi status kesehatan dari individu atau masyarakat tersebut serta bagaimana hubungan petugas kesehatan dan kliennya. Menurut Mechanic, tugas medis hanya dapat dilaksanakan

secara efektif manakala yang dipertimbangkan baik factor biologis maupun factor sosial dan psikologis. Peran factor sosial-budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis. Kebidanan merupakan salah satu objek kajian Sosiologi Kesehatan yang merupakan subdisiplin ilmu terapan dalam konteks kesehatan dengan prinsip penerapan konsep dan metode disiplin sosiologi dalam mendeskripsikan, menganalisis dan memecahkan masalah kesehatan dimana ruang lingkup sosiologi terapan bergantung pada ruang lingkup objek kajian itu sendiri. Pelayanan kebidanan adalah semua tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga

berencana dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat dimana lingkup asuhan kebidanan meliputi prevensi dan promosi kesehatan, deteksi dini komplikasi ibu dan bayi dan pengenalan kegawatdaruratan serta keterampilan menanganinya dan tugas lainnya yakni melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Seorang bidan juga harus berada pada tingkat kematangan yang seimbang, bahkan cenderung pada makhluk sosial karena suatu saat bahkan sering pekerjaannya menuntut dia lebih memperhatikan kepentingan kliennya daripada kepentingan pribadinya.

B. POKOK BAHASAN SOSIOLOGI ADA EMPAT: 1) Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh : Di suatu institusi seorang mahasiswa diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada dosen. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (institusi), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (mahasiswa).
2) Tindakan

sosial

sebagai

tindakan

yang

dilakukan

dengan

mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh : Menanam apotik hidup dihalaman merupakan untuk kepentingan kesehatan keluarga bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam apotik hidup untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial. 3) Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh : jika satu daerah hanya memiliki satu orang ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, maka ibu hamil tersebut adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya dapat melalui pendekatan secara personal. 4) Realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan

pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

C. PENGERTIAN BIDAN 1) Bidan dalam bahasa Inggris berasal dari kata MIDWIFE yang artinya Pendamping wanita, sedangkan dalam bahasa Sanksekerta Wirdhan yang artinya : Wanita Bijaksana. 2) Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya secara internasional telah diakui oleh Internasional Confederation of Midwives ( ICM ) tahun 1972 dan Internasional Federation of International Gynaecologist and

Obstetritian ( FIGO ) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO ( 1991 ) dan WHO (1992).

3) MIDWIFE IS.... She is a person who, in partnership with women, is able to give the necessary support, evidence-based information and care during pregnancy, labour and postpartum period, to facilitate births in a one and one situation on her own responsibility and to provide care for the new-born and the infant. This care includes the promotion of wellbeing, the detection of complication in mother and child, the accessing of appropriate skilled assistence and the carrying out of emergency measures. She has important task in health counselling and education,

not only for the women, but also with the family and in the public sphere. The work should involve antenatal education and preparation of parenthood and extends to areas of womans reproductive heal, family planning and childcare. She may practice in any setting including the home, the community, birth centers, clinics, hospitals or in any other service. 4) Pengertian bidan adalah : Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana

dan asuhan anak. Dia bisa berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat lainnya. 5) Pengertian Bidan Indonesia : Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Falsafah Asuhan Kebidanan Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah (timbangan) yang dapat diartikan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. (Harun Nasution,1979) Menurut bahasa Yunani philosophyberasal dari dua kata yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijkasanaan, pengetahuan, pengalaman praktis, intelegensi). Filsafat secara keseluruhan dapat diartikan cinta kebijaksanaan atau kebenaran.

D. RUANG LINGKUP SOSIOLOGI KESEHATAN Menurut Solita Sarwono (1993), Sosiologi kesehatan mencakup tentang factor-faktor sosial dalam etiologi/penyebab penyakit,

prevalensi/banyaknya dan interpretasi/ penafsiran dari penyakit. Pada awalnya ilmu kedokteran mempelajari suatu penyakit merupakan akibat dari adanya kuman, bahkan sebelum antibiotic ditemukan adalah karena adanya makhluk halus. Teori Blum mengatakan bahwa status kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu lingkungan (paling besar pengaruhnya), kemudian perilaku, pelayanan kesehatan dan herediter/bawaan lahir. Gambar : Konsep Teori Blum Herediter/Bawaan

Lingkungan Kesehatan

Status Kesehata n individu/ Masyarak at

Pelayanan

Perilaku

Saat ini Indonesia merupakan Negara transisi yaitu adanya pola sosial-budaya lama, tetapi juga telah dimasukkan pola budaya baru yang merupakan akibat dari adanya globalisasi. Hal ini tercermin dari pola penyakit yang ada di Indonesia sangat bervariasi yaitu penyakit infeksi/menular masih banyak terutama didaerah, sementara penyakit karena gaya hidup mulai menunjukkan kenaikan dari tahun ketahun. Misalnya penyakit karena gizi buruk masih ada, tetapi penyakit karena gizi berlebih/obesitas sudah menunjukkan kenaikan dari tahun ketahun, terutama dikota-kota besar. Adanya interaksi antar petugas dalam mengelola klien, merupakan kebutuhan yang sering terjadi dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien baik di rumah sakit maupun dikeluarga dan komunitas, sehingga program pengobatan menjadi lebih tepat sesuai keahliannya atau disebut kolaborasi. Semakin maju ilmu pengetahuan dibidang kesehatan semakin melibatkan banyak petugas/kerja tim dalam menyelesaikan masalah kesehatan individu maupun masyarakat, karena semua petugas semakin professional dalam menangani pasiennya. Kolaborasi akan gagal bila masing-masing tidak saling menghargai hak dan kewajibannya, maupun nilai norma sosial yang berlaku. Demikian pula interaksi dengan klien baik individu maupun keluarga atau masyarakat baik dalam rangka

penyembuhan/kuratif, preventif, promotif maupun rehabilitative. Program asuhan akan berjalan dengan baik bila ada interaksi yang baik diantara kedua belah pihak. Sehingga timbul adanya kepercayaan dari

masyarakat/pasien

terhadap

petugas

kesehatan.

Sementara

dalam

mempelajari penyakit juga tidak bisa lepas dari bagaimana nilai-nilai budaya yang dianut pasien/keluarga/ masyarakat tersebut. Pengaruh norma sosial dan norma keluarga terhadap perilaku kesehatan merupakan salah satu identitas yang dikaji oleh bidan dalam pemberian asuhan kebidanan pada keluarga. Norma social adalah suatu ukuran atau pandangan tentang suatu ataupun sejumlah tingkah laku yang diterima dan disepakati secara umum oleh masyarakat. Sumber-sumber norma social dapat dikelompokkan : a. Ajaran agama, umumnya mengajarkan kepada pemeluknya untuk melakukan hal-hal yang baik dan melarang berbuat yang tidak baik yang berkaitan dengan tata kehidupan. Pada pemahaman ini, agama dianggap mampu memberikan arahan dan menjadi sumber moralitas untuk tindakan yang akan dilaksanakan. Pada dasarnya, aturan-aturan etis yang penting diterima semua agama, maka pandangan moral yang dianut oleh agama-agama besar pada dasarnya hamper sama. b. Ajaran moral, moral tumbuh dari hati nurani manusia untuk menjunjung tinggi harkat dan derajat manusia sehingga berbeda dengan makhluk lain. Misalkan pada undang-undang kesehatan, tidak ada pasal atau ayat yang menjelaskan kewajiban bagi seorang tenaga kesehatan untuk menolong orang terkena musibah tabrakan. Artinya jika dirinya tidak menolong korban tabrakan tersebut tidak akan dikenai sanksi hukum. Tetapi secara moral dan tanggung jawab

sebagai anggota masyarakat akan mendorong dirinya untuk bertindak cepat dalam membantu orang sakit. c. Ajaran adat istiadat Setiap kelompok masyarakat memiliki adat istiadat dan kebiasaan yang menjadi nilai-nilai yang dianggap baik atau buruk dan berlaku bagi kelompok tersebut. Setiap tenaga medis dituntut untuk menjunjung tinggi nilai dan norma yang norma yang bersumber dari adat atau budaya masyarakat. d. Aspek hukum Semua peraturan atau perundang-undangan yang berlaku dan dibuat oleh yang berwenang wajib dipatuhi oleh semua warga. e. Kode etik profesi Berasal dari luar orang yang melaksanakan layanan kesehatan dan bersumber dari posisi dan profesinya sendiri. Oleh karena itu, kendatipun ada tuntutan untuk menghormati nilai dan norma masyarakat yang berlaku, pelaku layanan kesehatan tidak boleh melanggar etik profesinya sendiri.

E. PENDEKATAN SOSIOLOGI DIBIDANG KESEHATAN Untuk memahami suatu fenomena sosial keterkaitannya dengan ilmu kesehatan, ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan yaitu (Sarwono, 1993) :

1. Pendekatan Emik Menganalisa perilaku seseorang dengan mendapatkan informasi dari perilaku sendiri, bersifat naratif, subjektif dan sukar digeneralisir (Pelto, 1970). Menurut Foster 1978, pendekatan emik adalah memahami mengapa atau penjelasan mengapa dia melakukan atau menolak melakukan sesuatu. Dalam program kesehatan sering kita mendapatkan kasus yang menggunakan pendekatan emik untuk mengetahui latar belakang seseorang misalnya ketika kita berhadapan dengan seorang/keluarga tidak mau ikut program keluarga berencana. Bila mengetahui alasannya, dalam waktu yang akan datang sudah dapat diantisipasi dengan memberikan alternative jalan keluar yang lebih baik sehingga mengikuti program dengan tidak terpaksa. 2. Pendekatan Etik Menganalisa perilaku/gejala sosial dari sudut pandang orang luar dan dibandingkan dengan budaya lain. Sifatnya objektif dan mempunyai indicator/ukuran agar bisa dibandingkan. Misalnya penelitian

antropolog tentang bagaimana persepsi sehat/sakit menurut suatu kelompok masyarakat/etnis tertentu dan dibandingkan menurut WHO/Depkes.

Oleh karena itu, dalam mengembangkan sosiologi dibidang kesehatan, seorang tenaga kesehatan dapat mengembangkan sikap verstehen yaitu kemampuan untuk menyelami apa yang dirasakan oleh

pasien atau masyarakat itu sendiri kemudian dianalisis berdasarkan ilmu kesehatan yang sudah dimiliki. Tujuan penerapan sosiologi dibidang kesehatan adalah untuk menambah kemampuan para bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam melakukan penilaian klinis secara lebih rasional, menambah kemampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dialami dalam praktek, mampu memahami dan menghargai perilaku pasien, kolega serta organisasi dan menambah kemampuan dan keyakinan dalam menangani kebutuhan sosial dan emosional pasien sebaik kemampuan yang dimiliki dalam menangani gangguan penyakit yang diderita pasien.

F. PENERAPAN SOSIOLOGI DIBIDANG KEBIDANAN Bidan mempunyai peran yang khusus : 1. Terhadap pasien/klien Sebagai pendidik Seorang bidan dapat memberikan pendidikan kebidanan kepada kliennya baik di rumah sakit maupun dikeluarga dan komunitas. Seorang bidan dapat memahami sifat, karakter atau norma masyarakat yang berlaku sehingga pada akhirnya program promosi kesehatan atau agenda pembangunan kesehatan pada suatu masyarakat akan dapat berjalan dengan efektif. Kealpaan kita dalam memahami karakter atau nilai dan norma masyarakat dapat menyebabkan resistensi dari masyarakat terhadap program

pembangunan kesehatan dan memberikan kontribusi wawasan dan pemahaman terhadap tenaga kesehatan atau pengambilan kebijakan dalam bidang kesehatan. Sebagai pemberi asuhan Tenaga bidan mempunyai tugas utama yaitu memberikan asuhan kebidanan pada kliennya. Bidan mempunyai peran therapeutic terhadap kliennya, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk berinteraksi dengan klien sesuai dengan tugasnya. Sebagai model Seorang bidan adalah pelaku pendidikan kesehatan dan pemberi asuhan kebidanan, maka klien akan sangat menghormati dan memperhatikan siapa yang telah merawat dan memberikan pendidikan kesehatan kepadanya. Sebagai peneliti Seorang bidan berkewajiban untuk mencari, mengumpulkan, menganalisis dan menyimpulkan fakta sosial dari data-data yang ada sehingga muncul pengetahuan sosiologi yang bermanfaat bagi kelanjutan proses analisis sosial. Dan berkewajiban untuk meluruskan berbagai pendapat masyarakat awam atau kalangan tertentu yang disebabkan karena salah informasi atau takhayul yang dapat mengubah pola pikir manusia misalnya mengenai pengaruh gerhana bulan terhadap kesehatan anak yang dikandung.

Setiap tugas yang pemberian asuhan, bidan dapat dan harus melakukan penelitian kecil maupun besar terhadap segala sesuatu yang terjadi dan akan terjadi, terutama menyangkut masalah asuhan kebidanan yang diberikannya. Hasil penelitian akan dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhannya kepada kliennya.

Mother Substitute Role/ Expressive (Peran Pengganti Ibu) Masyarakat mengharapkan seorang bidan dapat berperan seperti seorang ibu terhadap putra-putrinya yaitu dapat memberikan rasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dengan penuh kasih sayang.

Sebagai bidan yang menyandang banyak peran, agar dalam melaksanakan perannya berhasil dengan baik tentu memerlukan pengetahuan dasar atau informasi mengenai latar belakang pasien sehingga dalam memberikan asuhan atau pendidikan kesehatan dapat berinteraksi sesuai dengan pola atau norma-norma sosial dan nilainilai budaya yang dimiliki pasiennya. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, menurut Donges (1995), alat untuk menggambarkan masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh bidan, berupa masalah fisik, sosiologis atau psikologis sehingga

sosiologi adalah salah satu dari ilmu dasar yang harus dikuasai oleh seorang bidan dalam melaksanakan asuhan kepada kliennya. Bidan bekerja dengan memperhatikan pola respons pasien, bukan proses penyakit seperti dokter. Menurut Weber respons atau perilaku seseorang dilatar belakangi oleh pengalaman, persepsi, pemahaman, penafsiran seseorang dan ini merupakan suatu alat untuk saling berinteraksi (sosial), sementara menurut Parsons perilaku/respons individu sangat dipengaruhi oleh system sosial, system budaya dan system kepribadian seseorang.

2.

Terhadap tim kesehatan Sebagai Kolaborator Seorang bidan dalam menyelesaikan kasus kliennya suatu saat pasti harus melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya misalnya dokter, petugas gizi atau lainnya dikarenakan kewenangan dan kompetensi yang berbeda. Sebagai Koordinator Saat berada dimasyarakat, bidan dapat bertindak sebagai coordinator yang mengatur program penyelesaian masalah (manager kasus).

Sebagai Anggota tim kesehatan

Bidan merupakan anggota tim dari suatu proses penyelesaian masalah kesehatan baik dirumah sakit maupun dimasyarakat. Semua tugas dan fungsi tersebut pada prinsipnya dilaksanakan dengan interaksi sosial antar petugas dalam rangka melaksanakan asuhan kepada klien/pasien, bagaimana sikap seorang bidan terhadap perilaku masyarakat yang mempunyai latar belakang berbeda sosial budayanya akan menentukan dan memudahkan pola interaksi dan pola asuhan yang diberikan.

G. MASALAH SOSIAL DAN KESEHATAN WANITA Beberapa masalah sosial yang terjadi di masyarakat berdampak pada kesehatan wanita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Permasalahan bertambah berat karena social budaya masyarakat Indonesia belum mendukung sepenuhnya kesempatan wanita dibandingkan pria dalam berperan sehingga perbaikan taraf hidup dan status kesehatannya menjadi terhambat. 1. Kemiskinan, Gizi dan kesehatan wanita Anak-anak wanita yang dilahirkan dari keluarga miskin dan mengalami kekurangan gizi akan mengalami kekurangan gizi pula pada masa hamil dan akan melahirkan bayi (wanita) yang

kekurangan gizi pula, demikian seterusnya. Banyak wanita yang dilahirkan dari keluarga miskin lebih memilih mencari kerja pada usia

remaja (14-15 tahun), baik sebagai pembantu rumah tangga, buruh untuk memperbaiki ekonomi keluarganya. Umumnya, wanita usia remaja telah melakukan perkawinan pada tingkat usia tersebut karena telah mempunyai penghasilan sendiri dan dianggap akan mengurangi beban ekonomi keluarganya. Sering kali, uang penghasilan mereka diserahakan kepada orang tua untuk menafkahi keluarga, sehingga para buruh wanita tidak mampu memperbaiki gizinya sendiri. Dalam keluarga miskin, wanita menempati kedudukan nomor dua dalam hal nutrisi dan pendidikan, sehingga mengakibatkan wanita makin ketinggalan informasi kesehatan dan jangkauan pelayanan kesehatan. Seorang wanita yang kurang gizi sejak remaja dapat mengalami anemia pada hamil dan melahirkan. 2. Potensi kejadian kurang gizi dalam siklus kehidupan a. Masa kanak-kanak Penyebab utama terjadinya kurang gizi pada anak-anak adalah angka pertumbuhan yang tinggi dan angka kesakitan yang lebih tinggi akibat kurang berkembangnya sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit. Kebutuhan energi selama masa pertumbuhan baik pada anak pria dan wanita adalah sama, sehingga diasumsikan bahwa kerentanan terhadap masalah gizi pada anak pria dan wanita adalah sama.

Fakta menunjukkan bahwa angka kematian anak wanita lebih tinggi dibandingkan anak pria. Dimana masih adanya kepercayaan bahwa anak pria membutuhkan makanan yang lebih baik dibandingkan anak wanita dan durasi menyusui pada anak pria lebih lama dibandingkan anak wanita. Serta masyarakat

menganggap bahwa makanan adalah kebutuhan utama dalam kelangsungan hidup sedangkan pelayanan medik dianggap kurang penting dan pendidikan dianggap kurang esensial terutama pada anak wanita. b. Masa Remaja Pada masa ini remaja lebih mendengarkan informasi dari luar keluarga misalnya teman dan media massa. Masa ini merupakan masa yang memerlukan energi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan namun pada masa ini, banyak anak wanita yang justru sudah memikul beban tugas orang dewasa. Dan terjadinya pernikahan di usia dini, biasanya berakhir pula masa pendidikan diikuti dengan kehamilan. Kehamilan pada usia ini akan mempunyai pengaruh yang kurang menguntungkan bagi remaja wanita serta bayi yang dikandungnya. Contohnya, anoreksia nervosa merupakan salah satu masalah yang sering pula terjadi pada masa remaja wanita. Pada usia ini remaja wanita sangat peka terhadap tekanan sosial mengenai bentuk tubuh sehingga berupaya untuk diet tidak sehat sehingga

menyebabkan kelaparan dan terjadi bulimia. Oleh karena itu peran bidan memberikan pendidikan dan informasi tentang kebutuhan gizi dan kesehatan reproduksi pada usia remaja sangat dibutuhkan untuk mencegah dan mengurangi akibat bulimia. c. Masa reproduksi Seorang wanita mempunyai tugas reproduksi dan juga memiliki peran sosial yang mengakibatkan beban kerja yang sangat berat dalam kehidupannya. Seperti, bertanggung jawab merawat keluarga, mengelola rumah tangga, menyediakan makanan, melakukan tugas-tugas kebersihan, mendatangi pelayanan

kesehatan, mengawasi anak-anak dan lain-lain. Selain itu, wanita mempunyai peran dalam keluarga dan masyarakat, seperti bertani, jualan, buruh pabrik. Wanita memiliki peran ganda yang harus dijalani sehingga dapat menyebabkan wanita tersebut mengalami malnutrisi terutama masa reproduksi(kehamilan, menyusui dan menstruasi). d. Masa akhir kehidupan Banyak wanita lanjut usia justru semakin rentan secara sosial saat beranjak tua. Masalah yang banyak terjadi pada masa lansia yang hidup dalam kemiskinan akan mengalami defisiensi energi kronik. Jumlah konsumsi makanan yang makin berkurang serta makin menurunnya fungsi pencernaan seiring bertambahnya usia, menyebabkan lansia mengalami defisiensi nutrisi tertentu.

3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) KDRT merupakan masalah sosial dalam rumah tangga. Jenis kekerasan lazim terjadi pada wanita yang berupa kekerasan fisik , psikis, ekonomi dan spritual. a. Kekerasan fisik Merupakan penganiayaan secara langsung pada pasangan dengan menggunakan tangan, kaki atau benda lainnya. Contoh memukul dengan benda seperti ikat pinggang, kayu, dan rantai, menampar, menedang, mencekik dan menjambak atau meludahi. Sedangkan penganiayaan secara tidak langsung dengan cara memecahkan barang ataui merusak perabot. Pada kekerasan fisik terdapat juga kekerasan seksual yaitu melakukan perbuatan seksual dengan cara memaksa tanpa persetujuan pasangannya. b. Kekerasan psikis Yaitu penganiayaan emosional yang mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri dan hilangnya kemampuan bertindak atau menghidari penganiayaan orang lain yang akan terjadi seperti : ancaman, isolasi, intimidasi , mempergunnakan anak-anak. c. Kekerasan ekonomi Pasangan membuat ketergantungan ekonomi dengan cara mencegah pasangan untuk mandiri dan berpenghasilan sendiri, baik dengan cara bekerja di dalam maupun di luar rumah atau mengatur

semua keperluan oleh pasangan dan harus slalu di minta terlebih dahulu. d. Kekerasan spritual Dimana pelaku merendahkan keyakinan korban, memaksa untuk meyakini hal-hal yang tidak diyakininya, atau memaksa korban mempraktekkan ritual dan keyakinan tertentu.

H. PENANGANAN BIDAN TERHADAP PERMASALAHAN YANG TERJADI DI MASYARAKAT 1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada ibu yang bekerja ganda dan masa reproduktif bahwa dalam melakukan aktifitas sangat memerlukan energy yang sangat banyak. 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang program KB kepada PUS dikarenakan adanya pendapat bahwa ber-KB adalah wanita bukan pria sehingga semua orang menganggap yang paling tepat ber-KB adalah wanita padahal ada beberapa pilihan untuk pria. 3. Memberdayakan wanita dalam pemahaman tentang kesehatan reproduksi seperti wanita tahu kapan melahirkan yang baik, dan dapat mengambil keputusan dalam menentukan pilihan. 4. Memberdayakan masyarakat terutama wanita dalam menyukseskan gerakan masyarakat peduli Air Susu Ibu dalam rangka menurunkan pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan.

5. Memberdayakan

masyarakat

dalam

pemanfaatan

obat

asli

Indonesia dengan cara menanam apotik hidup dihalaman rumah. 6. Memberdayakan masyarakat dalam program sanitasi dan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. 7. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS. 8. Memberdayakan masyarakat terutama keluarga dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, alcohol dan zat adiktif pada remaja. 9. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang perlindungan dan penegakan HAM bagi wanita untuk menghindari kekerasan pada wanita baik secara fisik, psikologis, ekonomi maupun agama. 10. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama wanita tentang kualitas tumbuh kembang anak dan remaja. I.

Anda mungkin juga menyukai