Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sikap penderita wanita yang datang pada dokter agak berbeda dengan sikap penderita pria, lebih-lebih apabila ia datang untuk keluhan ginekologik. Seorang wanita yang mengajukan hal-hal yang sehubungan dengan alat kelaminya cenderung menunjukan gejalagejala kecemasan, kegelisahan, rasa takut, dan rasa malu. Dalam menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada pemeriksaan pertma kali, dari sikap dokter sangat diperlukan pengertian, kesabaran dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Untuk mengurangi dan menghilangkan rasa malu penderita, sebaiknya anamnesis diambil tanpa hadir orang lain. Waktu dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya didampingi oleh seorang pembantu wanita, misalnya seorang suster. Gadis muda belia dan anak kecil perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya. Dalam anamnesis penderita perlu diberi kesempatan untuk mengutarakan keluhankeluhan secara spontan, baru kemudian ditanyakan gejala-gejala tertentu yang menuju kearah kemungkinan diagnosis. Simptomatologi penyakit-penyakit ginekologik unntuk bagian terbesar berkisar antara 3 gejala pokok, yaitu : 1. Perdarahan 2. Rasa nyeri 3. Pembengkakan

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI DASAR A. ANAMNESIS 1. Anamnesis, Umum


o o o o o

Umur Status perkawinan Jumlah anak Pekerjaan Pekerjaan suami

2. Anamnesis, Keluhan Utama Ginekologik


o o o o o o o

Gangguan haid ( bleeding problems ) Keputihan ( fluor albus, leucorhhea ) Nyeri panggul ( pelvic pain ) Pembengkakan ( tumors ) Keluarga Berencana ( Family Planing ) Keluhan menopause Kelainan alat genital

3. RPS ( Present Illness ), Contoh Keputihan


o o o o o o o o

Sejak kapan, normal atau patologis Berapa banyak, Kekentalan Warna Gatal, digaruk Sakit, sakit saat kencing Iritasi Ada darah

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

4. Anamnesis, RPD ( Past History )


o o o

Penyakit Umum ( medical ) Penyakit bedah ( surgical ) Riwayat kehamilan : tentukan jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, dan jumlah abrtus, jenis persalinan, komplikasi kehamilan.

Haid . umur menarche, keteraturan mens, frekuensi, durasi, gejala yang berkaitan seperti kram, nyeri kepala.

o o

Obat-obatan ( medications ) Seksual ( sexual )


Umur pada saat koitus pertama kali Aktivitas seksual (vaginal, anal, oral, manual) Jumlah pasangan seksual Disfungsi seksual Kecemasan seksual

o o

KB ( Family Planing ) Keluarga ( Family )

B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan Umum Apakah penderita terlampau gemuk (obesitas), atau terlampau kurus (cachexia), dan sudah berapa lama keadaan demikian. Diperiksa nadi, suhu tubuh, tekanan darah, pernapasan, mata, kelenjar gondok, payudara, KGB axila, jantung, paru-paru dan perut. Kalau perlu dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium, miksal Hb, leukosit, laju endap darah, pemeriksaan air kencing, dll. 2. Pemeriksaan Mammae Pemeriksaan Klinis Mammae sngat diperlukan untuk mendeteksi kanker. Pemeriksaan bisa mengidentifikasi kanker pada beberapa kasus yang tidak memerlukan mamografi.

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

Inspeksi mammae Pemeriksaan ini dilakukan dengan membusungkan dada unruk memfleksikan otot pectoralis. Hal yang di inspeksi antara lain : eritem, retraksi, skaling terutama pada daerah puting dan edema, yang dinamakan peau dorange. Selain itu kontur aksila juga dinilai simetrisnya. Penilaian nodus limfa. Setelah inspeksi, nodus limfa aksila, supraklavikula dan infraklavikula dipalpasi. Hal ini mudah dilakukan jika pasien berada pada posisi duduk dan tangan di pinggang. Kelenjar limfa dipalpasi dari atas ke bawah. Pada pasien kurus, satu atau lebih dengan ukuran kurang dari 1 cm sering ditemukan. Palpasi payudara Setelah inspeksi, palspasi payudara dilakukan dengan posisi supinasi dan satu tangan berada pada kepala untuk meregang jaringan mammae di dinding dada. Pemeriksaaan harus mencapai jaringan mammae yang menempel di klavikula, batas sternum, inframammary crease , dan garis midaksila. Pemeriksaan dilakukan denagn jari secara kontinu dan bergerak melingkar. Setiap derah palpasi, jatingan harus dinilai bagian permukaan hingga dasar. Selama pemeriksaan, memencet puting susu untuk melihat discharge tidak dilakukan kecuali ka dikeluhkan oleh pasien. 3. Pemeriksaan abdomen Penderita harus tidur telentang dan tenang Inspeksi. Perhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernapasan, kondisi kulit, parut operasi, dsb. Palpasi. Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus yakin bahwa kandung kemih dan rektum kosong karena kandung kemih penuh teraba seperti kista dan rektum terisi menyulitkan pemeriksaan. Kalau perlu pasien kencing/BAB terlebih dahulu atau dilakukan kateterisasi atau diberi klisma. Jelaskan pemeriksaan pada penderita. Kedua Pemeriksaan Ginekologi Dasar 4

tungkai ditekuk sedikit dan disuruh bernafas dalam. Palpasi abdomen dengan seluruh telapak tangan dan jari-jari dari atas atau daerah yang tidak dikeluhkan nyeri. Diperiksa adanya rangsangan peritoneum, adanya nyerim tekan dan nyeri lepas. Baru kemudian palpasi dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama pernafasan. Dimulai dari bagian-bagian yang normal yang tidak dirasakan nyeri dan tidak membesar/menonjol. Perkusi. Dapat ditentukan pembesaran yang disebabkan tumor atau cairan bebas dalam rongga perut. Pada tumor, perkusi pekak terdapat di bagian menonjol saat pasien tidur telentang. Daerah pekak ini tidak akan berpindah walaupun pasien dipindah baringkan. Perkusi pada cairan bebas. Cairan mengumpul pada bagian yang paling rendah, sedang usus-usus mengambang di atasnya. Apabila pasien telentang, maka perkusi timpani di bagian atas perut melengkung ke ventral dan pekak sisi kanan dan kiri. Keadaan berubah bila pasien berbaring miring ke kanan, cairan berpindah dan mengisi bagian kanan dan ventral. Daerah timpani pun berpindah tempat. Tumor yang disertai dengan cairan bebas menunjuk ke arah keganasan. Auskultasi. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang cukup tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus gravidus dan mioma uteri yang besar. Bising usus penting untuk diagnostik peritonitis dan ileus. 4. PEMERIKSAAN GENITALIA Observasi genital eksterna 1. Adanya lesi, perubahan warna, luka, infeksi, ulkus, discharge, kista, trauma, nyeri, kelenjar bartolini dan skene. 2. Menilai kematangan organ seksual. 3. Menilai mons pubis 4. Menilai labia, adanya atrofi atau tidak, mobilitas dan konsistensi. Pemeriksaan Pelvik Pemeriksaan pelvik dilakukan dengan pasien berposisi litotomi. Kepala ditinggikan 300 untuk merelaksasikan abdomen pada pemeriksaan bimanual.

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

a. Inspeksi kelenjar limfa inguinal dan inspeksi perineum Kanker pelvik dan infeksi bisa meluas ke kelenjar limfa inguinal dan ini harus dipalpasi dalam pemeriksaan. Inspeksi perineum dilakukan mulai dari daerah mons pubis secara ventral, ke lipatan genito crural secara lateran dan menuu ke anus. Infeksi dan neoplasma yang terjadi pada vulva juga akan menjalar ke kulit perianal, sehingga daerah ini harus di inspeksi. Beberapa klinisi juga memeriksa kelenja bartholini dan parauretra. Gejala pasien dan adanya ketidaksimetrisan menunjukkan pasien ini perlu pemeriksaan lebih lanjut. b. Pemeriksaan Spekulum Persiapan Lampu Pekulum Handschoen Lubrikan Perlengkapan sitologi : medium, spatel, cytobrush, kaca objek, fiksasi KOH 10% dan NaCl Media transpor untuk klamidia dan gonore Proctoswab dan cotton swab Media transpor untuk uji HPV Kertar uji PH

Prosedur: Sebelum memulai memasukkan spekulum, spekulum disesuaikan dengan ukuran vagina. Spekulum dipanaskan dan diberi lubrikan. Ketika akan memasukkan spekulum, labia minora dilebarkan dan spekulum dimasukkan dibawah meatus. Selama memasukkan spekulum, jari ditempatkan di vagina dan menekan melawan otot bulbocavernosus. Dengan masuknya spekulum, vagina akan berkontraksi dan pasien

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

akan merasa nyeri dan merasa tidak nyaman. Setelah spekulum masuk semuanya, sepkulum dibuka untuk menilai vagina dan serviks.

Penilaian : Pada serviks dinilai ukuran, permukaan, warna dan kontur. Selain itu jua dilihat adanya massa, ulkus, discharge. Pemeriksaan paps smear juga bisa dilakukan untuk memeriksa sitologi serviks. Pada vagina dinilai dinding vagina, rugae, infeksi, kista, dan benda asing.

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

c. Pemeriksaan Bimanual: Ukuran dan mobilitas uterus, adnexa serta nyeri dapat dinilai selama pemeriksaan bimanual. Pada wanita dengan riwayat histerektomi dan adneksektomi, pemeriksaan bimanual masih bernilai. Selama pemeriksaan, jari tengah dan telunjuk dimasukkan bersamaan kedalam vagina hingga mencapai serviks. Untuk mempermudah pemasukan, lubrikan diberikan pada jari ini.ketika serviks dicapai, orientasi serviks dapat dinilai dengan sweeping permukaan anterior serviks. Pada uterus dengan posisi anteverted, ismus akan teraba dibagian depan, sedangkan pada posisi retroverted, buli-buli akan teraba. Pada uterus retroverted, jari terus ke arah posterior untuk menilai ukuran uterus dan nyeri.

Untuk mengukur uterus pada posisi anteverted, jari diletakkan pada serviks dan ditekan ke atas hingga fundus tertekan ke anterior abdomen. Tangan lainnya diletakkan pada abdomen untuk menentukan fundus. Ukuran normal fundus , tangan yang berada di abdomen terletak pada daerah atas ligamen inguinal dan pubic rami. Untuk menilai adnexa, klinisi menggunakan dua jari untuk mengangkat adnexa dari culde-sac ke arah anterior abdomen sehingga adneksum terperangkap di jari pemeriksa dan tangan pemeriksa lainnya. Pemeriksaan Ginekologi Dasar 8

Perabaan vulva dan perineum Pemeriksaan dapat dimulai dengan perabaan glandula Bartholini dengan jari-jari dari luar yang kemudian diteruskan dengan perabaan antara dua jari di dalam vagina dan ibu jari di luar. Dicari apakah ada Bartholinitis, abses, atau kista. Dalam keadaan normal kelenjar Bartholin tidak dapat diraba. Apabila ada urethritis gonoroeika, maka nanah tampak lebih jelas keluar dari orifisium urethra eksternum jika dinding urethra diurut dari dalam ke luar dengan jari-jari yang berada I dalm vagina. Glandula paraurethralateralis perlu pula diperhatikan. Selanjutnya, diperiksa keadaan perineum, bagaimana tebalnya, tegangnya, dan elastisitasnya. Perabaan vagina dan dasar panggul Himen yang masi utuh atau kaku (hymen rigidus) merupakan kontraindikasi bagi pemeriksaan dalam per vaginam. Apabila tidak demikian halnya, sebaiknya dua jari dimasukan ke dalam vagina Diperiksa apakah introitus vagina dan vagina sempit atau luas, apakah dinding vagina licin atau kasar bergaris-garis melintang (rugae vaginalis), apakah teraba polip, tumor (kista saluran gartner atau saluran Muller, karsinoma primer atau metastasis koriokarsinoma), atau benda asing. Apakah ada kelainan bawaan, seperti septum vagina, apakah puncak vagina teraba kaku oleh jaringan parut atau karsinoma servisis uteri tingkat II dan III. Pada pemeriksaan vagina tidak boleh dilupakan perabaan kavum douglasi dengan menempatkan ujung jari di forniks posterior. Penonjolan forniks posterior dapat disebabkan oleh : a) Terkumpulnya feses/skibala di dalam rectosigmoid b) Korpus uterus dalam retrofleksio c) Abses di kavum douglasi d) Heatokel retrouterina pada kehamilan ektopik terganggu e) Katup bawah tumor ovarium atau mioma uteri f) Tumor rektosigmoid

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

Perabaan serviks Perabaan serviks harus dilakukan secara sistematis. Berturut-turut diperhatikan : a) Kemana menghadapnya b) Bentuknya, apakah bulat atau terbelah melintang c) Besarnya dan konsistensinya d) Apakah agak turun kebawah e) Apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama ostium uteri internum Perabaan Korpus uteri Perabaan korpus uteri harus dilakukan secara sistematis. Berturut-turut harus diperhatikan: a) Letaknya b) Bentuknya c) Besarnya dan Konsistensinya d) Permukaanya, dan gerakanya Perabaan parametrium dan adneksum Pemeriksaan daerah disamping uterus baru dapat dilakukan dengan baik apabila posisi uterus sudah diketahui. Jari-jari perlu dimasukan sedalam-dalamnya, jikaperlu perineum didorong kedalam, sehingga ujung jari bisa mencapai 2-5cm lebih dalam . Pemeriksaan sebaiknya dimulai di sisi yang tidak terasa nyeri atau yang tidak ada tumornya. Penebalan parametrium sampai ke tulang panggul yang disertai rasa nyeri merupakan gejala parametritis. Pada karsinoma servisis uteri penebalan parametrium tidak disertai rasa nyeri, pada stadium II penebalan tidak sampai di tulang panggul, pada stadium III sampai ditulang panggul. Letaknya kista ovarium diantara kedua lapisan ligamentum (intraligamenter), sukar ditentukan sebelum perut dibuka.

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

10

Pemeriksaan rectovaginal Pemeriksaan ini dilakukan pada beberapa indikasi seperti, nyeri pelvik, adanya massa pelvis, gejala pada rektum dan pada skrining ca kolon.

Pada pemeriksaan ini, jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina dan jari tengah ke dalam rektum. Posisikan jari seperti menggunting dan meraba septum untuk menilai adanya luka. Kemudian jari telunjuk dikeluarkan, dan jari tengah melakukan perabaan diseluruh rektum untuk mendeteksi massa.

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

11

BAB III

KESIMPULAN

Pada pemeriksaan umum seri didapatkan keterangan-keterangan yang menuju kea rah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan perut sangat penting pada setiap penderita ginekologik, tidak boleh diabaikan dan harus lengkap, apapun keluhan penderita harus terlentan secara santai. Letak dan posisi penderita dalam pemeriksaan genitalia eksterna, dega inspeksi perlu diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan dan sebagainya dari genitalia eksterna, perineum, anus, dan sekitarnya. Terutama dicari apakah ada peradangan, iritasi kulit, eksema dan tumor. Pemeriksaan genitalia interna dilakkan dengan kedua tangan (bimanual), dua jari atau satu jari dimasukan ke dalam vagina, atau satu kedalam rectum, sedang tangan lain (biasanya empat jari) diletakan di dinding perut. Untuk memperoleh hasil sebaik-baiknya, penderita berbaring dalam letak litotomi, diberitahu padanya bahwa akan dilakukan pemeriksaan dalam dan harus santai, tidak boleh menegangkan perutnya. Yang harus diperhatikan adalah letaknya, bentuknya, besarnya, konsistensinya, permukaan dan gerakanya. Anamnesis adalah point penting yang harus dilakukan diawal, dimulai dari umur penderita, sudah menikah atau belum, paritas, siklus haid, penyakit yang pernah diderita, terutama kelainan ginekologik serta pengobatanya, dan operasi yang pernah dialami.

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Derek LJ. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates,

2. Achadiat CM. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

3. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : ECG

4. Prawiroharjdo, sarwono. 2007. Ilmu Kandungan YBP SP : Jakarta : YBP

5. Johson Ruth-wendy Taylor. 2004. Buku Ajar Praktek Kebidanan : Jakarta EGC

Pemeriksaan Ginekologi Dasar

13

Anda mungkin juga menyukai