Anda di halaman 1dari 45

PROGRAM AKSELERASI PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT

Oleh : Dr. Sri Astuti Soeparmanto MSc(PH) Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
SEMINAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI HPS 2007

Landasan Hukum
UUD 1945 pasal 28 ayat (1) dan UU nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan; Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah; Peranan pemerintah daerah (propinsi, kabupaten/kota) dan pusat dalam pemenuhan hak-hak dasar anak. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ditegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara diharapkan dapat menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi 1990. Salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 Bidang Kesehatan adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20% (termasuk penurunan prevalensi gizi buruk menjadi 5 %).

Lanjutan

UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan Ketahanan Pangan Kondisi Terpenuhinya Pangan Bagi Setiap Rumah

Tangga Yang Tercermin Dari Tersedianya Pangan Yang Cukup Baik Jumlah Maupun Mutunya, Aman Merata Dan Terjangkau. FAO: Ketahanan Pangan Adalah Kondisi Semua Keluarga Terhadap Pangan Baik Secara Fisik Maupun Ekonomi, Sehingga Setiap Keluarga Tidak Mempunyai Risiko Kekurangan Gizi

UU NO 7 1996 TENTANG PANGAN PASAL 3 TUJUAN PENGATURAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN : TERSEDIANYA PANGAN YG MEMENUHI PERSYA RATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI BAGI KEPENTINGAN KESEHATAN MANUSIA TERCIPTANYA PERDAGANGAN PANGAN YG JUJUR DAN BERTANGGUNG JAWAB TERWUJUDNYA TINGKAT KECUKUPAN PANGAN DENGAN HARGA YG WAJAR DAN TERJANGKAU SESUAI DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT

Jenis dan besaran masalah gizi di Indonesia 2005 9 juta Usila


5 juta anemi gizi besi

9 juta

4 Juta Ibu Hamil


2 juta bumil anemia gizi 1 juta Kurang Energi Kronis

10 juta 118 juta

4 Juta

arga umah u l e ik tr z a i k g g an akit tin h y n u n s a e A pang hatan (p n a edia us kese ingan) s r e t Ke ga Stat cac e k , i g s tan infek 31 Juta
- 5 juta balita Gizi Kurang - 8,1 juta anak anemia gizi besi - 10 juta anak KVA sub klinis - 11 juta anak pendek - 10 juta anemia gizi besi - 3,4 juta risiko GAKY

350 ribu BBLR setiap tahun

3,5 juta remaja putri (15-19 tahun) dan WUS anemia gizi besi 30 juta kelompok usia produktif (Lakilaki dan perempuan) Kurang Energi Kronis

18 juta

KEMISKINAN DAN KERWANAN PANGAN PENDUDUK MISKIN : TAHUN 2005 : 36,80 JUTA (16,69%) TAHUN 2006 : 39,30 JUTA (17,75%) TAHUN 2007 : 37,17 JUTA (16,58%)

RENTAN TERHADAP RAWAN PANGAN


PENDUDUK SANGAT RAWAN PANGAN TH 2005 (70% AKG): 5,105 JUTA JIWA (2,32%) PENDUDUK SANGAT RAWAN PANGAN TH 2006 : 10,04 JUTA JIWA (4,52%) 127,9 JUTA JIWA (60%) MENGKONSUMSSI ENERGI 1332-1998 KKAL/KAP/HR

(Diolah : Badan Ketahanan Pangan Deptan 2007)

PREVALENSI GIZI KURANG DAN BURUK DI INDONESIA TAHUN 1998-2005

30

29.5 26.4 24.7 26.1

27.3

27.5

28.0

Prevalensi (%)

20

10.1
10

8.1

7.5

6.3

8.3

8.8

1998

1999

2000

2001 Tahun

2002

2003

2005

Gizi Kurang Gizi Buruk

Susenas 1998-2005

NO

PROPINSI

PREVALENSI GIZI BURUK,GIZI KURANG BALITA TAHUN 2005 (%) GIZI BURUK GIZI KURANG 18,2 129,6 16,5 18,7 17,5 19,6 16,7 17,0 17,3 15,0 BURUK+KURANG 28,7 30,4 25,8 24,2 26,0 26,6 23,9 25,7 27,5 22,3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEP.RIAU DKI JAKARTA

10,5 10,8 9,3 5,5 8,5 7,0 7,2 8,7 10,2 7,3

NO

PROPINSI

PREVALENSI GIZI BURUK,GIZI KURANG BALITA TAHUN 2005 (%) GIZI BURUK GIZI KURANG 16,2 18,1 11,0 18,1 19,2 15,4 24,9 28,0 21,2 17,2 BURUK+KURANG 22,0 23,9 15,1 23,8 26,2 20,5 33,3 41,0 32,8 27,4

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG

5,8 5,8 4,1 5,7 7,0 5,1 8,4 13,0 11,6 10,2

NO

PROPINSI

PREVALENSI GIZI BURUK,GIZI KURANG BALITA TAHUN 2005 (%) GIZI BURUK GIZI KURANG 24,5 18,3 14,7 21,0 21,5 19,3 26,1 18,5 17,1 17,5 BURUK+KURANG 35,8 25,9 23,1 31,4 30,1 29,3 41,5 33,7 27,3 31,3

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO MALUKU MALUT PAPUA

11,3 7,6 8,4 10,4 8,6 10,0 15,4 15,2 10,2 13,8

PREVALENSI GIZI KURANG BALITA INDONESIA MENURUT KABUPATEN/KOTA (SUSENAS 2005)

< 20% 20-29.9% 30-39.9% 40% t. a. d

75 Kab/Kota 191 Kab/Kota 109 Kab/Kota 42 Kab/Kota 23 Kab/kota

Aceh tidak dikumpulkan data antropometri

PERKEMBANGAN KABUPATEN/KOTA DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK TAHUN 2003 & 2005 Klasifikasi Kabupaten/Kota Menurut Prevalensi Gizi Kurang Tahun 2005 Klasifikasi Kabupaten/Kota Menurut Prev Gizi Kurang Tahun 2003 <10 <10 10-19,9 20-29,9 30 Total Kab/Kota Membaik Memburuk Tidak berubah : : : 66 83 162 1 3 0 1 5 10-19,9 1 32 14 6 53 20-29,9 4 31 75 42 152 30 2 13 32 54 101 8 79 121 103 311

Total Kab/Kota

Permasalahan Umum Pada 100 Kabupaten Rawan Pangan

Masalah ketersediaan pangan Masalah kesehatan dan gizi Masalah kemiskinan Masalah sarana (akses jalan, listrik, air bersih, pelayanan kesehatan)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA 2005


Propinsi DKI Jakarta Sulawesi Utara Riau DI Yogya Kalteng Kaltim Kep Riau Sumut Sumbar Bengkulu Jambi
Sumber: BPS

IPM 76,1 74,3 73,6 73,5 73,3 72,9 72,2 72,1 71,3 71,1 71,0

Urutan Propinsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Babel Sumsel Jabar Bali Jateng Maluku NAD Lampung Banten Sulteng Jatim

IPM 70,7 70,2 69,9 69,8 69,8 69,2 69,0 68,8 68,8 68,5 68,4

Urutan 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Propinsi Sulsel Sultra Gorontalo Kalsel Malut Kalbar Sulbar Papua Barat NTT NTB Papua

IPM 68,2 67,7 67,5 67,4 67,0 66,2 65,7 64,8 63,6 62,4 62,1

Urutan 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Pengelompokan kategori status wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang (BB/U) menurut WHO (1999) RENDAH < 10% SEDANG 10 - 19% TINGGI 20 - 29% SANGAT TINGGI > 29%

KAITAN ANTARA PERBAIKAN GIZI, PENINGKATAN SDM DAN KEMISKINAN

Kemiskinan kurang

Ekonomi Meningkat

Peningkatan Produktivitas

Perbaikan Gizi, Tumbuh kembang fisik dan mental anak

Investasi sektor sosial (Gizi, Kes, Pendidikan)

Peningkatan Kualitas SDM

Sumber: Martorell, 1992

Peran Gizi Kurang terhadap Kematian Bayi dan Balita


ISPA, 19 Lain2, 32 Malaria, 5

Gizi Kurang 54%


Diare, 19 Perinatal, 18
WHO, 2002

Campak, 7

Gizi, Kesehatan dan Kualitas SDM


jut Usia lan

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian Daya tahan rendah Absensi meningkat Produktivitas rendah Pendapatan rendah Tumbuh kembang otak tidak optimal Gangguan kecerdasan & mental Potensi pendidikan rendah

Usia h sekola dan ktif Produ

Umur Harapan Hidup Pendapatan per kapita Tingkat melek huruf

, Janin Bayi dan a Balit

Penyebab Masalah Gizi


Status Gizi
ASUPAN GIZI

(UNICEF, 1998)

INFEKSI PENYAKIT

Penyebab LANGSUNG

Ketersediaan Pangan tingkat Rumah Tangga

Perilaku/asuhan Ibu dan Anak

Pelayanan kesehatan

Penyebab TAK LANGSUNG

KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH, KETERSEDIANAN PANGAN, KESEMPATAN KERJA

Masalah UTAMA

KRISIS POLITIK DAN EKONOMI

Masalah DASAR

KONSEP KERJA SKPG KEGAGALAN PRODUKSI


Sangat dini

KRISIS EKONOMI

Ketersediaan Pangan di Masy kurang

Cukup dini Ketersediaan Pangan RT kurang Kurang dini Asupan Zat gizi kurang

Pendapatan menurun Daya beli menurun

PREVENTIF KURATIF

KURANG GIZI

Periode Pertumbuhan Kritis


Kehamilan & Pertumbuhan Janin Peningkatan dengan cepat jumlah sel
Menentukan tinggi badan potensial

Pertumbuhan Bayi & Anak Peningkatan Untuk Mencapai Tinggi dan Berat dengan cepat badan optimal ukuran sel
Membangun berat badan potensial

Peningkatan dengan cepat ukuran sel


Menentukan berat badan potensial

Vitamin, mineral protein

Enersi, Vitamin, mineral

Seluruh zat gizi secara seimbang

80% sel otak manusia dibentuk pada saat janin sampai usia 2 tahun Konsepsi 20 mg LAHIR 2 TAHUN

Sumber : Unicef, Mei 2004

PRIORITAS INTERVENSI PADA MASAEMAS DAN KRITIS


Investasi tepat waktu Investasi terlambat , Mutu SDM rendah

100%

Tumbuh kembang otak

80%
ASI Eksklusif

ASI & MP-ASI

Surat Al Baqarah ayat 233 Para ibu hendaklah menyusukan anakanaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan

lahir 6 bl
Sumber: FKM-UI, Ascobat Gani

2 th

5 th

umur

Gangguan pertumbuhan telah terjadi sejak usia 4-6 bulan pertama kehidupan bayi; terjadi baik di desa maupun kota Mulai umur 6 bulan gangguan pertumbuhan makin nyata dan mencapai puncaknya pada umur 11 bulan Kurva pertumbuhan masih tetap menurun hingga umur 23 bulan Sesudah 23 bulan kurva pertumbuhan relatif mendatar

1.5 1
Keadaan gizi menurut BB/U

1999

2000

2002

0.5 0 0 -0.5 -1 -1.5 -2


Umur (bulan)

12

16

20

24

28

32

36

40

44

48

52

56

60

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU


DATANG KE POSYANDU DIDAFTAR DITIMBANG
BB ANAK DICATAT & DI PLOT KE KMS

PELAYANAN GIZI DAN KESEHATAN DASAR

KONSELING

N = NAIK T = TIDAK
NAIK DINILAI STATUS PERTUMBUHAN BERDASARKAN KURVA BB ANAK

TIDAK GIZI BURUK

2xT
KONFIRMASI

BGM, PERTAMA
DITIMBANG

DIRUJUK

GIZI BURUK

STRATEGI
NILAI
Berpihak pd rakyat Bertindak cepat dan tepat Kerjasama Integritas yang tinggi Transparan dan akuntabel

Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan Meningkatkan pembiayaan kesehatan

MISI
Membuat Rakyat Sehat

VISI
Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat

INDIKATOR DAN TARGET KADARZI 2007


NO 1 2 3 4 5 6 7 INDIKATOR BADUTA ditimbang secara teratur di Posyandu Balita Gizi Buruk GAKIN ditangani sesuai standar Ibu menyusui eksklusif Balita GAKIN 6-24 bulan mendapat MP-ASI Bayi, balita, bumil dan bufas mendapat suplementasi zat gizi mikro Keluarga mengkonsumsi garam beryodium Keluarga makan beraneka ragam TARGET 70% 100% 60% 60% 80% 80% 70%

1. Peningkatan pendidikan gizi. 2. Penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A dan kurang zat gizi mikro lainnya. 3. Penanggulangan gizi lebih. 4. Pemberdayaan masyarakat. 5. Peningkatan surveilans gizi.

TUJUAN
Umum: Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita
menjadi setinggi-tingginya 20% dan prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun 2009.

Khusus:
1. Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di Posyandu, Puskesmas dan jaringannya. 2. Meningkatnya cakupan tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas dan Rumah Tangga. 3. Meningkatnya kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas dan Rumah Tangga. 4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan keluarga sadar gizi. 5. Berfungsinya sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

KEBIJAKAN
Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk:
Program Nasional. Nasional Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan daerah Pendekatan komprehensif, dengan mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan dan pemulihan. Semua kabupaten/kota secara terus menerus, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat. Menggalang kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat di berbagai tingkat. Pendekatan Pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.

STRATEGI
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat : Mengaktifkan kembali Posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi keluarga & masyarakat dlm memantau tumbuh-kembang balita, dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat

STRATEGI
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas :
Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota, Perhatian khusus pada 151 Kabupaten-Kota dg prevalensi gizi kurang > 30% Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A, MP-ASI dan makanan tambahan.

3. Meningkatkan Sistem Surveilance, Monitoring dan informasi kesehatan


Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Gizi Buruk, 4.

STRATEGI

Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan termasuk Perbaikan Gizi Masyarakat


Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan prioritas pembiayaan bagi Program Kesehatan dan Gizi. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumberdaya, dalam rangka Perbaikan Gizi Masyarakat.

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi


KELUARGA MASYARAKAT dan LINTAS SEKTOR SELURUH KELUARGA
Intervensi jangka menengah / panjang

Sehat, BB Naik (N)

PELAYANAN KESEHATAN

1. Penyuluhan/Konseling Gizi; a. ASI eksklusif dan MP-ASI b. Gizi seimbang c. Pola asuh ibu dan anak 2. Pemantauan pertumbuhan anak 3. Penggunaan garam beryodium 4. Pemanfaatan pekarangan 5. Peningkatan daya beli KELUARGA MISKIN 6. Bantuan pangan darurat; a. PMT balita, ibu hamil b. Raskin

POSYANDU Penimbangan balita emua Balita Konseling Punya Suplementasi gizi KMS Pelayanan kesehatan dasar

(D)

BGM, Gizi buruk, sakit BB Tidak naik (T), Gizi kurang

Intervensi jangka pendek, darurat

Puskesmas

Sehat, BB Naik (N)

PMT Pemulihan Konseling

Rumah Sakit

Sembuh perlu PMT

Sembuh, tidak perlu PMT Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

POKOK KEGIATAN
1. Revitalisasi Posyandu a) Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas dan lintas sektor b) Pelatihan ulang kader c) Pembinaan dan pendampingan kader d) Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/Buku KIA, panduan Posyandu, media KIE, sarana pencatatan. e) Penyediaan biaya operasional f) Pemberdayaan ekonomi kader melalui penyediaan modal usaha kader melalui Usaha Kecil Menengah (UKM)

POKOK KEGIATAN (lanjutan)


2. Revitalisasi Puskesmas a) Pelatihan manajemen program gizi di puskesmas bagi pimpinan dan petugas puskesmas dan jaringannya b) Penyediaan biaya operasional Puskesmas untuk pembinaan posyandu, pelacakan kasus, kerjasama LS tingkat kecamatan, dll c) Pemenuhan sarana antropometri dan KIE bagi puskesmas dan jaringannya d) Pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi petugas rumah sakit dan puskesmas perawatan

POKOK KEGIATAN (lanjutan)


3. Intervensi Gizi dan Kesehatan a. Perawatan/pengobatan gratis di Rumah Sakit dan Puskesmas balita gizi buruk dari keluarga miskin b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP-ASI bagi anak 6-23 bulan dan PMT pemulihan pada anak 24-59 bulan kepada balita gizi kurang dari keluarga miskin c. Pemberian suplementasi gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe) Promosi Keluarga Sadar Gizi a. Menyusun strategi (pedoman) promosi norma keluarga sadar gizi b. Mengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi promosi ke masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat-tempat umum. c. Melakukan kampanye secara bertahap, tematik menggunakan media efektif terpilih d. Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma dengan dukungan petugas

4.

POKOK KEGIATAN (lanjutan)


5. Pemberdayaan keluarga a. Pemberdayaan di bidang ekonomi b. Pemberdayaan di bidang pendidikan c. Pemberdayaan di bidang kesehatan d. Pemberdayaan di bidang ketahanan pangan 6. Advokasi dan pendampingan

a. Menyiapkan materi/strategi advokasi


b. Diskusi dan rapat kerja dengan DPRD secara berkala c. Melakukan pendampingan di kabupaten

POKOK KEGIATAN (lanjutan)


7. Revitalisasi SKPG a. Memfungsikan sistem isyarat dini dan intervensi, serta pencegahan KLB b. Memfungsikan sistem pelaporan, diseminasi informasi dan pemanfaatannya c. Penyediaan data gizi secara reguler (pemantauan status gizi, pemantauan konsumsi gizi, analisis data susenas).

Anda mungkin juga menyukai