Anda di halaman 1dari 12

KELUARGA SADAR GIZI

Disusun oleh : YERI HOLO SARAGI 080100110

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/ ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyeleaikan makalah yang berjudul Keluarga Sadar Gizi. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi persyaratan kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas FK USU dan meningkatkan pemahaman penulis tentang penelitian di bidang kesehatan. Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Sri Lestari, SP atas bimbingan dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang turut membantu dengan memberikan dukungan ide. Biarlah Tuhan Yang Maha Esa yang membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf dan juga mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Agustus 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4 1.1.Latarbelakang................................................................................................................ 4 1.2.Tujuan ........................................................................................................................... 5 1.3.Manfaat ......................................................................................................................... 5

BAB 2 ISI 2.1.Keluarga Sadar Gizi ...................................................................................................... 6 2.2.Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ................................................................................... 9 2.3.Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi ....................................................................... 9 2.4.Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi...................................................................... 9 2.5.Program Keluarga Sadar Gizi ..................................................................................... 10 2.6.Indikator Keluarga Sadar Gizi .................................................................................... 11 2.7.Menyusun Menu Seimbang ........................................................................................ 13

BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Gambaran status gizi balita diawali dengan banyaknya bayi berat lahir rendah (BBLR) sebagai cerminan tingginya masalah gizi dan kesehatan ibu hamil. Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 350 ribu bayi yang BBLR ( 2500 gram), sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan kematian balita. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta balita gizi kurang; 1,7 juta diantaranya menderita gizi buruk. Pada usia sekolah, sekitar 11 juta anak tergolong pendek sebagai akibat dari gizi kurang pada masa balita. Masalah kurang gizi lainnya yaitu Anemia Gizi Besi (AGB) yang diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil. Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh sekitar 3,4 juta anak usia sekolah dan sekitar 10 juta balita menderita kurang vitamin A (KVA). Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada kecenderungan peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir. Hasil survei di perkotaan menunjukkan bahwa sekitar 12 % penduduk dewasa menderita gizi lebih. Data lain menunjukkan adanya peningkatan prevalensi penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya hidup.

Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai keluarga sadar gizi, karena pada umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu sebenarnya Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu maupun keluarga belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah gizi kurang dan gizi lebih, serta penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini. Hal ini terjadi karena kurang memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum menerapkan indikator dari Kadarzi itu secara keseluruhan.

1.2. Tujuan Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi dan bagaimana penerapan keluarga sadar gizi pada masyarakat

1.3. Manfaat Sebagai bahan masukan bagi penulis maupun pihak-pihak yang berkepentingan tentang apa yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi dan bagaimana penerapan keluarga sadar gizi tersebut pada masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi (kapsul vitamin A dosis tinggi) (Depkes RI, 2007). Dalam hal ini, keluarga merupakan tatanan masyarakat terkecil dan paling inti dengan beranggotakan bapak, ibu, dan anak-anak. Di sinilah tata cara nilai, norma, kepedulian dan kasih sayang terbina sejak dini. Dalam keluarga, sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan fisik yang paling dasar yaitu makan dan minum. Ditingkat keluarga juga dilakukan pengambilan keputusan tentang makanan, gizi dan kesehatan dilaksanakan. Masalah yang terjadi ditingkat keluarga seperti gizi kurang, gizi buruk, anemia dan sebagainya, sangat erat kaitannya dengan perilaku keluarga yang bersangkutan selain akar masalah adalah kemiskinan. Pemahaman Kadarzi oleh semua yang bertujuan mewujudkan keluarga sehat, cerdas dan mandiri sangat diperlukan untuk menjadikan bangsa sehat dan negara kuat (Syahartini, 2006). Diharapkan bahwa dalam satu keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, anak, atau siapa pun yang terhimpun dalam keluarga itu (Depkes RI, 1998).

Menimbang berat badan Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan

pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil (Suparmanto, 2006: 5).

Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan (Arisman, 2007: 59). a) Manfaat memantau berat badan secara teratur : 1) Mengatahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita 2) Mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya perdarahan pada saat melahirkan. 3) Mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut b) Akibat bila tidak memantau berat badan dan pertumbuhan anggota keluarga 1) Tidak mengetahui perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak balita secara normal. 2) Tidak mengetahui adanya gejala penyakit pada bayi, anak balita dan ibu hamil, misalnya kekurangan zat gizi, kegemukan, gangguan pertumbuhan janin dan gangguan kesehatan (Suparmanto, 2006: 5).
Memberikan ASI Ekslusif Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, yang dapat memenuhi kebutuhan bayi usia 0-6 bulan hingga 100%. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh bayi sehingga ASI akan mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan gizi. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Kristiyanasari, 2009: 9 ). ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI adalah makanan yang paling sempurna dan bersih, mengandung anti bodi yang sangat penting dan nutrisi yang tepat. ASI adalah sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang sangat seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi (Kristiyanasari, 2004). ASI ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air teh, air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti bubur nasi, bubur tim atau bubur susu.

Komposisi ASI ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu sapi, karena susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan ASI disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia. Komposisi ASI demikian spesifiknya sehingga komposisinya berbeda dari ibu yang satu dengan ibu yang lainnya. Misalnya, komposisi air susu dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan dengan ibu yang melahirkan kurang bulan berbeda, walupun kedua ibu ini melahirkan pada waktu yang sama. 1) Kolostrum Pelindung Kolosal Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein tinggi. Cairan emas yang encer dan sering kali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah dari pada susu sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit (Utamy, 2008). 2) ASI Peralihan / Transisi ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum manjadi ASI yang matang. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volume akan makin meningkat. (Utamy. 2008). 3) ASI Matang / Matur ASI matur merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan. Makan Beraneka Ragam Makanan ialah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi yang berguna bila dimasukkan kedalam tubuh. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Protein zat lemak dan karbohidrat disebut zat makanan pokok karena banyak memberikan kalori (Arisman, 2007: 9).

Zat zat makanan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (Arisman. 2007: 16). a. Harus cukup memberikan kalori b. Harus ada perbandingan yang baik antara zat makan pokok, yakni: karbohidrat, protein dan lemak. c. Protein yang masuk harus cukup banyak dan mengandung asam amino. d. Harus cukup mengandung vitamin e. Harus cukup mengandung garam mineral f. Harus mudah dicernakan oleh alat pencernaan g. Harus bersifat higienis

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang hanya dapat diperoleh dari makanan. Dalam fungsi ini zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar. Ada 3 fungsi zat gizi dalam tubuh : 1) Memberikan Energi Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Kegiatan zat gizi termasuk zat organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar. Kegiatan zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. 2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan Protein mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat tersebut dinamakan zat pembangun. 3).Mengatur proses tubuh Protein mineral air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memlihara netralitas tubuh dan membentuk anti bodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif (Almatsier, 2004: 8).

Menggunakan garam beryodium Garam beryodium yaitu : garam yang telah ditambah zat yodium yang diperlukan oleh tubuh. Manfaat garam beryodium adalah mencegah terjadinya penyakit gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Membesar kelenjar gondok di daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik seseorang. Defisiensi yang berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan kelenjar tersebut membesar sehinnga menyebabkan gondok. Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi produksi T4. Penurunan T4 dalam darah memicu sekresi TSH yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar tiroid, selanjutnya memicu terjadinya hyperplasia tiroid. Efisiensi pemompaan yodium bertambah dibarengi dengan pemecahan yodium tiroid. 1). Defisiensi pada janin Defisiensi yodium pada janin merupakan dampak dari kekurangan pada ibu. Keadaan ini berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir, yang semua itu sesungguhnya dapat dicegah melalui intervensi yang tepat. Pengaruh utama defisiensi yodium pada janin ialah kretinisme (kerdil) endemis, yang sangat berkaitan dengan bentuk sporadic. 2). Defisiensi pada bayi baru lahir Selain berpengaruh terhadap angka kematian, fungsi tiroid pada bayi baru lahir terhubung dengan kenyataan bahwa otak bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal otak dewasa. Kekurangan yodium yang berlangsung lama akan berpengaruh terhadap fungsi tiroid yang kemudian mengancam otak secara dini. 3). Defisiensi pada anak Kekurangan yodium pada anak khas terkait dengan insidensi gondok. Angka kejadian gondok meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah remaja. Penelitian terhadap anak sekolah yang tinggal di daerah endemis menunjukkan gangguan kinerja belajar serta nilai kecerdasan (IQ). 4). Defisiensi pada orang dewasa Pemberian yodium dalam bentuk garam, roti, atau minyak beryodium ternyata lebih efektif dalam pencegahan gondok orang dewasa. Oleh karena itu cara ini lebih banyak diterima di masyarakat yang bermukim di daerah endemis (Arisman, 2007: 135).

10

Minum suplemen gizi Suplemen adalah kombinasi dua atau lebih vitamin dan zat mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Suplemen dapat berupa gabungan dari berbagai macam vitamin atau zat lain seperti asam amino. Jenis suplemen tunggal bisa terdiri dari kalsium, zinc, vitamin, asam folat, dan lain-lain. Suplemen tidak diperlukan selama pengolahan makanan menerapkan pola gizi seimbang. Asupan gizi paling bagus adalah dari makanan. (Yokozu. 2009) Sebagai contoh suplemen yang bagus untuk bayi adalah vitamin A juga merupakan suatu zat yang sangat penting untuk tubuh, banyak penelitian yang telah membuktikan keterkaitan antara kekurangan vitamin A dengan berbagai penyakit infeksi. Banyak sekali keadaan yang mempengaruhi status vitamin A seseorang. Salah satu faktor yang penting ialah kekurangna asupan vitamin A dan provitamin A. (Arisman. 2007). Kekurangan (defisiensi) vitamin A sering terdapat pada anak-anak balita. Tandatanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan pada konvenrsi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita kurang energi protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia, atau gangguan absorbsi. Kekurangan vitamin A banyak terdapat di Negara berkembang termasuk Indonesia (Almatsier, 2004: 163). Selain itu zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh mannusia, yaitu 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam tubuh di dalam jaringan tubuh. Kekuranagn besi sejak tiga puluh tahun terakhir diakui berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sitem kekebalan tubuh (Almatsier, 2004. hlm. 249). Sumber besi adalah makanan hewani, seperti daging ayam, dan ikan. Sumber lain adalah telur, sereal, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang paling umum terdapat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Kehilangan

11

besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorbs besi. Selein itu kekuranagan besi dapat terjadi karena perdarahan, akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit gangguan absorbsi (Almatsier, 2004: 256).

12

Anda mungkin juga menyukai