Difusi Gas Berdasarkan Molekul Makin tinggi tekanan gas makin rapat molekul gas, makin besar energi untuk saling berbenturan. Difusi Netto Gas dalam Satu Arah - Efek Gradien Konsentarsi Difusi mengalir dari tempat dg konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
Kecepatan difusi tiap gas berbanding lurus dengan tekanan gas yang disebabkan oleh gas itu sendiri disebut tekanan parsial gas. Udara dg nitrogen 79%, oksigen 21%. Tekanan total dari campuran ini pada ketinggian di atas permukaan laut kira-kira 760 mmHg, jelas bahwa tekanan dasar molekul yang menyokong tiap gas terhadap tekanan total sebanding konsentrasinya. 79% dari 760 mmHg oleh nitrogen (600 mmHg), & 21% oleh oksigen (160 mmHg). Tekanan parsial masing-masing gas dalam campuran dinyatakan dengan PO2, PCO2, PN2, PH2O, PHe, dan sebagainya.
2
Faktor-Faktor yang Menentukan Konsentrasi Gas Terlarut dalam Cairan. Konsentrasinya koefisien larutan dari gas. Semakin tinggi maka tekanan yg ditimbulkannya semakin rendah ( scr kimia dan fisik mudah ditarik oleh molekul air)
Koefisien kelarutan
Oksigen 0,024 Karbondioksida 20 X Karbon dioksida 0,57 kelarutannya Karbon monoksida 0,018 dibanding oksigen Nitrogen 0,012 Helium 0,008
Membran Pernafasan
lapisan cairan melapisi alveolus berisi surfaktan epitel alveolus tdd sel epitel yang tipis membran basalis epitel ruang interstisial tipis membran basalis kapiler yang pada beberapa tempat bersatu dengan membran basalis epitel membran endotel kapiler
Kapasitas Difusi Oksigen Rata-rata laki-laki dewasa muda kapasitas difusi oksigen pada keadaan istirahat rata-rata 21 ml/menit/mmHg. Perbedaan tekanan oksigen ratarata diantara membran pernafasan selama pernafasan tenang dan normal adalah kira-kira 11 mm Hg. Perkalian tekanan ini dengan kapasitas difusi (11x21) memberi hasil total kira-kira 230 milimeter difusi oksigen melalui membran pernafasan tiap menit, ini sebanding dengan kecepatan pemakaian oksigen tubuh.
10
PENGANGKUTAN (TRANSPOR) OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DI DALAM DARAH DAN CAIRAN TUBUH
11
Bila oksigen telah berdifusi dari alveoli ke dalam darah paru, oksigen terutama ditranspor dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin ke kapiler jaringan kemudian adanya hemoglobin yang ada di dalam sel darah merah memungkinkan darah untuk mengangkut 30 sampai 100 kali jumlah oksigen terlarut di dalam cairan darah (plasma). Karbon dioksida sama seperti oksigen juga bergabung dengan bahan-bahan kimia dalam darah yang meningkatkan transportasi karbon dioksida 1520 kali lipat dibanding yang terlarut.
12
Tekanan Oksigen dan Karbon Dioksida dalam Paru, Darah, dan Jaringan
Gas bergerak dengan cara difusi, yang disebabkan perbedaan tekanan. Oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam darah kapiler paru karena PO2 alveoli > PO2 darah paru. Kemudian dalam jaringan, PO2 yang sangat tinggi dalam darah kapiler menyebabkan oksigen berdifusi ke dalam sel. Oksigen dimetabolisme dalam sel membentuk CO2, PCO2 meningkat ke nilai yang tinggi, sehingga berdifusi ke kapiler jaringan. Kemudian CO2 berdifusi dari darah masuk ke alveoli, karena PCO2 darah kapiler > alveoli.
13
14
PO2 meningkat cepat sewaktu darah lewat kapiler. PO2 meningkat sebanding dg peningkatan pd udara alveolus sewaktu darah melewati 1/3 panjang kapiler, hampir 100 mm Hg.
16
Saat kerja berat dibutuhkan 20 x jumlah oksigen normal. Waktu menetapnya darah dlm kapiler sangat berkurang (<1/2 normal) o.k peningkatan curah jantung. Ada suatu faktor pengaman yang besar untuk difusi oksigen melalui membran paru, darah tersebut hampir sepenuhnya dijenuhkan dengan oksigen ketika meninggalkan kapiler paru, alasannya: I. Kapasitas difusi oksigen meningkat 3x saat kerja yg meningkatkan permukaan kapiler yg berperan dlm difusi, juga rasio ventilasi-perfusi semakin mendekati ideal di bagian atas paru.
17
II.
perhatikan gambar diatas bahwa selama aliran darah paru normal, darah menjadi hampir tersaturasi dengan oksigen ketika melalui 1/3 kapiler paru. Ada sedikit penambahan oksigen yang masuk ke dalam paru selama dua pertiga akhir dari perpindahannya. Dengan ini pada keadaan normal darah tinggal dalam kapiler paru kira-kira tiga kali lebih lama dari yang diperlukan untuk oksigenasi penuh. Oleh karena itu waktu latihan walaupun darah hanya sebentar saja berada dalam kapiler tetapi darah masih dapat teroksigenasi penuh atau hampir jenuh.
18
19
Perubahan PO2 dlm darah kapiler paru, darah arteri & darah kapiler sistemik menggambarkan efek campuran vena
20
22
23
Difusi Karbon Dioksida dari Sel Jaringan ke dalam Kapiler Jaringan dan dari Kapiler Paru ke dalam Alveoli Karbon dioksida dapat berdifusi 20x lebih cepat dari oksigen.Disebabkan ; dibutuhkan tekanan lebih kecil untuk difusi CO2 dari pada O2. Tekanan2 tsb ; PCO2 intraselular 46 mmHg, interstisial kira-kira 45 mmHg, perbedaannya 1 mmHg. PCO2 darah arteri 40 mmHg, vena 45 mmHg, hampir sama dg interstisial juga 45 mmHg. PCO2 kapiler paru: 45 mmHg, alveolus 40 mmHg, beda tekanan yg dibutuhkan untuk difusi dari kapiler paru ke alveoli 5 mmHg. PCO2 darah kapiler paru turun hampir mendekati PCO2 alveolus; 40 mmHg sebelum melewati > 1/3 jarak kapiler.
24
Difusi Karbon Dioksida dari Sel Jaringan ke dalam Kapiler Jaringan dan dari Kapiler Paru ke dalam Alveoli
25
26
27
Jumlah Maksimum Oksigen yg dpt Bergabung dengan Hemoglobin Darah Normal; 15 gr Hb/100 ml darah, per gram Hb berikatan dg max; 1,34 ml O2. Per 100ml darah dapat bergabung dg total 20 ml O2 bila kejenuhannya 100%. Biasanya dinyatakan sebagai 20% volume. Jumlah O2 yg Dilepaskan dari Hb di dlm Jaringan Jumlah total O2 yg terikat Hb dlm arteri normal, dg kejenuhan normal 97%,adl; 19,4 ml/100 ml darah. Waktu melewati kapiler jaringan jumlah ini berkurang, menjadi 14,4 ml (PO2, 40 mmHg, Hb tersaturasi 75%). Normalnya, 5 ml O2 ditranspor ke jaringan oleh tiap 100 mililiter darah.
28
Bila konsentrasi oksigen atmosfer berubah nyata, efek dapar hemoglobin masih dapat mempertahankan PO2 jaringan hampir konstan. PO2 normal dalam alveoli kira-kira 104 mm Hg, tetapi ketika seseorang mendaki gunung atau naik pesawat udara PO2 mudah turun samapai kurang dari setengah jumlah ini. Bila PO2 alveolus diturunkan sampai 60 mm Hg kejenuhan Hb arteri masih 89%, hanya 8% dibawah kejenuhan normal sebesar 97%. PO2 darah jaringan & vena turun jadi 35 mmHg, kira-kira2 5 mmHg dibawah normal. Dg demikian PO2 jaringan sedikit berubah walau PO2 alveolus jelas menurun dari 104 jadi 60 mm Hg.
30
Sebaliknya bila PO2 alveolus meningkat sampai 500 mm Hg kejenuhan oksigen maksimum dari hemoglobin tidak pernah meningkat diatas 100%, yang hanya 3% diatas nilai normal, yaitu 97%.
Kesimpulan :
Perubahan tekanan alveolus yg besar antara 60-500 mmHg, tidak merubah PO2 jaringan yang nyata, menggambarkan fungsi dapar O2 jaringan oleh Hemoglobin.
31
33
34
35
37
38
Transpor karbon dioksida dalam darah Transpor CO2 lebih mudah daripada O2. Pada orang normal dalam keadaan istirahat. Bentuk-Bentuk Kimia CO2 saat Ditranspor Untuk memulai proses transpor CO2, maka CO2 dalam bentuk gas berdifusi keluar dari sel jaringan dalam bentuk molekul CO2 yang terlarut. Waktu memasuki kapiler CO2 segera bereaksi secara kimia & fisika.
39
40
Transpor karbon dioksida dlm bentuk terlarut. Hanya sebagian kecil CO2 ditranspor dlm bentuk terlarut ke paru (7%) Transpor CO2 dalam bentuk ion bikarbonat Karbon dioksida yang terlarut dalam darah bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. enzim karbonik anhidrase pd eritrosit mengkatalis reaksi ini memungkinkan sejumlah besar CO2 bereaksi dg cairan eritrosit bahkan sebelum darah tersebut meninggalkan jaringan.
41
Selanjutnya as karbonat berdisosiasi jadi ion H & ion bikarbonat. Sebagian besar ion H bercampur dg Hb dlm eritrosit sebab protein Hb merupakan dapar asam-basa kuat. Sebaliknya banyak ion HCO3 berdifusi dari eritrosit ke dlm plasma sementara ion Cl berdifusi ke dlm eritrosit dan menggantikannya (Chlorid Shift), sehingga kadar Cl vena > kadar Cl arteri. Dibawah pengaruh karbonat anhidrase, gabungan CO2 dg air dlm eritosit bersifat reversibel & dua arah, meliputi sekitar 70% proses transpor CO2.
42
Transpor CO2 dlm gabungan dg Hb & protein plasmakarbaminohemoglobin CO2 dapat langsung berikatan dg bentuk radikal amino dari Hb menjadi karbominohemoglobin (CO2Hgb), adalah reaksi reversibel dengan ikatan longgar, sehingga CO2 mudah dilepas ke alveoli dimana PCO2 nya lebih rendah daripada kapiler jaringan. Proses ini 30% dari proses transpor. Karbon dioksida dalam darah berada dalam berbagai bentuk: (1) sebagai CO2 bebas & (2) dlm gabungan kimiawi dg air, Hb & protein plasma. Jumlah total gabungan CO2 dg darah dlm semua bentuk ini bergantung pada PCO2.
43
Bila O2 Berikatan dengan Hb, CO2 dilepaskan Efek Haldane untuk meningkatkan transpor CO2.
Peningkatan CO2 dlm darah menyebabkan O2 dilepas dari Hb (efek Bohr), merupakan faktor penting dlm meningkatkan transpor O2. Sebaliknya, pengikatan O2 dg Hb cenderung mengeluarkan CO2 dari darah. Hal ini disebut efek Haldane, secara kuantitatif lebih penting dlm meningkatkan transpor CO2 daripada efek Bohr dlm meningkatkan transpor O2. Efek ini disebabkan gabungan oksigen dengan hemoglobin dalam paru menyebabkan hemoglobin menjadi asam yang lebih kuat
44
Efek ini memindahkan CO2 dari darah & masuk ke alveoli melalui 2 cara: (1) semakin tinggi Hb asam makin berkurang kecendrungannya gabung dg CO2 untuk memindahkan banyak CO2 dalam bentuk karbamino dari darah, (2) meningkatnya keasaman Hb menyebabkan Hb melepaskan sejumlah ion H & berikatan dg ion bikarbonat membentuk as karbonat kemudian berdisosiasi jadi air & CO2 dikeluarkan dari darah masuk ke alveoli.
EFEK HALDAN
Dlm kapiler, efek ini berakibat peningkatan pengambilan CO2 krn O2 dikeluarkan dari Hb & dlm darah paru berakibat peningkatan pelepasan CO2 krn oksigen diambil oleh hemoglobin.
45
46
kemoreseptor perifer di arkus aorta dan badan (percabangan) arteri karotis oleh penurunan PO2, peningkatan PCO2 & pH yang menurun. Rangsangan oleh reseptor regang (strecth receptor) jaringan paru yang menimbulkan Hering Breur Reflex. Rangsangan oleh Proprioreceptor yang ada di otot dan sendi akibat gerakan-gerakan bagian tubuh. Rangsang sensorik raba, suhu dan nyeri melalui serabut sensorik merangsang pusat pernafasan
47
48
49
Kelompok Neuron Pernafasan Ventral yang Berfungsi pada Inspirasi dan Ekspirasi Neuron-neuron dari kelompok pernafasan ventral secara total hampir inaktif selama nafasan tenang & normal. Neuron ventral tidak berpartisipasi menentukan irama dasar pernafasan. Bila dibutuhkan ventilasi > normal, sinyal respirasi dari mekanisme dasar di area dorsal tercurah ke neuron ventral, akibatnya area pernafasan ventral kemudian turut membantu merangsang pernafasan. Neuron2 ini menyokong inspirasi & ekspirasi, penting dlm menghasilkan sinyal ekspirasi kuat ke otot abdomen. Maka area ini bekerja sbg mekanisme pendorong bila dibutuhkan ventilasi paru yg besar.
52
Efek Kuantitatif PCO2 Darah & Konsentrasi Ion H Darah Terhadap Ventilasi Alveolus
Peningkatan ventilasi nyata disebabkan peningkatan PCO2. namun peningkatan konsentrasi ion H (pH turun) memberi efek yg kecil pd ventilasi. Pada PCO2 darah normal 35-60 mmHg, terjadi perubahan besar pd ventilasi. Hal ini memperlihatkan perubahan CO2 memberi efek yang luar biasa pada pengaturan pernafasan. Perubahan pernafasan pada pH darah normal 7,3-7,5 10 x lebih sedikit.
56
Sistem Kemoreseptor Perifer untuk Mengatur Aktivitas Pernafasan-Peranan Oksigen dalam Pengaturan Pernafasan
Merupakan reseptor kimia saraf khusus, terletak di beberapa area di sisi luar otak, dan reseptor-reseptor ini khususnya penting untuk mendeteksi perubahan oksigen dalam darah (juga CO2 & ion H), menjalarkan sinyal saraf ke pusat pernafasan otak membantu mengatur aktivitas pernafasan. Sebagian besar terletak di badan karotis (pd percabangan a. karotis komutis & saraf aferennya melalui n. Glosofaringeus lalu ke a. dorsal), lainnya di badan aorta yg aferennya melalui N. vagus lalu ke a. dorsal. Kontak kemoreseptor selalu dg darah arteri
57
58
kemoreseptor menjadi sangat terangsang hanya saat PO2 arteri turun < normal (30-60mmHg) 59
Pernafasan Kronik Akibat Rangsang Pernafasan oleh Oksigen Rendah yg Berulang Kali-Fenomena Aklimatisasi
Bila mendaki gunung secara perlahan selama beberapa hari, dibanding dg selama beberapa jam, maka mereka dapat bertahan pd konsentrasi oksigen atmosfer yg jauh lebih rendah daripada bila mereka mendaki dengan cepat. Keadaan ini disebut aklimatisasi terhadap oksigen yang rendah. Alasan untuk hal tersebut adalah bahwa pusat pernafasan di batang otak dalam waktu 2-3 hari kehilangan 4/5 sensitivitasnya pd perubahan PCO2 arteri & ion H. Oleh karena itu penghembusan (blow-off) CO2 yg normalnya menghambat pernafasan, gagal &O2 yg rendah merangsang untuk ventilasi alveolus yang jauh lebih tinggi daripada dlm kondisi O2 rendah yg akut.
61
Pernafasan Periodik
Suatu kelainan pernafsaan yang disebut pernafasan periodik terjadi pada beberapa keadaan penyakit. Orang bernafas dalam selama interval waktu yang singkat, kemudian bernafas dangkal atau sama sekali tidak bernafas pada interval berikutnya, siklus tersebut terjadi secara berulang-ulang. Tipe pernafasan periodik yang paling sering yaitu pernafasan cheyne-stokes, ditandai dengan pernafasan yang bertambah dan berkurang secara perlahan-lahan terjadi berulang-ulang kira-kira setiap 40 sampai 60 detik.
62
Bila seorang bernafas berlebihan, menghembuskan terlalu banyak CO2 & meningkatkan oksigen darah, maka sebelum terjadi penghambatan ventilasi, diperlukan waktu beberapa detik agar darah paru mencapai otak. Selama itu telah terjadi ventilasi berlebihan selama beberapa detik berikutnya. Maka respon pusat pernafasan menjadi sangat tertekan akibat ventilasi yg berlebihan, & mualilah terbentuk CO2 & terjadi penurunan O2 pd darah paru. Sekali lagi, memerlukan waktu beberapa detik sebelum otak berespon. Ketika berespon, orang akan bernafas kuat lagi. Siklus ini terjadi berulang-ulang.
63
NILAI SEMINAR PROPOSAL MAHASISWA MATA KULIAH : METODOLOGI III TAHUN AJARAN : 2006 2007
64
Hipobarik
Efek rendahnya tekanan oksigen pada tubuh Pada permukaan laut tekanan udara 760 mmHg, sedang pada ketinggian 10.000 kaki tekanan udara 523 mmHg, pada 50.000 kaki tekanan udara 87 mmHg. Penurunan ini mengakibatkan hipoksia karena tekanan oksigen berkurang proporsional. Di tempat tinggi, CO2 tetap disekresikan dari pembuluh darah ke alveolus, uap air juga mengalir dari saluran nafas ke alveolus sehingga mengencerkan O2 dan N dalam alveolus. Jadi, hal ini menurunkan konsentrasi oksigen.
65
CO2 dan uap air di alveolus penting pada tempat tinggi karena tekanan barometer total turun ke tingkat rendah sedang tekanan C02 dan uap air tidak turun sepadan. Bila kedua tekanan gas ini makin dominan, berakibat ruang yang tersedia bagi O2 semakin sedikit. Hal ini sangat mematikan saat bernafas pada tekanan < 100 mmHg dalam waktu lama, kecuali bila menghirup O2 murni.
66
Efek Hipoksia
Efek paling dini dari hipoksia fungsi tubuh adalah menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari (menekan fungsi sel batang retina), kompensasinya dengan meningkatkan jumlah cahaya yang masuk. Ventilasi biasanya baru tajam saat mencapai 8000 kaki Dimana saat kejenuhan O2 arterial turun menjadi 93%, kemoreseptor bereaksi secara berarti. Mekanisme mencapai max. pada 16.00020.000 kaki, ventlasi mencapai 65% di atas normal. Efek lain; pada 12.000 kaki; mengantuk, lesu, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan euforia. > 23.000 kaki bisa terjadi koma bagi yang belum aklimatisasi.
67
Pada hipoksia berat stadium koma, pernafasan menjadi tertekan karena defisit metabolik dlm sel neuronnya. Ini meniadakan efek perangsangan dari kemoreseptor dan pusat pernafasan bukannya makin meningkat malahan menurun dengan tajam sampai ia benar-benar berhenti.
68
69
3. Meningkatnya kapasitas difusi selama aklimatisasi. Peningkatan ini disebabkan peningkatan volume darah kapiler paru yang mengembangkan kapiler dan meningkatkan luas permukaan difusi O2. Lainnya disebabkan peningkatan volume paru, yang memperbesar luas permukaan membran alveolus. Yang terakhir disebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonalis.
70
4. Sistem sirkulasi aklimatisasi meningkatnya vaskularisasi. Curah jantung meningkat 20-30% segera secara akut, namun kembali normal dalam beberapa hari, meski vaskularisasi organ tertentu spt kulit & ginjal berkurang, sedangkan aliran ke otot, jantung, & otak yang memerlukan O2 dalam jumlah besar meningkat
5. Aklimatisasi. Diduga manusia yang telah adaptasi memakai O2 dengan lebih efektif daripada yang rekan imbangnya pada tempat setinggi permukaan laut. Dugaannya karena sistem mitokondria & enzim oksidatif sel tertentu sedikit lebih banyak daripada penghuni tempat setinggi permukaan laut
71