Anda di halaman 1dari 19

PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI FKUB & ORGANISASI KEAGAMAAN SESUAI KOMPETENSI DAN KINERJANYA DALAM MENCIPTAKAN KERUKUNAN

UMAT BERAGAMA DI DAERAH

DIREKTUR
KETAHANAN SENI, BUDAYA, AGAMA DAN KEMASYARAKATAN DIREKTORAT JENDERAL KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BANJARMASIN, 19 SEPTEMBER 2011

DASAR HUKUM
1. 2. 3. 4. 5. 6. PANCASILA UUD 1945 UU NO. 39 TAHUN 1999 TENTANG HAM UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UU NO. 8 TAHUN 1985 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN PNPS NO. 1 TAHUN 1965 TENTANG PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN DAN/ATAU PENODAAN AGAMA 7. PP. NO. 18 TAHUN 1986 TENTANG PELAKSANAAN UU No. 8 TAHUN 1985 8. PBM NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006 TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/ WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT

PENDAHULUAN

Beragama merupakan hak asasi manusia, setiap orang bebas untuk memeluk agamanya masingmasing dan beribadat menurut agamanya masing-masing dan kepercayaannya itu, oleh karena itu Negara menjamin kemerdekaan setiap warga negaranya dalam memeluk dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya dalam rangka menjaga ketertiban umum dan keamanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Indonesia bukan sebagai Negara agama, akan tetapi Negara yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Negara menjamin kebebasan beragama dan/atau 3 berkeyakinan berdasarkan konstitusi dan

KEMAJEMUKAN INDONESIA Indonesia adalah negara yang berpenduduk majemuk dari segi suku bangsa, budaya, dan agama. Penduduk Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di berbagai wilayah. Penduduk ini menganut agama dan kepercayaan yang berbedabeda. Bagian terbesar dari penduduk menganut agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, bahkan juga ratusan aliran keagamaan dan kepercayaan. Diperlukan kearifan dan kedewasaan di kalangan umat beragama untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan nasional. Diperlukan kebijaksanaan dan strategi untuk menciptakan dan memelihara suasana kebebasan beragama dan kerukunan umat beragama guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman, damai, sejahtera, dan bersatu.

LATAR BELAKANG
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 E ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

KEWAJIBAN ASASI
Pasal 28 j UUD 1945 ayat (1) menegaskan bahwa: Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasal 28 j UUD 1945 ayat (2) mengatur bahwa: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntunan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum 5 dalam suatu masyarakat demokratis.

KONDISI AKTUAL TERKAIT KETAHANAN AGAMA DI KALANGAN MASYARAKAT YANG DAPAT MENGANCAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

1. MUNCULNYA KEMBALI PENYEBARAN PAHAM NII (NEGARA ISLAM INDONESIA); 2. MUNCULNYA KEMBALI ANCAMAN KEKERASAN DAN RADIKALISME BERKEDOK AGAMA;

3. TUNTUTAN PENYELESAIAN AHMADIYAH INDONESIA (JAI);


4. KONFLIK SOSIAL POLITIK PENDIRIAN RUMAH IBADAT;

MASALAH
TERKAIT

JEMAAT
DENGAN

5. PERLAKUAN DISKRIMINASI DAN PENILAIAN NEGATIF KEPADA PENGHAYAT ALIRAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA.
6

Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 10
1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UndangUndang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama.

2)

3)

LANJUTAN

UU NO. 32 TAHUN 2004

Pasal 22, Kewajiban Daerah:

a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI;

Pasal 26 Ayat (1), Tugas Wakil Kepala Daerah:

b. Membantu Kepala Daerah dlm mengkoordinasikan kegiatan Instansi vertikal di Daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

Pasal 27 Ayat (1), Kewajiban Kepala Daerah/Wakil


c. memelihara ketentraman & ketertiban masyarakat;

Kepala Daerah:

KEBIJAKAN DALAM RANGKA MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

DUA ARAH KEBIJAKAN POKOK DI BIDANG AGAMA

Peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman beragama serta kehidupan beragama

Peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama

FAKTOR-FAKTOR PEMICU KONFLIK DALAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

FAKTOR KEAGAMAAN

FAKTOR NON KEAGAMAAN

1. 2. 3. 4.

Pendirian Rumah Ibadat Penyiaran Agama Perkawinan Beda Agama Perayaan Hari Besar Keagamaan 5. Penodaan Agama

1. Kesenjangan ekonomi; 2. Kepentingan politik; 3. Perbedaan nilai sosial budaya; dan 4. Kemajuan teknologi dan percepatan informasi .

TUGAS PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

MEMELIHARA KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT TERMASUK MEMFASILITASI TERWUJUDNYA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI DAERAH MENGKOORDINASIKAN KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA MEMBINA DAN MENGKOORDINASIKAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH DI BIDANG KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA.

SUBSTANSI YANG DIATUR DALAM PERATURAN BERSAMA MENAG DAN MENDAGRI NOMOR 9 TAHUN 2006 / 8 TAHUN 2006

1. Tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan 2. Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) 3. Pendirian rumah ibadah
a. Yang diatur dalam PBM ini bukan aspek doktrin agama, tetapi lalu lintas para warga negara Indonesia pemeluk suatu agama ketika berinteraksi dengan WNI lainnya yang memeluk agama berbeda. (Pemerintah tidak ikut campur mengenai doktrin suatu agama). b. Beribadat tidak sama dengan membangun rumah ibadat meskipun keduanya saling berhubungan.

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMFASILITASI FKUB


1.

2.

3.
4.

Menyediakan anggaran bagi kelangsungan program kerja FKUB serta menjadi fasilitator bagi FKUB agar dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Memfasilitasi penyedian sarana dan prasarana administrasi penunjang kinerja FKUB. Memfasilitasi FKUB dalam peningkatan kelembagaan, tugas, peran, dan fungsi dalam peningkatan kerukunan umat beragama. Meningkatkan dan mengembangkan pemahaman terhadap wawasan kebangsaan yang bekerjasama dengan organisasi kemasyarakatan keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan.

13

TUGAS FKUB
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat (khusus FKUB Kab/Kota)

14

BEBERAPA KENDALA PENINGKATAN KAPASITAS FKUB


1.Kurangnya komitmen dan komunikasi antar Pengurus dalam menjalankan fungsinya sebagai bagian dari organisasi; 2.Kurang memadainya SDM FKUB di sebagian besar daerah, baik kualitas maupun kuantitas dalam mendukung tugas FKUB di daerah; 3.Terbatasnya ketersediaan anggaran dana yang ada;

4.Kurangnya fasilitas perlengkapan penunjang pelaksanaan tugas FKUB di daerah;


5.Kurangnya penguasaan metode dalam penyelesaian konflik agama dan rumah ibadat;

6.Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung kesekretariatan FKUB di daerah;


7.Kurangnya data dan informasi mengenai peta agama, sosial 15 budaya, ekonomi dan politik di daerah.

UPAYA-UPAYA DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA


1. SENANTIASA MEMPOSISIKAN DIRI SEBAGAI PEMELUK SUATU AGAMA DENGAN BENAR. 2. MEMAHAMI DAN MENGAMALKAN AJARAN AGAMA BERDASARKAN TEOLOGI KEAGAMAANNYA. 3. MEMBANGUN DAN MEMBUKA ANTAR UMAT BERAGAMA.

RUANG

DIALOG

4. MENGEMBANGKAN SIKAP SALING MENGHORMATI, SALING MENGHARGAI, DAN MEMBANGUN SIKAP TERBUKA DALAM MENERIMA PERBEDAAN.

5. MENGAMALKAN NILAI-NILAI DAN SIKAP MODERAT, SEIMBANG, TOLERAN, DAN MEMILIH JALAN TENGAH.
16

LANGKAH SOLUTIF
1. Meningkatan upaya-upaya sosialisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kehidupan keagamaan dan kepercayaan, dengan mendayagunakan FKUB, Majelis Agama, Ormas Keagamaan, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat; 2. Revitalisasi peran dan pemberdayan FKUB untuk menjalankan tugasnya sebagaimana yang telah diamanatkan dalam PBM 9 dan 8 tahun 2008;

3. Membangun kesadaran dan sikap toleransi kehidupan beragama dan berkeyakinan;

masyarakat

dalam

4. Mendorong peran majelis-majelis agama untuk meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat sesuai dengan agamanya masing-masing;

5. Memberikan kepercayaan dan keleluasaan kepada aparat keamanan untuk terus proaktif dan bertindak tegas dalam mengantisipasi terjadinya konflik sosial politik atas nama SARA;
6. Meningkatkan kewaspadaan dan langkah-langkah antisipasi terjadinya gangguan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat akibat konflik agama dan kepercayaan dengan berkordinasi dengan 17 KOMINDA, FKUB, dan FKDM.

BAHAN PERTIMBANGAN
1. MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN KEAGAMAAN TERUTAMA DI KALANGAN GENERASI MUDA MELALUI PENDIDIKAN FORMAL MAUPUN NON FORMAL; 2. MENUMBUHKAN SIKAP DAN PERILKAU KETELADANAN DALAM KEPEMIMPINAN DI SEMUA ASPEK KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA.

3. MENEGAKAN SUPERMASI HUKUM SECARA TEGAS YANG DAPAT MENJAMIN RASA KEADILAN MASYARAKAT;
4. MENDORONG PENYADARAN SECARA KOLEKTIF TERHADAP SELURUH ELEMEN BANGSA INDONESIA UNTUK SEGERA MELAKUKAN REVITALISASI DAN AKTUALISASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA; 5. MELANJUTKAN DAN MENGAWAL UPAYA-UPAYA PERBAIKAN SISTEM TATA KELOLA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA SECARA KONSTITUSIONAL.

SEKIAN

&

Anda mungkin juga menyukai