Anda di halaman 1dari 30

PERKEMBANGAN MORAL

What is Moral Development?


Thoughts, feelings and behaviors regarding standards of right and wrong Adalah pikiran, perasaan dan perilaku yang dikaitkan dengan standar benar atau salah Has intrapersonal and interpersonal dimensions Perkembangan moral memiliki 2 dimensi yaitu dimensi interpersonal dan intrapersonal

Moral Development
Intrapersonal Dimensions
A person basic values and sense of self Regulates a persons activities when she or he is not engaged in social interactions

Interpersonal Dimensions
A focus on what people should do in their interactions with other people Regulates peoples social interactions and arbitrates conflict

Moral Development
Intrapersonal Dimensions
Aturan/Nilai dasar dan penilaian diri dari seseorang Dimensi ini mengatur atau mengarahkan aktivitas orang tersebut saat dia tidak terlibat dalam interaksi sosial

Interpersonal Dimensions
Titik perhatiannya adalah pada apa yang seharusnya dilakukan orang saat mereka berinteraksi dengan orang lain Dimensi ini mengatur interaksi sosial seseorang dan peoples social interactions dan menengahi konflik

Basic Ideas..
Moral Thoughts
How do adolescence reason or think about rules for ethical conduct?

Moral Feelings
How do adolescence feel about moral matters

Moral Behavior
How do adolescence actually behave in moral circumstances

Ide Dasar /Aspek Perkembangan Moral


Aspek Fikir
Merupakan bagian dari perkembangan moral yang menjelaskan bagaimana remaja melakukan penalaran atau berfikir tentang satu aturan yang diterapkan untuk perilaku yang benar.

Aspek Perasaan
Bagaimanakah perasaan yang muncul pada remaja saat dihadapkan pada masalah-masalah yang terkait dengan nilai benar atau salah.

Aspek Perilaku
Bagaimana sebenarnya remaja berperilaku dalam situasi yang terkait dengan nilai benar atau salah.

Moral Thought Piaget


Children think in two distinct ways about morality, depending on their developmental maturity
Anak berpikir dalam 2 cara yang berbeda terakit dengan aspek moralitas, tergantung pada tingkat kematangan mereka

Heteronomous & Autonomous Morality


Terbagi menjadi moralitas heteronomus dan autonomus

Heteronomous Morality
First stage of moral development in Piaget theory Occurring at 4 to 7 years of age Justice and rules are conceived of as unchangeable properties of the world, removed from the control of people Judged the rightness or the goodness of behavior by considering the consequences of the behavior, not the intentions of the actor

Heteronomous Morality
Merupakan tahap pertama perkembangan moral dalam teori Piaget. Berlangsung pada usia 4 sampai 7 tahun Keadilan dan aturan dibayangkan/dinilai sebagai
sesuatu yang ada di dunia yang tidak bisa berubah dan Sesuatu yang ada di dunia yang tidak bisa dihilangkan/ dikendalikan oleh orang.

Menilai perilaku itu benar/baik dengan


Mempertimbangkan hanya akibat yang ditimbulkan perilaku. Tidak mempertimbangkan niat dari si pelaku. Contoh: memecahkan gelas 1 dengan sengaja dan memecahkan gelas 12 karena enggak sengaja, maka yang baik adalah yang memecahkan satu

Heteronomous Thinkers
Judged the rightness or the goodness of behavior by considering the consequences of the behavior, not the intentions of the actor Believes in immanent justice
> concept that if a rule is broken, punishment will be meted out immediately

Ciri Orang yang berpikir secara Heteronomous

Menilai baik atau benarnya perilaku hanya dengan mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan oleh perilaku tertentu, dan tidak mempertimbangkan niat atau tujuan dari si pelaku. Mempercayai Konsep Immanent Justice
Yaitu konsep yang menekankan bahwa bila seseorang melanggar aturan, maka ia harus segera dihukum

Autonomous Morality
Second stage of moral development Is displayed by older children (about 10 years of age and older) Aware that rules and laws are created by people, and that, in judging an action, one should consider the actors intentions as well as the consequences

Moralitas yang Autonomous


Merupakan tahap kedua perkembangan moral Muncul atau terjadi pada anak yang lebih tua (10 tahun ke atas) Memiliki pemahaman bahwa aturan dan sistem hukum merupakan buatan manusia. Jadi, dalam menilai baik buruknya perbuatan, akibat yang ditimbulkan oleh perilaku serta niat atau tujuan si pelaku sama-sama dipertimbangkan.

Autonomous Thinkers
Judged the rightness or the goodness of behavior by considering the intentions of the actor Accept change and recognize that rules are merely convenient, social agreed-upon conventions, subject to change by consensus

Individu yang Berfikir Secara Autonomous Dalam memberikan penilaian baik atau benarnya perilaku seseorang, ia akan mempertimbangkan niat atau tujuan dari si pelaku. Bisa menerima perubahan dan mampu mengenali bahwa aturan itu bisa disesuaikan, dibuat dan disetujui melalui kesepakatan bersama dan bisa berubah melalui konsensus

Moral Thought Kohlberg


Moral development based primarily on moral reasoning and unfolds in a series of stages Based on interview Kohlberg Moral Dilemmas Key concept in understanding moral development is internalization
The developmental change from behavior that is externally controlled to behavior that is controlled by internal standards and principles

Moral Thought Kohlberg


Perkembangan moral yang dasar utamanya adalah penalaran moral dan dapat dijelaskan dalam serangkaian tahapan-tahapan/tingkatan/ Teori Kohlberg muncul berdasarkan jawaban yang diberikan orang-orang saat ditanya bagaimana pendapat mereka tentang cerita Kohlberg Moral Dilemmas Konsep kunci atau utama dalam memahami perkembangan moral adalah proses INTERNALISASI
Yaitu perubahan yang terjadi dalam perkembangan di mana awalnya perilaku itu dikendalikan oleh kekuatan di luar diri individu menjadi dikendalikan oleh standar dan prinsip-prinsip internal

Level of Moral Development


Pre-Conventional Reasoning Shows no internalization of moral values Moral reasoning is controlled by external reward and punishment Conventional Reasoning Internalization is intermediate Individuals abide by certain standard (internal) but there are the standard of others (parents) Post-Conventional Reasoning Completely internalized and is not based on others standard Recognized alternative moral pursues, explores the options and then decides on a personal moral code

Level of Moral Development


Pre-Conventional Reasoning Tidak adanya internalisasi terhadap nilai-nilai moral Penilaian tentang moral didasarkan pada hadiah atau hukuman yang berasal dari luar dirinya Conventional Reasoning Ada proses internalisasi, hanya masih sebagian atau sedang Penilaian individu sebagian didasarkan oleh standar pribadi (internal) tapi ada juga yang berdasarkan standar orang lain (orangtua) Post-Conventional Reasoning Proses internalisasi sudah terjadi secara utuh dan penilaian moral tidak lagi menggunakan standar orang lain Mengenali adanya alternatif dalam memberikan penilaian, mengeksplorasi setiap alternatif dan akhirnya memutuskan mana yang paling pas sesuai dengan nilai pribadi yang diyakininya.

Pre-Conventional Reasoning
Tahap ini terbagi menjadi 2 tingkatan lagi yaitu: Heteronomous Morality, ditandai:
Moral thinking is often tied to punishment
Pada tahap ini pemikiran tentang moral selalu dikaitkan dengan hukuman Contoh: anak dan remaja taat kepada orang tua karena mereka disuruh untuk tata dan kalau tidak taat maka..

Individualism, instrumental purpose and exchange, tandanya:


Individual pursue their own interest but let others do the same
Individu akan memberikan penilaian berdasarkan apa yang disukainya tetapi membiarkan orang lain untuk melakukan hal yang sama

What is right involves an equal exchange


Apa yang dianggap benar merupakan sebuah barter yang setara/saling menguntungkan Contoh: kita berbuat baik kepada orang lain supaya orang lain berbuat baik pada kita

Conventional Reasoning
Mutual interpersonal expectation, relationship and interpersonal conformity
Individual value trust, caring and loyalty to others as a basis of moral judgment

Social System Morality


Moral judgment are based on understanding the social law, justice and duty

Conventional Reasoning
Terbagi lagi menjadi 2 tahap, yaitu:
Harapan terhadap interaksi interpersonal, konformitas yang terbentuk dalam hubungan bersifat saling menguntungkan,
Individu menggunakan konsep keprcayaan, kepedulian dan kesetiaan sebagai dasar penilaian moral. Contoh remaja atau anak mengadopsi standar moral orang tuanya karena ingin mendapatkan penilaian dari orangtuanya sebagai anak baik atau anak pintar

Moralitas berdasarkan Sistem Sosial


Penilaian moral didasarkan pada pemahaman atas hukum sosial, nilai keadilan dan tanggung jawab.

Post-Conventional Reasoning
Social Contract or utility and individual right
Individuals reason that values, right and principles under-gird or transcend the law

Universal ethical principles


Has developed a moral standard based on universal human right Law >< Conscience choose conscience

Kohlbergs Critics
The link between moral thought and moral behavior Inadequate consideration of cultures roles in moral development Underestimation of the care perspectives

Moral Behavior
The Social Cognitive Theory
Emphasizes a distinction between moral competence and moral performance Moral competence the ability to produce moral behaviors Moral performance performing those behaviors in specific situations

Moral Feelings
The Psychoanalytic Theory Child-Rearing Technique Empathy Altruism

Psychoanalytic Theory
Superego Moral branch of personality Consist of 2 main component
Ego Ideal
The component of superego that involves ideal standards approved by parents

Conscience
The component of superego that involves behaviors disapproved of by parents

Child-Rearing Techniques
Love Withdrawal
A discipline technique in which a parents removes attention or love from a child

Power Assertion
A discipline technique in which parents attempts to gain control over a child or a childs resources

Induction
Parents uses reason and explanation of the consequences for others of a child action

Empathy
Reacting to anothers feelings with an emotional response that is similar to the others response

Altruism
Unselfish interest in helping another person Forgiveness is an aspect of altruism that occur when the injured person releases the injurer from possible behavioral retaliation

Anda mungkin juga menyukai