Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam berlimpah dan sebagai salah satu negara penghasil minyak bumi dunia. Akan tetapi masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM). Salah satunya adalah solar yang merupakan salah satu bahan bakar yang sangat vital dewasa ini. Bahan bakar solar digunakan pada mesinmesin diesel, baik itu pada kendaraan, mesin-mesin industri, maupun pembangkit listrik. Untuk itu, maka diperlukan suatu teknologi pengembangan untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan bakar sendiri dari hasil alam yang dimiliki serta ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Kekhawatiran akan habisnya sumber cadangan minyak bumi membuat berbagai ahli berusaha untuk mencari pengganti bahan bakar solar (petrodiesel) dengan biosolar (biodiesel). Biodiesel memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan petrodiesel, yakni: Dapat diperbaharui Proses lebih mudah Ramah lingkungan, menghasilkan lebih sedikit asap, emisi karbon monoksida yang rendah. Biodegradable Biodiesel didefinisikan sebagai mono alkil ester asam lemak rantai panjang yang diturunkan dari bahan baku lemak sebagai sumber yang dapat diperbaharui, seperti minyak nabati dan lemak hewani, untuk digunakan dalam mesin diesel (Zuhra dkk., 2012). Pemanfaatan biodiesel dapat mengurangi berbagai masalah, diantaranya sebagai solusi mengantisipasi krisis energi. Selain itu, sebagai upaya untuk mendorong eksplorasi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan (Knothe et al, 1997; Srivastava dan Prasad, 2000). Salah satu bahan baku alternatif pembuatan biodiesel adalah minyak nyamplung. Umumnya pembuatan biodiesel dengan transesterifikasi menggunakan katalis basa cair, asam cair dan enzim. Pada penelitian ini akan digunakan katalis heterogen, yakni katalis padatan abu kulit kerang yang mengandung CaO.
1

Penggunaan kulit kerang digunakan karena mudah didapat, harganya murah, tidak beracun, serta kadar metil ester biodiesel yang dihasilkan tinggi. Kadar metil ester menurut SNI (minimal 96,5 %-b) dan ASTM, biodiesel dari reaksi ini dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan 1.2 Perumusan Masalah Produksi biodiesel saat ini dinilai belum ekonomis, hal ini dikarenakan biaya produksi yang relatif mahal, seperti cara pengolahan, jenis katalis yang digunakan dan biaya pemisahan produk dari katalis. Katalis yang biasa digunakan adalah katalis basa (KOH dan NaOH). Katalis basa ini memiliki kelemahan yakni sensitif terhadap air dalam minyak nabati mentah. Dehidrasi dan pemurnian harus terlebih dahulu dilakukan sebelum tahap transesterifikasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi biodiesel adalah dengan menggunakan katalis heterogen, yakni menggunakan katalis dalam fasa padat. Penggunaan katalis padat akan menghemat biaya produksi dikarenakan katalis padat hanya sebagai media percepatan reaksi transesterifikasi dan akan tetap berwujud padat diakhir reaksi, sehingga mudah untuk dipisahkan dari biodiesel. Katalis heterogen yang digunakan adalah CaO dari kulit kerang, dikarenakan memiliki sifat tidak larut dalam alkohol dan campuran reaksi trigliserida. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Memanfaatkan potensi CaO dari kulit kerang sebagai katalis untuk memproduksi biodiesel. 2. Mempelajari pengaruh suhu kalsinasi terhadap karakteristik dan kinerja abu kulit kerang pada reaksi transesterifikasi minyak nyamplung menjadi biodiesel.

Anda mungkin juga menyukai