Anda di halaman 1dari 2

~ Biji Nyamplung Sebagai Sumber Energi Biofuel Kumpulan Artikel - 108 - Energi Bio Fuel E-mail Cetak PDF

LITBANG KEHUTANAN NYAMPLUNG

TEMUKAN

SUMBER

ENERGI

BIOFUEL

DARI

BIJI

Badan Litbang Kehutanan telah menemukan sumber energi biofuel dari biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum. L) dengan melakukan penelitian sejak tahun 2005. Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka mendukung Kebijakan Energi Nasional. Hasil pengujian biodiesel Nyamplung oleh Badan Litbang Kehutanan menghasilkan : (1) seluruh parameter kualitas telah sesuai dengan kualifikasi biodiesel menurut SNI 04-7182-2006 dengan rendemen konversi asam lemak bebas (FFA) menjadi metil ester 97,8%, (2) uji kelayakan atas kinerja permesinan, biodiesel Nyamplung dapat digunakan untuk kendaraan bermotor (otomotif) sebesar 100%, tanpa campuran solar (B 100), (3) dari segi lingkungan, biodiesel Nyamplung bebas dari polutan (green solar).

Kelayakan finansial investasi biodiesel Nyamplung, mencapai BEP (break event point) pada skala biodiesel 70 ton dan gliserol kotor 14 ton, dengan IRR = 31 %, masa pengembalian modal 6 tahun, NPV = Rp. 326,7 juta,-, B/C ratio = 2,4. Pada kondisi BEP tersebut diperlukan biji Nyamplung 555 ton setara 11.100 batang pohon Nyamplung atau setara areal 28 Ha dengan produktivitas biji 50 kg/pohon/tahun. (1 daur budidaya nyamplung = 50 tahun, mulai berbuah umur 7 tahun).

Pengembangan tanaman Nyamplung mempunyai prospek yang menjanjikan. Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat TM-7+ teridentifikasi areal lahan seluas b 480.000 ha yang merupakan habitat tanaman Nyamplung dengan prakiraan areal potensial bervegetasi alami sekitar 10 %, maka terdapat areal pembinaan hutan alami sekitar 50.000 ha dan sisanya 430.000 ha dapat untuk areal hutan tanaman. Untuk pembibitan tanaman dapat berasal dari biji, cabutan anakan alami, stek daun atau kultur jaringan. Sumber dari tegakan benih terindentifikasi dan hutan alam tersedia cukup di beberapa daerah.

Gambaran umum dari karakteristik Nyamplung antara lain sebagai berikut : keberadaan hutan secara alami maupun hasil budidaya dari tanaman muda sampai tua (50 tahun) cukup baik, menunjukkan bahwa daya survival-nya cukup tinggi terhadap kondisi makro-mikro lingkungan; tersebar merata sebagai vegetasi pantai berpasir (coastal forest) hampir di seluruh pulau/kepulauan di Indonesia pada ketinggian 0-400 m dpl; jumlah anakan alami pada musim hujan banyak; berbuah sepanjang tahun dan dapat dipanen 3 kali dalam setahun, dengan produksi biji per pohon minimal 50 kg/tahun; atau potensi produksi tiap ha antara 10 ton (jarak tanam 10 m X 5 m) sampai 20 ton/tahun (5 m X 5m); dari biji dapat dibuat biodiesel berkualitas tinggi; kayunya laku di pasar untuk bahan pembuatan kapal yang tahan terhadap biota laut dan menghasilkan banyak produk sampingan seperti briket, arang aktif dan obat-obatan; berfungsi sebagai wind breaker dan konservasi sempadan pantai (shelter of coastal area).

Proses pengolahan biodiesel dari Nyamplung hampir sama dengan pengolahan minyak sawit, kelapa, dan jarak pagar, tetapi karena biji Nyamplung mengandung zat ekstraktif yang tinggi, maka pada proses pengukusan lebih lama dan pemisahan getah (deguming ) dilakukan dengan konsentrasi tinggi. Tahapan pengolahan biodiesel Nyamplung, meliputi : penghilangan kulit buah dan tempurung, pengukusan, pemisahan getah (deguming) dengan asam fosfat 1%, dan esterifikasi dengan metanol 20:1 (perbandingan molar metanol dengan asam lemak bebas), serta transesterifikasi (perbandingan metanol dengan minyak 6:1).

Apabila pada akhir proses : nilai viskositas, densitas dan keasaman belum memenuhi SNI, maka dilakukan proses netralisasi dengan menggunakan NaOH sesuai dengan molar asam lemak bebas tersisa. Biji Nyamplung selain dapat sebagai bahan baku biodiesel, juga dapat diolah menjadi bio-karosen dengan proses yang lebih sederhana (deguming dan netralisasi), sebagai alternatif pengganti minyak tanah yang sangat bermanfaat untuk masyarakat pedesaan.

Kedepan, dengan adanya prospek yang menjanjikan, diharapkan peluang usaha budidaya Nyamplung dapat ditangkap oleh masyarakat sebagai salah satu usaha untuk menambah pendapatan. Dengan perkiraan kebutuhan biofuel pada tahun 2025 sebanyak 720.000 kiloliter dapat terpenuhi maka akan menyerap tenaga kerja sebanyak 120.000 orang. Kepala Pusat Informasi Kehutanan,
ttd. Masyhud

Anda mungkin juga menyukai