Anda di halaman 1dari 31

THANATOLOGI

Dr. Berti Nelwan, MSi, DFM, SpPA

Tanatologi berasal dari kata Thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Pengetahuan ini berguna dalam menentukan apakah sudah mati atau belum dan menentukan lama korban telah mati.

STADIUM KEMATIAN
1. Somatic death/Clinical/Systemic Terhentinya :

a. Sistem pernapasan
b. Cardiovaskuler c. Saraf yang secara irreversibel 2. Cellular death/moleculer death Pada stadium ini aktivitas pada tingkat sel/jaringan telah terhenti. Dalam hal ini jaringan yang paling cepat mati adalah otak. 3. Mati suri (apparent death)

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI SETELAH KEMATIAN


A. Fase awal (tanda tidak pasti) 1. Muka pucat 2. Hilangnya elastisitas kulit 3. Otot atoni atau relaksasi 4. Perubahan-perubahan pada mata : a. Segmentasi pembuluh darah retina

b. Refleks pupil/cornea pupil


c. Tonus bola mata menurun d. Kornea keruh dan bulbar oklusi melunak dan mengkerut

Supravital Reagibility

Supravital Reagibility

B. Fase lanjut (tanda pasti kematian)

Algor Mortis
Algor mortis terhentinya produksi panas, sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas antara mayat dan lingkungan. Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu : a. Faktor lingkungan b. Suhu tubuh selama kematian c. Keadaaan fisik tubuh serta pakaian menutupinya

d. Aliran udara, kelembaban udara.


e. Aktivitas sebelum meninggal, Konstitusi tubuh f. Sebab kematian, Posisi tubuh

Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu mayat pada suhu lingkungan sebesar 60-70 oF (21oC), adalah sebagai berikut :

Saat kematiaan =( 98,4 oF - suhu rectal oF ) / 1,5

Livor Mortis
Disebut juga post mortem lividity. Livor mortis terjadi akibat peredaran darah terhenti sehingga terjadi stagnasi dan darah menempati daerah terbawa oleh pengaruh gravitasi sehingga tampak bintik merah kebiruan. Makin lama intensitas dan luasnya bertambah serta menetap akibat :

- Ekstravasasi dan hemolise


- Kapiler sebagai bejana berhubungan - Lemak tubuh mengental pada saat penurunan suhu

- Pembuluh darah terjepit oleh otot pada saat rigor mortis

Lebam mayat mulai tampak sekitar 30 menit setelah kematian somatis


Intensitas maksimal 8-12 jam post mortal (hilang dengan penekanan, dapat berpindah) Setelah 8-12 jam lebam mayat tidak hilang pada penekanan
Kepentingan mediko-legal : 1. Merupakan tanda dari kematian 2. Bisa membantu menentukan posisi dari mayat dan penyebab kematian. (a) Jika mayat terletak pada posisi punggung dibawah, maka lebam mayat pertama sekali terlihat pada bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke punggung. (b) Pada mayat dengan posisi tergantung, lebam mayat tampak pada bagian tungkai dan lengan. 3. Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini bisa lain dari pada normal. Misalnya : Kematian karena asfiksia, lebam mayat berwarna merah cerah.

Warna lebam mayat :

Umumnya : merah ungu Keracunan gas CO : warna merah bata Keracunan Sianida : warna merah terang Keracunan anillin : warna coklat kebiruan

Rigor mortis
Rigor mortis kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan serabut otot. Mekanisme terjadinya kaku mayat : 1.Beberapa saat setelah kematian metabolisme tingkat seluler masih ada, bila cadangan glikogen habis, maka energi tak terbentuk sehingga perubahan ADP ke ATP tak terjadi yang mengakibatkan aktin/myosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku. 2. Ph protoplasma otot alkali sehingga otot lemas (primary flaccidity). 2-6 jam kemudian oleh karena perubahan biokimia, dimana glikogen diubah menjadi asam sarkolastik/fosfor sehingga pH otot menjadi asam. otot kaku atau rigor. Proses kimia lain menyebabkan pH menjadi alkali kembali atau secondary flaccidity.

Faktor yang mempengaruhi Aktifitas premortal : mempercepat Suhu tubuh tinggi : mempercepat Konstitusi tubuh kurus : mempercepat Umur : anak, orang tua : mempercepat Gizi jelek : mempercepat Suhu optimal Skala waktu rigor mortis - 0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk

- > 6 jam : Kaku lengkap


- > 12 jam : kaku menyeluruh - > 36 jam : relaksasi sekunder

Diagnosa deferensial rigor mortis


1. Heat Steffening: Suhu tinggi

Koagulasi protein (pugilistic attitude)

2. Cold Steffening - Suhu dingin - Cairan sendi membeku 3. Cadaveric Spasma

- tanpa relaksasi primer


- kejadian pada ketegangan jiwa, panik, nyeri hebat pada otot-otak yang berkontraksi sesaat sebelum mati

Pembusukan
Pembusukan adalah suatu keadaan dimana bahanbahan organic tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan oleh karena adanya aktivitas bakteri maupun karena autolisis.

Bakteri terutama datang dari usus besar dimana Clostridium welchii yang paling dominant.
Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan tubuh yang terjadi dalam kondisi steril, dikarenakan adanya aktivitas enzimatik yang berasal dari sel itu sendiri yang dilepaskan setelah terjadi kematian

Syarat pembusukan mikroorganisme dan enzim proteolitik. Skala waktu terjadinya pembusukan

- Mulai terjadi setelah kematian seluler


- Lebih dari 24 jam mulai tampak warna kehijauan di perut kanan bawah (caecum)

Mekanisme terjadinya :

Degradasi jaringan oleh bakteri H2S, HCN, AA, asam lemak H2S + Hb HbS (hijau kehitaman)

Tanda Pembusukan :

Wajah / bibir bengkak, bola mata menonjol Lidah terjulur, lubang hidung / mulut keluar darah Dari lubang tubuh keluar isinya Badan gembung, bulla/kulit ari terkelupas Arborescent pattern / marbling Dinding perut pecah Scrotum / vulva bengkak Kuku/ rambut terlepas Organ dalam membusuk

Faktor yang mempengaruhi pembusukan : 1. Mikroorganisme

2. Suhu optimal (21 370C)


3. Kelembaban

4. Sifat mediumnya udara=air=tanah=(1:2:8)


5. Umur 6. Kostitusi tubuh 7. Keadaan dan sebab kematian

Bentuk-bentuk lain perubahan post mortem :


1. Maserasi: - dekomposisi steril/ otolisis - nyata pada 8-10 hari kematian intrauterin

- kulit merah, sendi lunak hyperextensi, bulla serous merah, bau ketuban, gas pembusukan tidak ada 2. Mummifikasi: pengeringan dan pengisutan alat tubuh akibat proses penguapan cairan tubuh 3. Adipocere/ Saponifikasi: hidrogenasi asam lemak tak jenuh menjadi jenuh --> bereaksi dengan alkali membentuk sabun yang tak larut

Anda mungkin juga menyukai