Anda di halaman 1dari 58

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni yang bertujuan mencegah timbulnya penyakit, memperpanjang masa hidup dan mempertinggi nilai kesehatan dengan jalan menimbulkan, menyalurkan, serta mengkoordinir usahausaha dalam masyarakat kearah pelaksanaan usaha memperbaiki kesehatan lingkungan, mencegah dan memberantas penyakit-penyakit infeksi yang merajalela dalam masyarakat, mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan, mengkoordinir tenaga-tenaga kesehatan agar mereka dapat melakukan pengobatan dan perawatan sebaik-baiknya, dan mengembangkan upaya-upaya kesehatan masyarakat agar masyarakat dapat mencapai tingkat hidup yang setinggi-tingginya dan sebaik-baiknya (Winslow, 1920). Tujuan semua upaya-upaya kesehatan masyarakat, baik dalam bidang preventif maupun kuratif ialah agar setiap masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya baik sehat jasmani, rohani, maupun sosialnya. Pengorganisasian masyarakat dalam rangkaian pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resource) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya, yaitu : preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri. Pengorganisasian masyarakat dalam penghimpunan dan pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini adalah menumbuhkan, membina, dan mengembangkan partisipasi masyarakat dibidang pembangunan kesehatan (Soekidjo, 2007).

Menurut Undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru ini, memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Upaya yang dilakukan untuk merealisasikan hal ini di tempuh melalui pembinaan profesional dalam bidang promotif dan preventif yang mengarah pada permasalahan-permasalahan kesehatan masyarakat, untuk selanjutnya dapat dilakukan pengembangan program intervensi menuju perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat yang sehat. Salah satu bentuk konkrit upaya tersebut adalah dengan Praktek Belajar Lapangan (PBL). Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yakni : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (herediter). Karena itu upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus ditujukan kepada keempat faktor utama tersebut secara bersama-sama. Pemerintah, swasta, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat telah menyediakan atau membangun fasilitas-fasilitas kesehatan lingkungan di masyarakat, seperti jamban keluarga, MCK (tempat mandi cuci dan kakus), sarana air bersih dan sebagainya, tetapi tidak atau kurang dimanfaatkan dan dipelihara oleh maasyarakat masih rendah. Hal ini dikarenakan perilaku masyarakat tidak

siap menerima itu semua, disamping karena fasilitas-fasilitas tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai atau kebiasaan masyarakat. Agar perilaku masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan atau perilaku sehat, maka diperlukan pendidikan atau promosi kesehatan. Karena itu para petugas kesehatan dan para calon petugas atau mahasiswa kesehatan masyarakat dan para petugas kesehatan lainnya harus mempunyai kemampuan atau pemahaman yang bak tentang pendidikan (promosi) kesehatan dan perilaku kesehatan (Soekidjo, 2007). Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar/berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dan anggapan bahwa perubahan dapat diinduksikan. Teori perubahan prilaku menyatakan bahwa perubahan dapat terjadi apabila terjadi motivasi untuk berubah. Salah satu cara untuk menumbulkan motivasi pada seseorang ialah dengan melibatkan kedalam suatu aktifitas. Aktifitas demikian disebut keadaan anteseden. Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi. Partisipasi selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota masyarakat sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut, atau terjadi realisasi. Kesadaran atau realisasi inilah yang menimbulkan keinginan ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah keadaannya yang jelek menjadi baik, keadaan inilah yang menunjukkan motif pada diri seseorang telah terbentuk. Atas dasar motif ini lah akan terjadi perubahan perilaku.

Pendidikan kesehatan ini sangat penting, dan diperlukan oleh semua kegiatan dasar kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan lingkungan. Misalnya, tidak cukup kiranya kalau hanya dibangun penyediaan air bersih, tetepi harus yakin bahwa dengan demikian masyarakat akan terlindung dari penyakit bawaan air (Soemirat, 2007). Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat yang diselenggarakan dalam upaya mewujudkan kebutuhan sumber daya manusia di bidang kesehatan, khususnya dibidang masyarakat yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tertentu sehingga dapat membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan. Sebagai produk dalam program study kesehatan masyarakat, Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) merupakan salah satu komponen dalam mewujudkan kesehatan di Indonesia menuju keluarga sehat dan mandiri. Masyarakat dapat mandiri dalam menjaga kesehatan diri sendiri, mampu untuk menjaga lingkungan yang lebih baik dan juga aktif dalam gerakan masyarakat. Yayasan STIKes Sembiring Deli Husada Delitua sebagai salah satu penyelenggaraan pendidikan nasional khususnya program studi ilmu kesehatan masyarakat, juga turut bertanggung jawab dalam mempersiapkan tenaga kesehatan masyarakat yang baik dan berkualitas. Selain proses belajar mengajar diruangan kelas dilakukan juga dilapangan atau dalam komunitas masyarakat dan puskesmas. Mata kuliah dan kegiatan belajar lapangan ini disebut dengan Praktek Belajar Lapangan (PBL). Praktek Belajar Lapangan merupakan implementasi bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama proses belajar dikampus, khususnya dalam bidang masyarakat. Kemudian mengaplikasikannya dilingkungan

masyarakat, prioritas masalah, serta mampu mencari alternatif pemecahan masalah dalam bentuk intervensi program masyarakat di lingkungan masyarakat dengan fasilitas pelayanan kesehatan secara terpadu. Praktek belajar lapangan dilaksanakan di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang. Adapun masalah yang ditemukan Kelompok V di Dusun V Patumbak II yaitu ISPA dan Diabetes Mellitus sehingga perlu dilakukan intervensi di Dusun V tersebut.

1.2. Tujuan Pelaksanaan PBL 1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menganalisa dan mengintervensi masalah kesehatan di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak kab. Deli Serdang Tahun 2012.
1.2.2. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu menganalisa masalah kesehatan di Dusun V Desa

Patumbak II Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang.


2. Mahasiswa mampu mengintervensi masalah kesehatan di Dusun V

Desa Patumbak ll kec. Patumbak Kec. Deli Serdang.

1.3. Manfaat Pelaksanaan PBL 1. Pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten)

Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pemerintah setempat Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Kab.
5

Deli Serdang khususnya bagi masyarakat setempat dalam meningkatkan derajat kesehatan.
2. Bagi Puskesmas

Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menambah informasi dan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan tersebut berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
3. Bagi Masyarakat

Kegiatan PBL ini dapat memberikan informasi, menambah pengetahuan dan masukan bagi masyarakat di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang sehingga masyarakat mampu secara mandiri menyelesaikan masalah kesehatannya.
4. Bagi Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (PSIKM)

Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat yang menjadi referensi kepustakaan dan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan. Adapun manfaat yang diperoleh dari PBL ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis masalah

kesehatan masyarakat.
2. Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah yang dihadapi. 3. Menumbuhkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya kesehatan,

baik kesehatan jasmani maupun rohani.


4. Mengaktifkan peran serta masyarakat dalam kegiatan kesehatan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

2.1. Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin (Sarwono, 2002).

2.1.1. Tanda Dan Gejala Diabetes Mellitus

Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia (banyak makan), poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), lemas dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria serta pruritis vulva pada wanita.

2.1.2. Etiologi 7

a. DM tipe I: ditandai oleh pengaturan sel-sel Pankreas.

Penyebabnya: kombinasi faktor genetik, imunologi, dan lingkungan.


1. Faktor genetik: penderita mewarisi suatu predisposisi/kecenderungan genetik

ke arah DM tipe I. Ditemukan antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).


2. Faktor imunologi: terdapat suatu respon imun abnormal. 3. Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu

proses

autoimun

yang

menimbulkan

destruksi

sel

misalnya MUMPS, Rubella, Cytomegalovirus Krosik atau obat/toksin.


b. DM tipe II: penyakit hiperglikema akibat insensitivitas sel

terhadap insulin. Kadar insulin mungkin menurunatau berada dalam rentang normal karena insulin tetap dihasilkan oleh selsel Pankreas.

2.1.3. Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya DM:


1. Usia (resisten insulin meningkatpada usia >65 tahun) 2. Obesitas 3. Riwayat keluarga dengan DM 4. Kebiasaan diet yang buruk 5. Kurang olahraga/aktivitas 8

6. DM saat kehamilan 7. Kelompok etnik

2.1.4. Penatalaksanaan 1. Pendidikan kesehatan

Meliputi:
a. Tes toleransi glukosa b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM c. Komplikasi DM d. Perencanaan makanan e. Kegiatan jasmani f.

Pengobatan

2. Pengendalian nutirisi

Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
1. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya: vitamin dan mineral) 2. Mencapai dan mempertahankan BB ideal 3. Memenuhi kebutuhan energi

4. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.

2.1.5. Penyebab Diabetes Melitus 1. Banyak Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Gula

Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal tersebut sangat mudah dijumpai seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain. Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula. Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman tersebut tidak pernah kita ketahui berapa takarannya.
2. Makan terlalu banyak karbohidrat

Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan terlalu banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes. 3. Kurangnya Aktivitas Fisik. Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada dikantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih. Sebagai pencegahan, Anda dapat memperbanyak aktivitas fisik selama

10

bekerja. Misalnya jalan kaki ketika berangkat ke kantor, naik tangga, melakukan senam ringan sehabis duduk terlalu lama dan lain-lain. 4. Kurang Tidur Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok mempunyai resiko terkena penyakit diabetes. Oleh karena itu hindarilah kebiasaan begadang, istirahatlah secara cukup, yaitu 8 jam dalam sehari agar tubuh dapat fit kembali. 5. Faktor Keturunan . Diabetes juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetika. Biasanya jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang sama. Para ahli diabetes telah sepakat menentukan persentase kemungkinan terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orang tuanya (bapak dan ibu) menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 83%. Jika salah satu orang tuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika kedua orang tuanya normal/tidak menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 15%. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit diabetes, yaitu : pola makan yang salah, gaya hidup yang kurang sehat, umur, dan kelainan genetik. Sedapat mungkin kita harus mengurangi atau bahkan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu terjadinya diabetes.

11

2.1.6. Pencegahan Diabetes Melitus

1. Kurangi konsumsi gula Konsumsi gula saja tidak terkait dengan pengembangan diabetes tipe 2. Namun, setelah disesuaikan dengan berat badan dan variabel lainnya, tampaknya ada hubungan antara minum minuman sarat gula dan pengembangan diabetes tipe 2. Wanita yang selalu minum satu atau lebih minuman bergula sehari memiliki hampir dua kali lipat risiko terkena diabetes daripada wanita yang hanya kadangkadang atau tidak minum minuman bergula.
i.

Dapatkan banyak serat dalam makanan Makanan berserat tidak hanya mengurangi risiko diabetes dengan meningkatkan kontrol gula darah tetapi juga menurunkan resiko penyakit jantung dan menjaga berat badan ideal dengan membantu Anda merasa kenyang. Makanan tinggi serat antara lain buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Salah satu makanan tinggi serat yang terbukti dapat mengendalikan diabetes adalah dedak padi dan bekatul.

ii.

Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian Meskipun tidak jelas mengapa, biji-bijian dapat mengurangi risiko diabetes dan membantu menjaga kadar gula darah. Dalam sebuah studi pada lebih dari 83.000 perempuan, konsumsi kacang-kacangan (dan selai kacang) tampaknya menunjukkan beberapa efek perlindungan terhadap pengembangan diabetes. Wanita yang mengonsumsi lebih dari lima porsi satu ounce kacang per minggu

12

menurunkan

resiko

terkena

diabetes

dibandingkan

wanita

yang

tidak

mengonsumsi kacang sama sekali. 2. Lakukan lebih banyak aktivitas fisik Ada banyak manfaat berolahraga secara teratur. Latihan olahraga dapat membantu meningkatkan sensitivitas tubuh Anda terhadap insulin, yang membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada pria yang diikuti selama 10 tahun, untuk setiap 500 kkal yang dibakar per minggu melalui latihan, ada penurunan 6% risiko relatif untuk pengembangan diabetes. Penelitian itu juga mencatat manfaat yang lebih besar pada pria yang lebih gemuk. Dengan meningkatkan olahraga, tubuh menggunakan insulin lebih efisien sampai 70 jam setelah latihan. Jadi, berolahraga 3-4 kali seminggu akan bermanfaat pada kebanyakan orang. Penelitian menunjukkan bahwa baik latihan aerobik dan latihan ketahanan dapat membantu mengendalikan diabetes, tapi manfaat terbesar berasal dari program fitness yang meliputi keduanya. Perlu dicatat bahwa banyak manfaat olahraga yang independen terhadap penurunan berat badan. Namun, bila dikombinasikan dengan penurunan berat badan, keuntungannya meningkat secara substansial.
i.

Dapatkan dukungan Dapatkan teman, keluarga atau kelompok yang membantu Anda dalam mencegah diabetes. Mereka dapat mendukung Anda dalam mempertahankan gaya hidup sehat baru Anda.

13

2.2. ISPA

Penyakit saluran pernafasan merupakan sumber yang paling penting pada kesehatan yang buruk dan mortalitas dikalangan anak-anak kecil ( Apriningsih, 2008). infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia dibawah 5 tahun pada setiap tahunnya, sebanyak 2/3 kematian tersebut adalah bayi (khususnya bayi muda) (WHO, 2002). Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan yang bersumber daya baik dan efektif pada, penyakit ini jarang menjadi fatal. Namun, di negara yang sedang berkembang dengan pelayanan kesehatan yang tersedia karena masalah seperti keterpencilan atau kemiskinan, membuat kematian karena penyakit ini menjadi hal yang biasa. Secara global, penyakit saluran pernafasan menyebabkan lebih dari 2 juta kematian anak-anak berusian dibawah 5 tahun setiap tahunnya, pada proporsi keseluruhan di negara-negara berkembang.
2.2.1. Penyebab ISPA

Penyebab utama penyakit infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah dsebabkan oleh bakteri maupun virus. Penyebab ISPA antara lain pneumoni Bakterial, suatu infeksi paru-paru yang membawa korban paling besar. namun, pad awal masa kanak-kanak, faktor-faktor resiko yang lainnya juga penting, seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan virus para-influenza tipe 3 yang cenderung mendominasi. Penyakit saluran pernapasan (ISPA) seperti campak, batuk rejan dan asma.

14

Resiko tergantung terutama pada kemampuan anak-anak atau ibu mereka untuk bertahan dari infeksi. Faktor-faktor genetik keadaan umum kesehatan, sosial dan kondis lingkungan merupakan hal yang terpenting di dalam masalah ini. Makanan yang tidak mencukupi, perumahan yang buruk dan kepadatan penduduk berkontribusi dalam berkurangnya ketahanan tubuh manusia. Pajanan di dalam ruangan terhadap populasi udara juga sanagat penting karena anak-anak mengahabiskan sebagian besar waktunya dirumah. Tidak semu pajanan di dalam ruangan berasal dari sumber emisi di dalam ruangan, teapi pembakaran bahan bakar biomassa (khususnya pada ventilasi dapur/kompor yang buruk) dan asap tembakau di lingkungan serinng kali merupakan penyebab utama saluran pernapasan. Pajanan terhadap gas emisi atau jalan raya juga merupakan ancaman yang signifikan.

2.2.2. Cara Penularan ISPA

Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk kedalam tubuh melalui saluran pernapasan. Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspensi yang melayang di udara, dapat seluruhnya berupa bibit penyakit atau hanya sebagian dari padanya. Adapun bentuk dari aerosol penyebab penyakit tersebut ada 2 yakni droplet nuklei (sisa dari sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara) dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di udara) (Ditjen PP & PL, 2004 dalam Mairusnita, 2007). Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada waktu batuk dan bersin. penularan dapat juga terjadi melalui kontak langsung maupun tidak

15

langsung dari benda yang tercemari oleh jasad renik (hand to hand tranmission) (Alsagaf, 2002 dalam Mairusnita, 2007). Selain dari pada itu faktor lingkungann rumah seperti ventilasi juga perperan dalam penularan ISPA, dimana ventilasi berguna untuk penyediaan udara segar ke dalam pengeluaran udara dari ruang tertutup. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen dan udara segar di dalam rumah, menyebabkan naiknya kelembaban udara, selain itu dapat menyebabkan terakumulasinya polutan bahan pencemar di dalam rumah khususnya kamar tidur sehingga memudahkan terjadinya penularan (Umbul, 2004 dalam Mairusnita, 2007).

2.2.3. Epidemiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Epidemioloogi penyakit ISPA yaitu mempelajari frekuensi, distribusi penyakit ISPA serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam distribusi penyakit ISPA dalam 3 ciri variabel yang dapat dilihat yaitu variabel orang (person), variabel tempat (place) dan variabel waktu (time) (Budiarto, 2001 dalam Mairusnita, 2007).
a. Epidemologi ISPA Berdasarkan Orang

Infeksi saluran Pernapasan Atas merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi dan anak balita dinegara berkembang, sekitar 4 juta kematian disebabkan oleh ISPA terutama pneumonia (Kartasasmita, 1993 dalam Mairusnita, 2007).

16

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit ISPA pada balita di indonesia diperkirakan sebesar 3- 6 kali pertahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan ISPA sebanyak 3-6 kali dalam setahun (Depkes, 2005 dalam Marusnita, 2007). Berdasarkan data dari SKRT 2001 menunjukan bahwa proporsi ISPA sebagai penyebab kematian bayi < 1 tahun seekitar 22,6% sedangkan proporsi ISPA sebagai penyebab kematian anak balita adalahh sekitar 22,68% (Depkes, 2005 dalam Mairusnita, 2007). Berdasarkan hasil penelitian bambang Sutrisna di Indramayu (1993) dikatakan bahwa faktor resiko terjadinya kematian bayi dan anak balita karena pneumonia dapat dipengaruhi oleh faktor anak yaitu anak yang tidak di imunisasi secara lengkap, tidak mendapatkan defisiensi vitamin A, yang mengalami berat badan rendah (BBLR), tidak memperoleh ASI secara ekslusif dan anak yang mengalami gizi kurang serta adanya aspek kepercayaan setempat dalam peraktek pencarian pengobatan yang salah dan anak balita yang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tela disediakan (Depkes, 1994 dalam Marusnita, 2007).

b. Epidemiologi ISPA Berdasarkan Tempat

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) sampai saat merupakan masalah kesehatan terutama dinegara berkembang seperti indonesia. Sebagian besar hasil penelitian dinegara berkembang menunjukan bahwa 20-35% kematian anak bayi dan anak balita disebabkan oleh ISPA (Kartasasmita, 1993 dalam Mairusnita, 2007).
17

Berdasarkan dari data dinas kesehatan Dati II Kabupaten Gresik (suatu daerah industri) dari tahun 1983-1992 didapatkan baha dalam kurun waktu 10 tahun, penyakit pernapasan bagian atas tersebut dicapai pada tahun 1991 dan 1992 (15,68% dan 16,46%) (Mukono, 1997 dalam Mairusnita, 2007).

18

c. Epidemiologi ISPA Berdasarkan Waktu

Berdasarkan data SKDI tahun 1991 dan 1997 dapat diketahui bahwa prevalensi pneuomia pada tahun 1991-1997 telah mengalami sedikit penurunan yaitu dengan prevalensi 10% pada tahun 1991, 10% pada tahun 1994 dan 9% pada tahun 1997. Prevalensi Pneumonia dari tahun 1991 (10%) sampai dengan tahun 1997 (9%) pada balita telah menurun, namun untuk kurun waktu 7 tahun penurunan ini relatif kecil yaitu sebesar 8%. Padahal tujuan dan sasaran pemberantasan penyakit ISPA pada pelita VI adala menurunkan angka kesakitan pneumonia sebesar 20% dibandingkan akhir pelita V yaitu dari 1020% pertahun menjadi 8-16% balita pertahun (Djaja, 1999 dalam Mairusnita, 2007). Sementara itu proporsi pada balita 22,80% pada tahun 1986, 18.20% pada tahun 1992, 38,80% pada tahun 1995 dan 22,88% pada tahun 2001 (Depkes, 2005 dalam Mairusnita, 2007).

2.2.4. Cara-cara Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) A. Pencegahan Primer

Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor pejamu.
a. Health Promotion 1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit ISPA

serta menjelaskan cara-cara pencegahannya.


19

2. Memberikan pendidikan kesehatan.

b. Specific Protection 1. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk

mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh serendah mungkin dengan usaha mengurangi atau menghindari perilaku yang dapat meningkatkan resiko perorangan dan masyarakat yaitu dengan cara tidak membuang droplet/ludah ke sembarang tempatn dan berusaha untuk menutup mulut ketika hendak batuk khusunya pada pendertia batuk untuk mencegah terjadinya penularan.
2. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik,

seperti :
a. Ventilasi rumah yang baik agar udara dan sinar matahari masuk ke

dalam ruangan,
b. Sanitasi lingkungan dan perumahan serta sanitasi perorangan c. Mengurangi pencemaran udara didalam ruangan 3. Meningkatkan daya tahan pejamu yang meliputi : a. Menjaga gizi agar tetap baik b. Imunisasi

20

c. Olahraga dan Istirahat (Nasry, 2000 & Depkes, 1992 dalam

Mairusnita, 2007)

B. Pencegahan Sekunder

Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita. Adapun tujuan pencegahan tingkat ke 3 ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah akibat terjadinya komplikasi.
a. Early Diagnosis

Sediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan dini penyakit.
b. Prompt Treatment

Pengobatan (Nasry, 2000 & Depkes, 1992 dalam Mairusnita, 2007).

C. Pencegahan Tersier

Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut.

21

a. Rehabilitation 1. Nasehati ibu untuk melakukan tindakan pengobatan di rumah 2. Beri antibiotik selama 5 hari 3. Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat bila keadaan anak

menurun.
b. Disability Limitation 1. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang 2. Tidur dan istirahat yang cukup (Depkes, 1994 & Nasry, 2000 dalam

Mairusnita, 2007).

2.2.5. Penanganan Kasus ISPA

Penganan kasus ISPA yang tepat penting karena empat alasan dibawah ini yaitu :
1. Menghilangkan penderitaan 2. Mengurangi munculnya gejala sisa (seperti tuli) 3. Membantu ibu didalam merawat anaknya selama sakit

Mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak tepat untuk mengatasi infeksi saluran pernapasan (kebanyakan infeksi saluran pernapasan disebabkan oleh selesma dan pemakaian antibiotik tidak akan berguna).Hal ini merupakan tujuan penting progrma pengawasan ISPA , karena tindakan tersebut akan
22

mengurangi reaksi resistensi antibiotik dan menghambat sumber daya (WHO, 2002).

23

BAB III METODE PELAKSANAAN PBL

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan (PBL), dalam bidang kesehatan masyarakat adalah ilmu kesehatan masyarakat sebagai suatu pendekatan ilmiah dengan tahap-tahap sebagai berikut :

3.1. Rancangan Pelaksanaan PBL Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah :
1. 2.

Menetapkan tujuan sasaran pelayanan Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat bersama masyarakat dengan mempertimbangkan sumbbersumber yang ada dalam masyarakat

3.

Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan Pelaksanaan ilmu kesehatan masyarakat pada masyarakat disusun dengan

melibatkan

masyarakat.

Kegiatan

kegiatan

pelaksanaan

ilmu

kesehatan

masyarakat tersebut adalah sebagai berikut :


1. Melaksanakan a. Lintas sektoral : (Puskesmas untuk pengambilan data, kepala desa,

Sekretaris desa dan kepala dusun)


b. Lintas program : (kegiatan Posyandu dan Jumat bersih)

24

2. Mengikutsertakan

aktif masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan

masyarakat,
3. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat seperti

puskesmas, posyandu, bidan desa dan balai desa.


3.2. Waktu dan Lokasi

Waktu pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan September 18 Oktober

adalah tanggal 25

2012. Lokasi Praktek Belajar Lapangan (PBL)

dilaksanakan di Desa Patumbak II Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Populasi dan Sampel

Pelaksanaan PBL di Dusun V Desa Patumbak II mengambiol sampel secara Total Sampling. Adapun yang menjadi populasi adalah seluruh kepala keluarga (KK) di Dusun V Desa Patumbak II yaitu sebanyak 181 KK (Catatan Balai Desa Patumbak II, 2011). Penentuan besar sampel diambil dengan cara Total Sampling di dasarkan pada persentase dari besarnya populasi.

3.4. Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan data primer (diperoleh langsung dari subjek peneliti) dan sekunder (diperoleh dari pihak puskesmas dan balai desa).

25

Pengambilan data dapat dilakukan melalui pengenalan masyarakat dengan pendekatan tokoh- tokoh masyarakat, baik formal (balai desa, puskesmas, posyandu) maupun tidak formal (wawancara observasi di masyarakat), mengenal organisasi sosial, dan pemetaan wilayah. Untuk data dari masyarakat diperoleh dengan mewawancarai masyarakat yang di jadikan sampel . untuk data mengenai struktur pemerintahan setempat, jumlah KK dan sebagainya diperoleh dari instansi pemerintahan setempat (Balai Desa Patumbak II dan Puskesmas).
3.5. Instrumen Yang Digunkan

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dari masyarakat dengan menggunakan kuisioner dengan format wawancara dan obsevasi. Kuisioner terdiri atas beberapa item pertanyaan, mengenai :
I.

Kebiasaan dalam hidup sehari hari


1. Kebutuhan Nutrisi (terdiri dari 2 pertanyaan) 2. PHBS (terdiri dari 33 pertanyaan)

II.

Faktor Lingkungan
1. Perumahan (terdiri dari 8 pertanyaan) 2. Pengelolaan Sampah (Perlu Diobservasi) terdiri dari 4 pertanyaan 3. Pembuangan Air Limbah (Perlu Diobservasi) terdiri dari 2

pertanyaan

26

4. Hewan Pemeliharaan (perlu diobservasi) terdiri dari 4 pertanyaan III.

Faktor Sosio Budaya Ekonomi


1. Penghasilan dan Pengeluaran (terdiri dari 2 pertanyaan) 2. Hubungan dengan Masyarakat (terdiri dari 3 pertanyaan)

IV.

Derajat Kesehatan
1. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan (terdiri dari 2 pertanyaan) 2. Perilaku Keluarga Dalam Penanggulangan Sakit (terdiri dari 8 pertanyaan)

V.

Masalah Kesehatan Spesifik


1. Keluarga Berencana ( Untuk Pasangan Usia Subur) terdiri dari 5

pertanyaan
2. Ibu Hamil (terdiri dari 5 pertanyaan)

Dari

beberapa

pertanyaan

tersebut,

masing-masing

pertanyaan

menggunakan skala sikap yang terbagi atas skala likert, yang mengukur sikap, pendapat dan persepsi tentang kejadian dan menggunakan skala Guttman, yaitu digunakan untuk jawaban yang tegas dan konsisten.

3.6. Analisa Data

Dilakukan untuk mengenal masalah kesehatan di masyarakat dan diperoleh melalui survei awal, yaitu melakukan pendenahan rumah sekaligus analisa situasi

27

(melakukan observasi lingkungan), melakukan pengambilan data jumlah KK ke Balai Desa serta melakukan pengambilan data 10 penyakit terbesar di Puskesmas. Pengumpulan data-data tersebut di kumpulkan untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat Dusn V dan membantu pembuatan kuisioner. Setelah pembuatan dan pembagian kuisioner dilakukan maka dapat diolah serta dianalisa dengan menggunakan komputer, kemudian ditabulasi dalam tabel distribusi. Setelah diperolah hasil mengenai permasalahan kesehatan yang ada di Dusun V Desa Patumbak II, maka dilakukan rembuk desa untuk memecahkan permasalahan yang ada, kegiatan rembuk desa tersebut meliputi pemecahan

masalah, memberikan alternatif masalah/pemberian solusi sesuai dengan masalah yang ada. Kegiatan tersebut dilakukan secara bersama dengan Toma dan masyarakat dan masyarakat setempat. Observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dengan masyarakat dan pihak-pihak yang terkait, meliputi :
1. 2. 3. 4. 5. 6.

Keadaan geografis Demografi Data kesehatan lingkungan Perilaku kesehatan Pelayanan kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan

28

3.7. Metode Pelaksanaa Rembuk Desa

Kata rembuk desa berasal dari rembukan yang artinya omong-omong. Orang yang rembukan berarti malkukan aktivitas omong-omong dengan topik tertentu. Dalam pedusunan dikenal dengan istilah rembuk desa yaitu muusyawarah yang di ikuti seluruh warga desa. Mereka bebas mengemukakan aspirasinya demi menuntaskan permasalahan-permasalahan bersama. Keputusan yang diambil berdasarkan suara mufakat, tidak ada merasa yang dipinggirkan. Semua keinginan sebisa-bisa ditampung dan dihormati. Dengan diajak rembuk desa maka masyarakat akan mau berpartisipasi aktif dalam mendukung setiap program pembangunan (www.jogjatrip.com).

3.7.1. Persiapan Rembuk Desa 1. Meminta persetujuan kepala desa untuk melakukan rembuk desa di desa

Patumbak II Kec. Patumbak,


2. Meminta persetujuan kepala dusun untuk melakukan rembuk desa di

kediamannya
3. Mengundang Kepala Desa Patumbak II, Kepala Dusun V Desa Patumbak V

Kec. Patumbak beserta ibu, tokoh agama, tokoh masyarakat, kader posyandu dan masyarakat agar datang ke acara rembuk desa.
4. Menyiapkan alat dan bahan yanng diperlukan dalam rembuk desa, 5. Persiapan lain yaitu konsumsi dan dokumentasi,

29

3.7.2. Motode Pelaksanaan Rembuk Desa

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan rembuk desa yaitu metode Carl adalah serangkaian yang harus diberi skor 0-10. CARL tersebut mempunyai arti : C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana) A = Accessibility yaitu masalah yang ada muda diatasi atau tidak R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun sasaran C.A.R.L L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yag satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang di bahas. Dengan Formula :

3.7.3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam acara rembuk desa adalah Laptop, LCD, alat tulis (pulpen), daftar hadir rembuk desa, dokumentasi, mikrofon/pengeras suara, buku panduan, undangan dan leaflet.

3.7.4. Tempat dan Jadwal

Rembuk desa dilaksanakan pada : Hari/tanggal : Rabu, 10 Oktober 2012


30

Pukul

: 20.00 WIB

Tempat: Rumah Kepala Dusun V Patumbak II

3.8. Metode Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat 3.8.1. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

Adapun rencana kegiatan pemberdayaan yang akan dilaksanakan adalah :


a. Untuk penyakit DM -

Memberikan penyuluhan

b. Untuk penyakit ISPA -

Melakukan gotong royong setiap 1 minggu sekali

3.8.2. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi

Dalam rangka memotivasi dan menciptakan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan mengatasi masalah kesehatan yang ada, maka dilaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu gotong royong 1 minggu sekali yang dilaksanakan di Dusun V. Kegiatan gotong royong tersebut dihadiri oleh bapak Kepala Desa, Bapak Kepala dusun V dan Masyarakat Dusun V. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2012.

31

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi PBL 4.1.1. Letak Desa Desa Patumbak II terletak di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

4.1.2. Batas Wilayah Dusun V Desa Patumbak II a. Sebelah Utara b. Sebelah Selatan c. Sebelah Timur d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Dusun IV : Berbatasan dengan Dusun VI : Berbatasan dengan Kec. Tanjung Morawa : Berbatasan dengan Lantasan Lama

4.1.3. Luas Desa dan Luas Dusun V

32

Desa Patumbak II Kec. Patumbak Kabupaten Deli Serdang mempunyai luas 85,25 Ha dan terdiri dari 6 dusun. Untuk luas wilayah Dusun V Desa Patumbak II 9,4 Ha.

4.1.4. Kondisi Daerah


a. Keadaan tanah b. Sarana jalan

: Kering : Aspal

33

4.1.5. Orbitas (jarak pusat pemerintahan) Desa Patumbak II dapat dicapai oleh kenderaan roda empat dan roda dua, hubungan lalu lintas Desa Patumbak II di katakan lancar, dengan orbotasi sebagai berikut : Tabel 4.1 : Orbitas (Jarak Pusata Pemerintahan) Desa Ptaumbak II No 1 2 3 Orbitasi Ke Kantor Kecamatan Ke Kabupaten Ke Provoinsi Jarak 1200 m 61 Km 32 Km Waktu Tempuh 20 menit 2 jam 1 jam

4.2. Hasil Pengumpulan Data Demografi 4.2.1 Data Demografi Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 1. Jumlah Penduduk : 836 jiwa a. Laki laki b. Perempuan 2. Jumlah Keluarga : 399 jiwa : 397 jiwa : 181 KK

4.2.2 Data Demografi Penduduk Tabel 4.2 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1. Laki-laki 399 47,7 % 2. Perempuan 437 52,3 % Jumlah 836 100 % Sumber : Pencatatan Kantor Balai Desa Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 836 jiwa, diketahui bahwa jenis kelamin tertinggi perempuan sebanyak 437 jiwa (52,3 %), sedangkan laki-laki berjumlah 399 jiwa (47,7 %),

34

Tabel 4.3 :

Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Usia Frekuensi Persentase 1. 0 5 Tahun 33 3,9 % 2. 6 16 Tahun 331 39,6 % 3. 17 25 Tahun 203 24,3 % 4. 26 55 Tahun 209 25 % 5. 56 Tahun Keatas 60 7,2 % Jumlah 836 100 % Sumber : Pencatatan Kantor Balai Desa Tahun 2012 Berdasarkan tabel di atas diketahui 836 jiwa menunjukkan bahwa penggolongan usia terbanyak pada 6 16 tahun sebanyak 331 jiwa (39,6 %) kemudian pada usia 26 55 tahun sebanyak 209 jiwa (25 %), diikuti pada penggolongan usia 17 25 tahun sebanyak 203 (24,3 %), kemudian pada kelompok usia 56 tahun keatas sebanyak 60 jiwa (7,2 %) dan jumlah kelompok usia terendah pada usia 0 5 tahun sebanyak 33 jiwa (3,9 %). Tabel 4.4 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Pendidikan Frekuensi Persentasi 1. Tidak Sekolah 54 6,46 % 2. SD 193 23,08 % 3. Tidak Tamat SD 4 0,48 % 4. SMP 209 25 % 5. SMA 287 34,33 % 6. AK/PT 89 10,65 % Jumlah 836 100 % Sumber : Pencatatan Kantor Balai Desa Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi frekuensi responden Dusun V menurut pendidikan yang tertinggi adalah pendidikan SMA sebanyak 287 jiwa (34,33 %), kemudian pendidikan SMP sebanyak 209 jiwa (25 %), diikuti pada pendidikan SD sebanyak 193 jiwa (23,08 %),AK/PT sebanyak 89 jiwa (10,65 %), yang belum sekolah sebanyak 54 jiwa (6,46 %) dan yang terendah pada pendidikan tidak tamat SD sebanyak 4 jiwa (0,48 %).

35

Tabel 4.5 :

Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Pekerjaan Frekuensi Persentasi 1. Pegawai Pemerintah 32 3,83 % 2. Pegawai swasta 194 23,21 % 3. Petani 25 2,99 % 4. Pengusaha 21 2,51 % 5. Pensiunan 9 1,07 % 6. Usaha sendiri/wiraswasta 89 10,65 % 7. Tidak bekerja 466 55,74 % Jumlah 836 100 % Sumber : Pencatatan Kantor Balai Desa tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas dapat dketahui distribusi frekuensi responden penelitian Dusun V menurut pekerjaan, untuk pekerjaan yang terbanyak adalah tidak bekerja sebanyak 466 jiwa(55,74 %), kemudian pegawai swasta sebanyak 194 jiwa (23,21 %), diikuti pekerjaan usaha sendiri/wiraswasta sebanyak 89 jiwa (10,65 %), kemudian pekerjaan pegawai pemerintah sebanyak 32 jiwa (3,83 %), kemudian pekerjaan petani sebanyak 25 jiwa (2,99 %), kemudian pekerjaan pengusaha sebanyak 21 jiwa (2,51 %) dan pekerjaan yang terendah adalah pensiunan sebanyak 9 jiwa (1, 07 %).

Tabel 4.6 :

Penyakit 10 Terbesar Yang Tercatat di Puskesmas Patumbak II Bulan Agustus Tahun 2012 No Penyakit Jumla Persentase h 1. ISPA 410 35.3% 2. Obs Febris 203 17.5% 3. Karies gigi 116 10% 4. TB. Paru 92 7.93% 5. Gasteritis 71 6.12% 6. Diare 62 5.34% 7. Penyakit infeksi kulit 64 5.51% 8. Hipertensi 66 5.68% 9. Alergi 41 3.53% 10 Tonslitis 35 3.0% Jumlah 1160 100% Sumber : Pencatatan Puskesmas Patumbak II bulan Agustus Tahun 2012

36

Berdasarkan tabel diatas diketahui penyakit 10 terbesar yang tercatat di Puskesmas Desa Patumbak II bulan Juli tahun 2012 yang terbesar adalah penyakit flu, batuk, sesak napas, infeksi saluran pernapasan (ISPA) sebanyak 410 orang (35,6%), dan yang terkecil adalah penyakit tonsilitis sebanyak 35 orang (3,0%).

Tabel 4.7 :

Penyakit 10 Terbesar Yang Terdapat di Puskesmas Patumbak II Bulan September Tahun 2012 No Penyakit Jumlah Persentase % 1. ISPA 359 32.5% 2. Obs Febris 195 17.7% 3. Karies gigi 135 12.2% 4. TB. Paru 134 12.1% 5. Gasteritis 56 5.0% 6. Diare 49 4.4% 7. Tonsilitis 48 4.4% 8. Hipertensi 46 4.1% 9. Penyakit infeksi kulit 44 4.0% 10 Reumatik 38 3.5% . Jumlah 1104 100% Sumber : Pencatatan Puskesmas Patumbak II bulan September Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui penyakit 10 terbesar yang tercatat di Puskesmas Desa Patumbak II bulan Agustus tahun 2012 yang terbesar adalah penyakit flu, batuk, sesak napas, infeksi saluran pernapasan (ISPA) sebanyak 389 orang (34,3%), dan yang terkecil adalah penyakit kulit infeksi sebanyak 44 orang (3,9%).

Tabel 4.8 : Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Penyakit Yang Terjadi 1 Tahun Terakhir di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Tahun 2012 Persentase No Penyakit Jumlah % 1. Flu, Batuk, Sesak Napas, Infeksi Tenggorokan,(ISPA) 109 13% 2. Sakit Kepala 2 0,23% 3. Rematik 12 1,4% 4. Kecelakaan Kerja 2 0,23% 5. Cikungunya 1 0,12% 6. Hipertensi 8 1%

37

Tipus 1 0,12% Diare 12 1,4% DM 14 1,7% Gatal-gatal 2 0,23% Tidak mengalami keluhan sakit 673 80,5% Total 836 100% Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas dari penyakit yang terjadi 1 tahun terakhir diketahui responden yang tertinggi adalah Penyakit Ispa sebanyak 109 (13%) dan yang terendah yaitu tipus dan cikungunya sebanyak 1 (0,12%)

7. 8. 9. 10. 11.

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Penyajian Makanan Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 Cara Penyajian Makanan No Frekuensi Persentase Dalam Keluarga 1. Tertutup 174 96,1 % 2. Kadang-kadang tertutup 7 3,9 % 3. Terbuka 0 0% Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi frekuensi responden dalam penyajian makanan dengan cara tertutup sebanyak 174 responden (96,1%) dan penyajian makanan yang kadang-kadang tertutup sebanyak 7 responden (3,9%), dan untuk yang terbuka tidak ada.

Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Pengolahan Makanan Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Cara Pengolahan Makanan Frekuensi Persentase 1. Dicuci baru dipotong-potong 59 32,6 % 2. Dipotong-potong baru dicuci 122 67,4 % 3. Tidak dicuci 0 0% Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012

38

Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan pengolahan makanan sebelum dimasak atau dimakan dengan jumlah terbanyaka pada cara pengolahan dipotong-potong baru dicuci sebanyak 122 responden (67,4 %), dan jumlah terkecil dengan cara dicuci baru dipotong-potong sebanyak 59 responden (32,6 %). Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penilaian Pemenuhan Nutrisi Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Pemenuhan Nutrisi Frekuensi Persentase 1. Cukup 117 64,6 % 2. Sangat baik 64 35,4 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden untuk pemenuhan nutrisi mendapatkan nilai yang cukup sebesar 117 KK (64,6 %), dan sangat baik sebesar 64 KK (35,4 %).

Tabel 4.12 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Buah dan Sayur Setiap Hari di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Tahun 2012 N Konsumsi Buah dan Sayur Frekuensi Persentase % o Setiap hari 1 Ya 59 32,60 % 2 Tidak 122 67,40 % Jumlah 181 100 % Sumber Data : Penelitian mahasiswa PBL dari PSIKM Non Reguler ( kel. 3 ) tahun 2012 Berdasarkan data diatas diketahui bahwa konsumsi buah dan sayur setiap hari pada 181 responden yang jumlah terbesar adalah tidak sebanyak 122 responden (67,40%) dan yang terkecil pada ya sebanyak 59 responden (32,60 %).

Cuci tangan Pakai

Frekuensi

Persentase

Cuci Tangan

Frekuensi

Persentase

39

o 1. 2.

Sabun Sebelum Makan Ya Tidak Jumlah

143 38 181

79 % 21 % 100 %

Dengan Sabun Setelah BAB Ya Tidak

163 18 181

90,1 % 9,9 % 100 %

Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan yang Mencuci Tangan Pakai Sabun di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non.Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah BAB adalah untuk yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan sebanyak 143 responden (79 %) dan yang mencuci tangan setelah BAB sebanyak 163 responden (90,1 %), untuk yang tidak mencuci tangan sebelum makan sebanyak 38 responden (21 %) dan yang tidak mencuci tangan setelah BAB sebanyak 18 responden (9,9 %).

Tabel 4.14 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No PHBS Frekuensi Persentase 1. Cukup 8 4,4 % 2. Baik 117 64,6 % 3. Sangat Baik 56 31 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden untuk perilaku hidup bersih dan sehat memiliki jumlah tertinggi adalah nilai baik sebanyak 117 KK (64,6 %), kemudian nilai sangat baik sebanyak 56 KK (31 %) dan yang terendah adalah nilai cukup sebesar 8 KK (4,4 %).

40

4.2.5 Perumahan Sehat Tabel 4.15 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Bangunan Rumah Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Jenis Bangunan Frekuensi Persentase 1. Permanen (Batu) 58 32 % 2. Semi Permanen (setengah batu dan kayu) 117 64,6 % 3. Kayu 6 3,4 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 181 KK yang dijadikan Responden memiliki bangunan rumah yang permanen (terbuat dari batu) sebanyak 58 KK/rumah (32 %), kemudian yang memiliki bangunan rumah semi permanen (setengan batu dan kayu) sebanyak 117 KK/rumah (64,6 %) dan yang memiliki bangunan rumah dari kayu sebanyak 6 KK/rumah (3,4 %).

Tabel 4.16 : Distribusi frekuensi berdasarkan Luas Ventilasi Rumah Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Luas Ventilasi Frekuensi Persentase 1. > 10% luas lantai 96 53,04 % 2. < 10% luas lantai 84 46,40 % 3. Tidak memiliki ventilasi 1 0,56 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi frekuensi responden ditemukan yang memiliki luas ventilasi >10% luas lantai sebanyak 96 KK (53,04 %), kemudian untuk luas ventilasi < 10% luas lantai sebanyak 84 KK (46,40%) dan ditemukan juga rumah yang tidak memiliki ventilasi yaitu sebanyak 1 KK (0,56 %).

41

Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebersihan Rumah Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Kebersihan Rumah Frekuensi Persentase 1. Bersih 152 84 % 2. Kotor 29 16 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas dari 181 KK ditemukan kondisi kebersihan rumah yang bersih sebanyak 152 rumah (84 %) dan kondisi kebersihan rumah yang kotor sebanyak 29 rumah (26 %).

Tabel 4.18 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan Jenis Jamban Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Jenis Jamban Frekuensi Persentase 1. Leher angsa 181 100 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui penggunaan jenis jamban dari responden Dusun V adalah Jenis Jamban leher angsa sebanyak 181 KK (100 %).

Tabel 4.19 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Septic Tank Ke Sumber Air di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Jarak Septic Tank Frekuensi Persentase 1. > 10 meter 34 18,8 % 2. < 10 meter 147 81,2 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 181 responden penelitian yanng memiliki jarak septic tank lebih dari 10 meter ke sumber air sebanyak 34 responden (18,8 %) dan yang memiliki jarak septic tank kurang dari 10 meter ke sumber air sebanyak 147 responden (81,2 %).

42

Tabel 4.20 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adanya Tempat Sampah Rumah Tangga di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Tempat Sampah Frekuensi Persentase 1. Ada 172 95,2 % 2. Tidak ada 9 3,31 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 181 responden yang memiliki tempat sampah rumah tangga sebanyak 172 KK (95,2 %) sedangkan sisanya tidak memiliki tempat sampah rumah tangga sebanyak 9 KK (4,8 %).

Tabel 4.21 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Akhir Sampah Rumah Tangga Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Pengolahan Sampah Frekuensi Persentase 1. Dibuang ke kali/parit 5 2,7 % 2. Diambil petugas 2 1,1 % 3. Ditimbun 2 1,1 % 4. Dibakar 169 93,4 % 5. Ditumpuk 3 1,7 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden penelitian yang mengolah sampah rumah tangga yang tertinggi yaitu dengan cara membakar sampah sebanyak 169 KK (93,4 %), kemudian dibuang ke kali/parit sebanyak 5 KK (2,7 %), kemudian yang ditumpuk sebanyak 3 KK (1,7 %) dan yang diambil petugas dan menimbun sampah masing-masing sebanyak 2 KK (1,1 %).

Tabel 4.22 : Dustribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Fasilitas Kesehatan di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Penggunaan Fasilitas Kesehatan di Frekuensi Persentase Desa 1. Ya 177 97,8 % 2. Tidak 4 2,2 % Jumlah 181 100 % Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg

43

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden penelitian menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia di Desa Pastumbak II Dusun V sebanyak 177 KK (97,8 %) dan sisanya tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia sebanyak 4 KK (2,2 %).

Tabel 4.23 : Distribusi Frekuensi Responden Yang Memiliki Penilaian Terhadap Keramahan Petugas Kesehatan Setempat di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Tahun 2012 Petugas Kesehatan Ramah No Frekuensi Persentase % atau Tidak Ramah 1 Ya, Ramah 167 92.3% 2 Tidak 14 7.7% Jumlah 181 100% Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas dari 181 responden yang menilai petugas kesehatan setempat ramah-tamah sebanyak 167 responden (92.3%), dan sisanya menilai petugas kesehatan setempat tidak ramah sebanyak 14 responden (7.7%)

Tabel 4.24 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemberian Imunisasi Pada Bayi dan Balita Responden di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Imunisasi Frekuensi Persentase 1. Diberi imunisasi 17 100% 2. Tidak di imunisasi 0 0% Jumlah 17 100% Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Tahun 2012 Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa balita yang diimunisasi sebanyak 17 balita (100%) artinya program imunisasi didusun V baik.

44

Tabel 4.25

:Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis KB di Dusun V Desa Patumbak II Tahun 2012 No Jenis KB Frekuensi Persentase 1. Pil 15 33% 2. Suntik 17 38% 3. Spiral 10 22% 4. Kondom 3 7% Jumlah 45 100% Sumber : Penelitian Mahasiswa PBL dari PSIKM Non. Reg Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang menggunakan alat kontrasepsi dari 45 responden pasangan usia subur penggunaan terbesar adalah alat kontrasepsi jenis suntik sebanyak 17 responden (38%), kemudian penggunaan jenis KB PIL sebanyak 15 responden (33%), KB Spiral 10 responden (22%), dan yang terendah penggunaan alat KB Kondom sebanyak 3 responden (7%).

45

BAB V PEMBAHASAN

5.1.

Pembahasan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di Dusun V Desa Patumbak II Kec.

Patumbak Tahun 2012, maka ditemukan permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat serta faktor-faktor nyata yang terjadi di masyarakat dan menjadi penyebab pendukung terjadinya permasalahan kesehatan tersebut. Hal-hal tersebut dapat digambarkan dalam diagram-diagram berikut : Diagram 5.1.1. : Distribusi Proporsi Responden Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia di Dusun V Desa Patumbak II Kec.Patumbak Tahun 2012.

22%

22% 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51 tahun keatas 24%

32%

Dari diagram diatas diketahui distribusi frekuensi responden penelitian Dusun V desa Patumbak II Kec.Patumbak menurut kelompok Umur yang terbesar adalah kelmpok usia 41- 50 tahun 32%.

46

Bila kita lihat dari hasil penelitian kita ketahui bahwa mayoritas umur responden di atas 40 tahun, sehingga lebih beresiko untuk terkena Penyakit DM. Dimana, pada umur tersebut daya tahan tubuh seseorang mulai menurun,

sehingga menyebabkan fungsi organ tubuh pun menurun. Akibatnya seseorang akan lebih muda terserang Penyakit DM.

Diagram 5.1.2.

: Distribusi Proporsi Penyakit Terbesar Yang Tercatat di Puskesmas Desa Patumbak II Kec.Patumbak Bulan Agustus dan September Tahun 2012

4% 4% 4% 5%

4% 3% 34%

ISPA Obs Febris Karies gigi TB. Paru Gasteritis Diare Tonsilitis Hipertensi 18% Penyakit infeksi kulit Reumatik

12% 12%

Dari diagram diatas dapat diketahui kejadian penyakit 10 besar yang tercatat di Puskesmas Patumbak pada bulan Agustus dan september. Dan dari data terssebut dapat diketahui kejadian penyakit yang sering terjadi dan memiliki tingkat kejadian yang tidak terlalu jauh setiap bulannya adalah penyakit ISPA/ penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas dan kedua adalah penyakit DM (Diabetes Mellitus).

47

Diagram 5.1.3.

: Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kejadian Penyakit 1 Tahun Terakhir di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Tahun 2012

4% 4% 4% 5%

4% 3% 34%

ISPA Obs Febris Karies gigi TB. Paru Gasteritis Diare Tonsilitis Hipertensi 18% Penyakit infeksi kulit Reumatik

12% 12%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat penyakit yang dialami dari responden dalam 1 tahun terakhir dengan nilai tertinggi adalah penyakit ISPA 13 %, kemudian keluhan penyakit DM (Diabetes Mellitus) adalah 2 %. Dari data diatas dapat diperoleh dari responden penelitian dapat dibandingkan dengan tingkat kejadian penyakit yang tercatat di Puskesmas Patumbak maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat penyakit terbesar dan yang terjadi adalah penyakit ISPA dan DM (Diabetes Mellitus), yang merupakan dua penyakit terbesar yang diperoleh dari responden penelitian.

48

Diagram 5.1.4.

: Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Dusun V Desa Patumbak Kec. Patumbak Tahun 2012

Flu, Batuk, Sesak Napas, Infeksi Tenggorokan,(ISPA) Sakit Kepala

13% 0% 1% 0% 0% 1% 0% 1% 2% 0%

Rematik Kecelakaan Kerja Cikungunya Hipertensi Tipus Diare DM

82%

Gatal-gatal Tidak mengalami keluhan sakit

Berdasarkan data diatas dapat diketahui distribusi frekuensi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai tertinggi adalah nilai baik 65%, kemudian penilain sangat baik 31%, dan yag terkecil adalah cukup 4%. Dari data tersebut dapat diketahui PHBS responden memiliki penilain cukup dan sangat baik merupakan nilai yang tertinggi, sehingga dapat disimpulkan masyarakat Dusun V Desa Patumbak II memiliki perilaku hidup bersih dan sehat.

49

Diagram 5.1.5.

: Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Luas Ventilasi Rumah di Dusun V Desa Patumbak II Kec.Patumbak Tahun 2012

1%

46% 53%

> 10% luas lantai < 10% luas lantai Tidak memiliki ventilasi

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa responden ditemukan yang memiliki luas ventilasi rumah >10% luas lantai sebanyak 53.4%, kemudian untuk luas ventilasi rumah <10% luas lantai sebanyak 46.6%, dan ditemukan dan ditemukan juga rumah yang tidak memiliki ventilasi 0.56%. Dari data diatas dapat diketahui luas ventilasi rumah responden rata-rata berada kurang dari 10% dari luas lantai dan ada juga rumah responden yang memiliki ventilasi, sehingga hal ini dapat menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit ISPA di masyarakat Dusun V Desa Patumbak II. Yang dibuktikan juga terhadap penemuan kasus penyakit ISPA pada responden penelitian. Kajiannya penyakit ini terjadi karena kondisi ruah yang tidak sehat, karena kurangnya sirkulasi udara didalam rumah sehingga mengakibatkan penumpukan debu dan juga perkembangan bakteri dan virus-virus penyebab penyakit

50

Diagram 5.1.6 :

Distribusi Proporsi Responden Berdasrkan Pembuangan Akhir Sampah Rumah Tangga di Dusun V Desa Patumbak II Kec.Patumbak Tahun 2012.

2%3% 1% 1%

Dibuang ke kali/parit Diambil petugas Ditimbun Dibakar Ditumpuk

93%

Dari Diagram diatas dapat dilihat distribusi frekuensi pengolahan sampah rumah tangga responden tertinggi adalah pada pengolahan dengan cara membakar sampah sebesar 93.4%, kemudian pangolahan sampah dengan cara membuang keparit sebesar 2.7% dan di ikuti pengolahan sampah dengan cara diambil petugas sebesar 1,7 % kemudian untuk pengolahan sampah yang paling rendah adalah dengan cara ditimbun dan ditumpuk masing-masing sebesar 1.1%. Dari data diatas dapat diketahui bahwa pengolahan sampah rumah tangga di Dusun V Desa Patumbak II lebih banyak mengolah dengan cara membakar dan membuang keparit. Hal ini merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit, karena pengolahan sampah dengan cara membakar dapat mengganggu sistem pernapasan manusia melalui asap yang tercemar di udara.

51

Diagram 5.1.7 :

Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pendidikan di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Tahun 2012

11% 25% SD Tidak Tamat SD 1% 36% SMP SMA AK/PT 27%

Berdasarkan diagram diatas diketahui distribusi frekuensi responden Dusun V menurut pendidikan yang tertinggi adalah pendidikan SMA (34,33 %), kemudian pendidikan SMP (25 %), diikuti pada pendidikan SD (23,08 %), AK/PT (10,65 %). Menurut Abraham Maslow, bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuan seseorang. Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden adalah Tamat SMA, dan pengetahuan responden tentang Penyakit DM dan ISPA juga masih kurang.

52

Diagram 5.1.8

: Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Cara Pengolahan Makanan Responden di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Tahun 2012

33% Dicuci baru dipotongpotong Dipotong-potong baru dicuci 67%

Berdasarkan diagram diatas diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan pengolahan makanan sebelum dimasak atau dimakan dengan jumlah terbanyaka pada cara pengolahan dipotong-potong baru dicuci sebanyak 122 responden (67,4 %), dan jumlah terkecil dengan cara dicuci baru dipotong-potong sebanyak 59 responden (32,6 %).

53

Diagram 5.1.12 :

Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Penilaian Pemenuhan Nutrisi Responden di Dusun V Desa Patumbak II Kec.Patumbak Tahun 2012

35% Cukup Sangat baik 65%

Berdasarkan Diagram diatas diketahui bahwa responden untuk pemenuhan nutrisi mendapatkan nilai yang cukup sebesar 117 KK (64,6 %), dan sangat baik sebesar 64 KK (35,4 %).

54

Diagram 5.1.16 :

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Buah dan Sayur Setiap Hari di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Tahun 2012

33%

Ya Tidak

67%

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa konsumsi buah dan sayur setiap hari pada 181 responden yang jumlah terbesar adalah tidak sebanyak 122 responden (67,40%) dan yang terkecil pada ya sebanyak 59 responden (32,60 %). Dari data diatas dapat diketahui responden tidak mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari, sehingga hal ini dapat menjadi penyebab terjadinya Diabetes Melitus, dimana hal ini responden lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat.

55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa kesehatan di Dusun V Desa Patumbak II Kec. Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 di dapatkan 4 masalah tetapi setelah dilakukan rembuk desa didapat 2 prioritas masalah yaitu :
A. ISPA

Dimana ditemukan penyakit yang dialami responden dalam 1 tahun terakhir dengan nilai tertinggi sebesar 13 %. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ditemukan memiliki luas ventilasi rumah <10% luas lantai sebanyak 46.40%, dan ditemukan juga rumah yang tidak memiliki ventilasi rumah 0.56%, kemudian kondisi rumah yang kotor sebesar 16%, pengolahan sampah rumah tangga dengan cara membakar sampah sebesar 93.4% beberapa hal tersebut diatas sangat berpengaruh terhadap tingginya kejadian ISPA di Dusun V Desa Patumbak II, oleh karena itu dilakukan kegiatan gotong royong untuk menjaga kebersihan lingkungan terutama untuk mengurangi sampahsampah yang berserakan agar di kumpulkan dan dibuang ke pembuangan akhir dan tidak dibakar sembarangan.

B. Diabetes Mellitus

Dimana ditemukan penyakit yang dialami responden dalam 1 tahun terakhir dengan nilai tertinggi sebesar 1,7 %. Hal ini dipengaruhi oleh

56

beberapa faktor seperti ditemukan lebih besar yang Tidak mengkonsumsi sayuran dan buah sebesar 67,40% dan lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat. Jika dilihat kandungan karbohidrat maka tubuh akan

menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes. Oleh karena itu, dilakukan penyuluhan tentang Penyakit Diabetes Melitus kepada masyarakat dimana sebelum penyuluhan diberikan kuesioner (Pre test) dan setelah penyuluhan juga diberikan kuesioner (post Test) tentang Penyakit Diabetes Melitus yang dari hasil kuesioner ini terlihat adanya perubahan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan

6.2. Saran
1. Pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten) a. Pengadaan petugas kebersihan setiap harinya untuk mengambil sampah ke

rumah-rumah warga, agar sampah tidak menumpuk dan menjadi sarang penyakit.
b. penyediaan tempat sampah di pinggir jalan dengan jarak 15 meter dari

tiap-tiap tempat sampah lainnya.


2. Bagi Puskesmas a. Disarankan kepada petugas kesehatan agar dapat memberi informasi

mengenai kesehatan kepada masyarakat khususnya penyakit ISPA dan Diabetes Mellitus

57

b. Apabila telah mendapatkan laporan kasus KLB yang dialami masyarakat,

maka petugas kesehatan segera menangani kasus dengan upaya pencegahan penyakit agar tidak menular ke orang lain.
3. Bagi Masyarakat a. Sebaiknya melakukan gotong royong setiap minggu untuk membersihkan

selokan-selokan pembuangan air limbah dan membersihkan sampahsampah yang berserakan.


b. Diharapkan agar masyarakat menerapkan kebiasaan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan.


c. Diharapkan agar masyarakat memperbaiki pola hidup sehat (makan

seimbang,cukup istirahat dan olahraga).


d. Diharapakan kepada seluruh kader kesehatan dan perangkat desa agar

melaporkan segera kepada petugas kesehatan bila ada keluhan atau masalah kesehatan yang mungkin akan di tindak lanjuti, serta sarana fasilitas kesehatan lebih diperhatikan.

58

Anda mungkin juga menyukai