INDONESIA
INDONESIA INDONESIAKU
KOMPETENSI DASAR
Setelah selesai pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami dan mengetahui tipikor yang terjadi di unit kerjanya.
INDIKATOR KEPBERHASILAN
Setelah selesai pembelajaran peserta dapat : Menguraikan pengertian dan unsur-unsur tindak pidana korupsi. Mengidentifikasi tindakan-tindakan PNS atau penyelenggara negara yang merupakan tipikor.
1. KETIDAKADILAN DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN 2. TIMBULNYA KEMEROSOTAN MORAL BANGSA, KETIDAK JUJURAN, MUNAFIK/KEPURAPURAAN 3. MELEMAHNYA IMAN PARA BIROKRAT, TIDAK TAHAN TERHADAP GODAAN-GODAAN DALAM KEHIDUPAN DUNIA (HTW) 4. MERUSAK PERILAKU KEHIDUPAN DAN POLA HIDUP MASYARAKAT, MEMENTINGKAN KEHIDUPAN DUNIAWI, MATERIALISTIS, HEDONISME
6,9
5,0
TARGET 2010
Malaysia Korsel
1,7
1999
1,7
1,7
1,9
1,9
2,0
2,2
2,4
? 5,1 Korsel 5,0 Malaysia 3,8 Thailand 3,2 China 2,9 India 2,6 Vietnam
2010
Ranking 1
Selandia Baru 9,5 9,2 Singapura
6,9
5,0
4,4 Malaysia
Indonesia
2,0
2,2
2,4
Sumber : Pikiran Rakyat 2 Des 2011 (Transparancy International
1999
TUJUAN : MEWUJUDKAN MASYARAKAT DAN PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS KKN Sesuai TAP MPR No. XI/MPR/1998. Dijabarkan dalam :
UU Nomor 28 Tahun 1999
(tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN)
DASAR HUKUM
1.TAP MPR RI NIO. XI/MPR /1998 Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari KKN. 2.TAP MPR RI NO. VIII.MPR/2001 Rekomendasi atas Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN. 3. UU RI NO. 28 Th 2001 Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN. 4. UU RI No. 31 Th 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 5. UU No. 20 Th 2001 Perubahan Atas UU RI No. 31 Th 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 6. UU No. 30 Th 2002 KomisI Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 7. PP NO. 71 Th 2000 Tata Cara Pelaksanaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan tindak Pidana Korupsai 8. Inpres RI NO. 5 Th 2004 Percepatan Pemberantasan Korupsi.
PENGERTIAN TPK
UNSUR TINDAK PIDANA
Perbuatan manusia Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil) Bersifat melawan hukum (syarat materiil)
UNSUR SUBJEKTIF
Setiap orang Penyelenggara negara Pegawai negeri Korporasi
UNSUR OBJEKTIF
Janji Kesempatan Kemudahan Kekayaan milik negara
Uang Daftar Surat, akta Barang
KORUPSI
SECARA HARFIAH,
Kejahatan, Kebusukan, dapat disuap, tdk bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran.
DISKUSI KELOMPOK
DISKUSIKAN TINDAKAN APA SAJA YANG DIKATAGORIKAN SEBAGAI TINDAK PIDANA KORUPSI. APA YANG MENJADI PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI. LANGKAH- LANGKAH APA UNTUK MENCEGAH KORUPSI DI KANTOR ANDA.
TPK
(HASIL DISKUSI PESERTA) SPPD FIKTIF Penambahan lokal yang tdk jelas penggunaan anggarannya Penggunaan dana operasional tidak jelas. Penggunaan waktu yg tik jelas Korupsi waktu Penggunaan dana untuk kepentingan pribadi Mark up/ penggelembungan dana Suap ke jaksa Pungli suap
20
PENYEBAB
ADA KESEMPATAN KURANG PERINGATAN ATASAN TUNTUTAN MATERI KURANGNYA IMTAQ
21
MENCEGAH
SALING MENGINGATKAN EVALUASI DAN KOORDINASI ATASAN DAN BAWAHAN SELEKTIF MENERIMA UANG MENINGKATKAN IMTAQ
22
2.Suap-menyuap ;
a. Ps 5 ay (1) hrf a & b b. Ps 5 ay (2) c. Ps 6 ay (1) hrf a & b). d. Ps 6 ay (2) e. Ps 11 f. Ps 12 hrf a & b g. Ps 13 h. Ps 12 hrf c &d
3. Penggelapan dlm jabatan: - Pas 8 - Pas 9 - Pas 10 hrf a; b & c 4. Pemerasan : - Pas 12 hrf e; f; g 5. Perbuatan curang: - Pas 7 ay (1) hrf a; b; c ; d ay (2) - Pas 12 hrf h. 6. Benturan kepentingan dlm pengadaan: - Pas 12 hrf i. 7. Gratifikasi : - Pas 12 B jo. Pas 12 C.
Jenis Tindak Pidana Lain terkait korupsi (ps : 21; 22; 23 dan 24 Bab III UU No 31 Th. 1999 jo. UU No. 20 Th 2001) sbb: 1. Tidak memberi ket. atau memberi ket. yg tdk benar: ps 22 jo ps 28. 2. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi: ps 21. 3. Bank yg tidak memembrikan ket. rekening tersangka ps 22 jo. Ps 29. 4. Saksi atau ahli yg tidak memberi ket. atau memberi ket. palsu: ps. 22 jo. Ps. 35. 5. Orang yg memegang rahasia jabatan tdk memberikan ket. Atau memberi ket. palsu : ps. 22 jo. Ps 36. 6. Saksi yg membuka identitas pelapor: ps. 24 jo. Ps. 31.
DISKUSI
DALAM KELOMPOK ANDA DISKUSIKAN KASUS TSB, MASUK DALAM KATAGORI JENIS KORUPSI YANG MANA? JELASKAN BAGAIMANA UNSURUNSUR DIPENUHI
27
DAMPAK KORUPSI
1. Hancurnya perekonomian negara; 2. Sengsara melanda kehidupan bangsa; 3. Timbulnya krisis multidimensional 4. Menipisnya kepercayaan rakyat thdp pem.; 5. Instabilitas poleksos yg menagarah kpd konflik horizontal / vertikal.
Subyek (Pelaku) tindak pidana korupsi diperluas bukan hanya perorangan, tetapi termasuk pula korporasi. (korporasi = kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum). dalam TP. Korupsi dapat berupa : 1. Crime for corporation ( Tindak kejahatan termasuk korupsi untuk kepentingan suatu korporasi).
2.Corporate crime (korporasi/suatu badan atau organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk melakukan kejahatan).
10.Penerapan
9. Penerapan prinsip: Setiap sen yg dipungut dr rakyat harus masuk ke kas negara, dan setiap sen yg dikeluarkan harus kembali ke rakyat dlm bentuk peningkatan kesra. 10. Reqruitment & sisdik jaksa, hakim & advokat harus bersamaan & setara (cegah kecemburuan) 11. Sistem mutasi pagawai dirombak (harus tersedia perumahan lebih dulu) 12. Sistem pembuktian berbalik; 13. Kepentingan nas di atas segalanya; 14. Berpegang pd asas obyektivitas (tanpa dendam)
Artinya penyidik atau Hakim dapat memerintahkan agar terdakwa memberikan keterangan tentang harta bendanya, termasuk milik isteri/suami dan anaknya termasuk badan hukum yang diduga ada hubungan dengan perkara itu. Keterangannya tersebut sekaligus juga sebagai hak terdakwa untuk membuktikan ketidak- salahannya.Dalam sistim ini Jaksa/PU tetap berkewajiban membuktikan dakwaannya.
PIDANA PENJARA UNTUK PENGGANTI HUKUMAN TAMBAHAN. ( Pasal 18 ayat (3) UU PTPK )
Terhadap pelaku TP. Korupsi Selain pidana pokok (hukuman mati/penjara & denda), terdakwa juga dapat dijatuhi hukuman tambahan yaitu membayar uang pengganti. Bila terpidana tidak punya harta benda lagi, maka diganti dengan penjara tambahan pidana pokok. Dengan ketentuan sebagai berikut : Lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya; Lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan (jadi Penuntut Umum harus mengajukan tuntutan pidana penjara substitusi uang pengganti).
Psl. 42 : Pemerintah akan memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang telah berjasa membantu upaya pencegahan, pemberantasan atau pengungkapan TP korupsi. Ketentuan tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat, tata cara menyampaikan laporan termasuk perlindungan terhadap pelapor diatur lebih lanjut dalam PP. 68 TH. 1999. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN : - Setiap laporan pengaduan dari masyarakat harus ditindak lanjuti oleh aparat hukum dan aparat Penyidik Korupsi (Kepolisian, Kejaksaan ); - Setiap laporan masyarakat harus obyektif, berdasarkan fakta yang benar, bukan dugaan-dugaan dan bukan fitnah. (Ada ancaman pidana bagi orang yang dengan sengaja mencemarkan nama baik orang lain).
A. Hambatan Utama
1. Aspek struktural
- Lemahnya koordinasi - Ego sektoral / instansional - Lemahnya pelaksanaan waskat - Remunerasi kurang memadai - Kurangnya komitmen, konsistensi, kompetensi & profesionalisme SDM
2. Aspek kultural
4. Aspek manajemen
B. Hambatan lain
1. Rendahnya kesadaran & penegakan hukum; 2. Sangat banyaknya orang yg terkena ancaman pidana (korupsi), hari ini dia dituntut, besok dia juga akan dituntut (termasuk, jaksa & hakimnya); 3. Nasionalisme & moralitas bangsa rendah, khususnya di kalangan aparat penegak hukum; 4. Banyaknya lembagas yg menjadi sarang korupsi (BULOG,BUMN/BUMD, ASABRI, dll); 5. Pengingkaran thdp pasal 33 UUD 1945 (ekonomi kerakyatan); 6. Sistem pemilu urutan nomor calon. 7. Merosotnya kepercayaan masy. trdp pemerintah.
POLA MODUS OPERANDI TP. KORUPSI (BERBAGAI BENTUK DAN CARA MELAKUKAN KORUPSI)
I. KORUPSI DALAM PELAKSANAAN APBN DAN APBD . A. Pada tahap Perencanaan ( D.U.P ): Proses terjadinya TP. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dapat dimulai sejak tahap perencanaan, yaitu pada saat diajukannya DUP dan DUK. Tindak KKN dimulai dengan perbuatan-perbuatan sbb : - Membuat Usulan proyek atau kegiatan belanja rutin yang beaya maupun harganya digelembungkan (Mark Up.) - Mengajukan usulan proyek atau pengadaan barang atau jasa yang sebenarnya tidak pernah ada / tidak pernah dilaksanakan ( proyek fiktif ) - Mengajukan usulan proyek yang sebenarnya sudah dikerjakan atau sebagian sudah dikerjakan tetapi diajukan lagi dengan beaya penuh dengan jenis dan lokasi proyek yang sama ( proyek doubel yang fiktif). - Mengajukan usulan beaya pembebasan tanah dengan beaya yang di mark up, atau sebenarnya tanah itu tanah negara tetapi direkayasa seolah-olah ada pemiliknya, sehingga harus dikeluarkan ganti rugi. (Ganti rugi fiktif). - Mengajukan usul beaya pembebasan tanah, padahal tanah itu sudah pernah dibayar ganti ruginya oleh pemerintah. - Dan segala bentuk rekayasa/manipulasi kegiatan dalam tahap perencanaan yang akan dimasukkan dalam penyusunan DUK maupun DUP dengan maksud menguntungkan diri sendiri/orang lain/badan yang dapat merugikan negara/masyarakat.
A. Pada tahap Pelaksanaan: ( D.I.K / D.I.P ) 1. Pelaksanaan DIK ( Anggaran Kegiatan rutin kantor): a. Pelaksanaan Pembayaran Gaji Pegawai : - Membuat / mengajukan daftar gaji yang isinya tidak benar/ dipalsukan; - Membuat/mengajukan daftar gaji pegawai fiktif (orangnya tidak ada atau sudah meninggal); - Melakukan pemotongan gaji secara tidak sah; - Tidak membayarkan gaji kepada pegawai yang berhak; b. Pelaksanaan belanja kantor /pengadaan barang/jasa: - Melakukan pengadaan barang/jasa dengan harga yang tidak sesuai dengan harga pasar (mark up); - Membuat/mengajukan daftar belanja kantor yang isinya tidak benar/fiktif; - Membuat pengeluaran dana untuk pembayaran terhadap barang/jasa yang sebelumnya sudah dibayar oleh dinas (pengeluaran fiktif); - Membeli barang/jasa untuk kepentingan pribadi yang dibebankan kepada anggaran dinas/kantor; c. Kegiatan perjalanan dinas : - Pembuatan Surat Pertanggung jawaban (SPJ) untuk perjalanan dinas yang isinya tidak benar (SPJ Fiktif); - Menggunakan uang perjalanan dinas yang sebenarnya tidak dilakukan, atau dilakukan tidak sesuai dengan SPJ.(jumlah orangnya atau harinya diperbanyak dsb); 2. Pelaksanaan DIP ( AnggaranProyek). a. Proyek pembangunan fisik. (paling sering terjadi KKN). - Melakukan penyusunan RAB proyek yang beaya maupun harganya telah digelembungkan (Mark Up.); - Melaksanakan tender proyek yang tidak transparan, menyalahi aturan, dengan tujuan memenangkan salah satu Perusahaan tertentu (KKN); - Melaksanakan proyek yang sebenarnya tidak pernah ada / tidak pernah dilaksanakan ( proyek fiktif ) - Melaksanakan proyek yang sebenarnya sudah dikerjakan atau sebagian sudah dikerjakan tetapi seolah-olah dikerjakan lagi dengan beaya penuh dengan jenis dan lokasi proyek yang sama ( proyek doubel yang fiktif). b. Proyek pengadaan tanah. - Melaksanakan pembebasan tanah dengan beaya yang di mark up, atau sebenarnya tanah itu tanah negara tetapi direkayasa seolah-olah ada pemiliknya, sehingga harus dikeluarkan ganti rugi. (Ganti rugi fiktif). - Melaksanakan pembebasan tanah, padahal tanah itu sudah pernah dibayar ganti ruginya oleh pemerintah. c. Berbagai bentuk penyimpangan dalam pelaksanaan proyek-projek fisik maupun non fisik lain, dengan modus operadi yang sama atau mirip, yaitu dengan cara mengelembungkan beaya / harga (mark up) atau proyek itu sebenarnya sudah ada, tetapi diajukan dananya lagi, atau berkolusi dengan pihak pelaksana untuk mengurangi volume, kualitas maupun tenggang waktu pelaksanaan yang tidak tepat waktu, dengan maksud menguntungkan diri sendiri/orang lain/korpo rasi, yang dapat berakibat merugikan negara ( Melang gar Psl. 2, 3 UU PTPK).
I.
KORUPSI DALAM KEGIATAN PENERIMAAN NEGARA : Korupsi sering terjadi pada kegiatan di bidang Penerimaan Negara baik yang berasal dari sektor PAJAK (PPN, PPh, PBB, dan Pajak-Pajak lainnya), BEA, CUKAI, RETRIBUSI, IHH, maupun dari berbagai PENDAPATAN NEGARA NON PAJAK lainnya. Modus operandi / cara-cara perbuatan korupsi dalam kegiatan penerimaan negara dapat berbentuk : a. Menggelapkan, membuat laporan pemasukan yang tidak benar atau memalsu data-data penerimaan negara yang telah diterima / dipungut sehingga sebagian atau seluruh penerimaan negara menjadi hilang atau berkurang; b. Melakukan KOLUSI dengan Wajib Pajak atau orang/ Badan yang harus membayar berbagai kewajiban kepada negara (Pusat/Daerah) dengan maksud meringankan Wajib Pajak disertai imbalan kepada Petugas sehingga mengurangi penghasilan bagi Negara di Pusat maupun daerah.
II. BERBAGAI BENTUK KORUPSI LAINNYA. Yaitu berbagai cara dan rekayasa yang dilakukan oleh oknum Penyelenggara Negara dari berbagai instansi atau lembaga yang bermaksud menguntungkan diri sendiri ,orang lain atau korporasi dan dapat merugikan negara atau masyarakat. Termasuk berbagai perilaku tercela dari oknum aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya (Kolusi, Pemerasan, mafia peradilan dsb.) III. KORUPSI yang terjadi atau dilakukan oleh orang/badan di luar birokrasi pemerintah : Berbagai modus operandi tindak korupsi yang dilakukan oleh orang swasta / pengusaha dengan menggunakan korporasi (perusahaan, lembaga perbankan dsb.). Modus operandinya adalah melakukan manipulasi atau rekayasa kredit perbankan atau dari lembaga-lembaga keuangan non Bank lainnya untuk menguasai sejumlah dana secara tidak benar, baik cara perolehannya maupun penggunaannya. Misalnya kredit yang melampaui BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) bagi pihak terafiliasi, atau pemberian kredit tanpa agunan yang memadai (kolusi antar pemberi dengan penerima kredit), yang akhirnya membebankan kerugian kepada negara / masyarakat.
4. TINGGALKAN SEGALA KEINGINAN /TUNTUTAN HIDUP YANG TIDAK WAJAR (TAMAK DAN SERAKAH)
5. KEBERANIAN MORAL UNTUK MENAHAN SEGALA GODAAN HIDUP (HTW)
MERINTANGI PROSES PEMERIKSAAN PERKARA KORUPSI Rumusan tindak pidana lain yg berkaitan dg TPK pd ps 21 merupakan bentuk pemidanaan yg dimuat pd UU No. 31 tahun 1999. Utk disebut korupsi, harus memenuhi unsurs : 1. Setiap orang; 2. Dg sengaja; 3. mencegah, merintangi atau menggagalkan; 4. Secara langsung atau tdk langsung; 5. Penyidikan, penuntutan & pemeriksaan di sidang terdakwa maupun para saksi dlm perkara korupsi.
Ps 22 UU No. 31 Th 1999 jo UU No. 20 Th 2001: Setiap orang sebagimana dimaksud dlm Pasals 28, 29, 35, atau Pas 36 yg dg sengaja tdk memberi ket. atau memberi ket. yg tdk benar, dipidana dg pidana penjara paling singkat 3 (tiga) th & paling lama 12 (duabelas) th, & atau pidana denda paling sediki RP.150.000.000,(seratuslimapuluh juta rupiah) & paling banyak Rp 600.000.000,.(enamratusjuta rupiah) Ps 28 UU No. 31 Th 1999 Jo. UU No. 20 Th 2001 : Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan ket. thdp seluruh harta benda istri atau suami, anak, & harta benda setiap orang atau korporasi yg diketahui dan atau diduga mempunyai hub.dg TPK yg dilakukan tersangka.
Rumusan tindak pidana lain yg berkaitan dg TPK pd ps 22 UU No. 31 Th1999 ini harus dikaitkan dg Pas l 29 UU No. 31Th 1999. Utk disebut korupsi, harus memenuhi unsurs : 1. Orang yg ditugaskan oleh bank; 2. Dg sengaja; 3. Tdk memberikan ke. atau memberikan ket. palsu ttg keadaan keutersangka atau terdakwa. Ps 22 UU No. 31 Th 1999 jo UU No. 20 Th 2001: Setiap orang sebagaimana dimaksud dlm pasals 28, l 29, 35 atau pas36 yg dg sengaja tdk memberi ket. atau memberi ket. tdk benar, dipidana dg pidana penjara paling singkat 3 (tiga) th & paling lama 12 duabelas) th, & atau pidana denda paling sedikit Rp.150.000.000,-(seratus limapuluh juta rupiah) & paling banyak Rp600.000.000,-.(enamratus ribu rupiah).
SAKSI ATAU AHLI YG TIDAK MEMBERI KET. ATAU MEMBERI KET. PALSU
Rumusan tindak pidana lain yg berkaitan dg TPK pd ps 22UU No. 31 Th 1999 ini harus dikaitkan dg Pas 35 UU No. 31 tahun 1999. Utk disebut Tindak Pidana, harus memenuhi unsurs : 1. Saksi atau ahli; 2. Dg sengaja; 3. Tdk memberikan ket. atau memberikan ket. yg isinya palsu.
ORANG YG MEMEGANG RAHASIA JABATAN TDK MEMBERIKAN KET. ATAU MEMBERI KET. PALSU Rumusan tindak pidana lain yg berkaitan dg TPK pd ps 22 UU No. 31 Th 1999 ini harus dikaitkan dg Pas 36 UU No. 31 tahun 1999. Utk disebut Tindak Pidana, harus memenuhi unsurs : 1.Orang yg karena pekerjaan, harkat, martabat atau jabatannya yg diwajibkan menyimpan rahasia; 2. Dg sengaja; 3. Tdk memberikan ket. atau memberikan ket. yg isinya palsu. Ps 22 UU No. 31 Th 1999 jo UU No. 20 Th 2001: Setiap orang sebagaimana dimaksud dlm pasals 28, 29, 35 atau pas36 yg dengan sengaja tdk memberi ket. atau memberi ket. tdk benar, dipidana dg pidana penjara paling singkat 3 th & maks12(duabelas) th, & atau pidana denda paling sedikit Rp150.000.000(limabelasjuta rupiah),& paling banyak Rp600.000.000,-(enaamraturjuta rupiah). Ps. 36 UU No. 31 Th 1999 jo. UU No. 20 Th 2001 : Kewajiban memberikan kesaksian sebagaimana dimaksud dlm pas 35 berlaku juga thdp mereka yg menurut pekerjaan, harkat & martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, kecuali petugas agama yg menurut keyakinannya harus menyimpan rahasia.
SAKSI YG MEMBUKA IDENTITAS PELAPOR Rumusan tindak pidana lain yg berkaitan dg TPK pd ps 24 UU No. 31 Tahun 1999 ini harus dikaitkan dgn Pasal 31 U No. 31 Th 1999 Tahun 1999. Utk disebut Tindak Pidana, harus memenuhi unsurs : 1. Saksi; ; 2. Menyebut nama atau alamat pelapor atau hals lain yang memungkinkan diketahuinya identitas pelapor. Ps 24 UU No. 31 Th 1999 jo UU No. 20 Th 2001: Saksi yg tdk memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dlm Pas 31, dipidana dg pidana penjara paling lama 3 (tiga) th, & atau pidana denda paling bnayak Rp.150.000.000,-(limapuluhjuta rupiah). Ps. 31 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 : 1). Dlm penyidikan & pemeriksaan di sidang pengadilan, saksi & orang lain yg bersangkutan dg TPK dilarang menyebut nama atau alamat pelapor, atau hals lain yg memberikan kemungkinan dpt diketahuinya identitas pelapor; 2). Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan sebagaimana dimaksud dlm ayat (1) diberitahukan kpd sanksi & orang lain tsb.
Para Menteri Kabinet indonesia bersatu Jaksa agung RI Panglima TNI KAPOLRI Kepala Lembaga Non Dep Para Gubernur Para Bupati dan Walikota
UNTUK
1. Seluruh Pejabat Pemerintah termasuk Penyelenggara Negara menyampaikan laporan harta kekayaannya kepada KPK 2. Membantu KPK dalam rangka penyelenggaraan laporan , pendaftaran, pengumuman dan pemeriksaan laporan harta kekayaan Negara dilingkungannya. 3. Membuat laporan kinerja secara berjenjang dengan pejabat dibawahnya.
LANJUTAN
4. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat 5. Menetapkan program dan wilayah bebas korupsi 6. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa scara konsisten untuk mencegah kebocoran dan pemborosan 7. Menerapkan kesederhanaan dalam pribadi dan edinasan.
LANJUTAN
8. Memberikan dukungan terhadap upaya pemberantasan korupsi. 9. Melakukan kerjasama dengan KPK 10. Melakukan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur
TERIMA KASIH
65