Anda di halaman 1dari 17

Dokter Pembimbing :

Dr. Amelia BR., SpKK

Disusun oleh : Susiyanti 96.311.016

Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto 2003

PSORIASIS
DEFINISI Psoriasis adalah penyakit kulit yang bersifat kronik, diturunkan secara genetik, non kontagius. Dengan kelainan berbagai bentuk dan dapat mengenai beberapa bagian tubuh termasuk kuku dan kulit kepala. Psoriasis dapat dikategorikan ringan, sedang dan berat tergantung dari berapa persen bagian tubuh yang terkena. Jenis psoriasis tipe yang terberat yaitu : psoriasis plak, psoriasis pustular, psoriasis eritroderma, psoriasis gutata.(7,8) Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya disangka auto imun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.(1,2) SINONIM Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain misalnya psoriasis pustulosa.(1,2,8) EPIDEMOLOGI Psoriasis merupakan penyakit universal. Insidensinya berbeda di berbagai negara karena faktor variasi dalam ras, letak geografi dan lingkungan. Perkawinan antar anggota keluarga dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan insidensi. Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif. (3,4,7) Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7 %, di Amerika Serikat 1-2 %, sedangkan di Jepang 0,6 %. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di Amerika.(3,4) Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.(1,2)

Adapun faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus kekambuhan penyakit antara lain : (1,2,5,7) Infeksi fokal Paparan sinar matahari Alkohol Kehamilan Emosi Penyakit metabolik Obat-obatan

ETIOLOGI Penyebab pasti terjadiya psoriasis tidak diketahui jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya psoriasis adalah : faktor genetik, pencetus dan perubahan struktur biokimia.(7) Etiologi disangka autoimun. Pembentukan epidermis (turn over time) dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Pada sebagian penderita terdapat faktor herediter yang bersifat dominan. Faktor psikis dikatakan mempercepat terjadinya residif.(1,2,4) Faktor adanya infeksi lokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis yang disebut psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tak jelas. Pernah dilaporkan kasus-kasus psoariasis gutata yang menyembuh setelah diadakan tonsilektomi.(1,2,4) PATOFISIOLOGI Psoriasis adalah suatu penyakit autoimun yang diperantai oleh limfosit T dan diinduksi faktor eksternal terutama antigen streptokokal. Kompleksitas reaksi yang melibatkan keratinosit, sel PMN. Fibroblas sel langerhans ataupun sitokin dan mediator kimiawi yang lain lebih bersifat sekunder. Spesifisitas reaksi jaringan yang terjadi pada psoriasis membutuhkan predisposisi genetik yang hingga saat ini belum sepenuhnya terungkap.(5,10,11)

Waktu pergantian (turnover) sel epidermis psoriatik, yaitu waktu yang diperlukan sel itu untuk berjalan dari stratum basalis epidermis sampai ke permukaan untuk kemudian lepas, berlangsung antara 3-4 hari, berbeda sekali dengan pada selsel normal yang sampai 28 hari. Sebagai akibat dari peningkatan kecepatan 7 sampai 9 kali ini, proses fisiologis seperti pemasakan (maturasi) dan keratinisasi sel tidak terjadi. Hal ini secara klinis tercermin dengan banyaknya pembentukan squama; secara histologis oleh epidermis yang menebal sekali dengan penambahan aktivitas mitotik dan adanya sel-sel berinti yang belum dewasa di stratum corneum; di bawah mikroskop elektron, terlihat dengan berkurangnya produksi filament dan granulae intraseluler bersama-sama keratinisasi normal; dan secara biokemis, terlihat bertambahnya sintesa dan degradasi nukleo-protein. Di bawah plaques epidermis yang proliferatif ini terlihat dermis yang sangat banyak mengandung pembuluh darah. (1,2,4,5) GEJALA KLINIS Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, lumbosakral, ekstensor terutama siku serta lutut, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, serta kuku. (1,2,3,4) Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema terbatas tegas dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat dipinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, numular atau plakat. Dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis gutata. Biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut oleh Streptococcus. (1,2,3) Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tak khas, hanya kira-kira 47 % yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenillis. (2,4)

Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Cara mengerjakannya demikian : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuama habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahanlahan, jika terlalu dalam tidak akan nampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan merata. Trauma pada kulit penderita psoariasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoariasis dan disebut fenomen kobner. (2,4) Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni kira-kira 50 %, yang agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya, dan onikolisis. (4) Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi menurut pengalaman kami jarang. Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosisi dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan dan tidak penting untuk diagnosis sehingga tidak dibicarakan. (3,4) Bentuk klinis Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis. (1,2,3,4,7) 1. Psoriasis vulgaris Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat predileksinya pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, siku dan lutut serta daerah lumbosacral. Lesi psoriasis berbatas tegas dan ditutupi oleh skuama tebal warna putih keperakan yang berlapis-lapis dan mudah lepas. Apabila skuama digores akan tampak garis putih kabur dan skuama yang terpecah mirip tetesan lilin yang

digores. Fenomena ini disebut Kaarsvetvlek fenomena. Dan apabila skuama dilepas lapis demi lapis maka lapisan terbawah akan tampak bintik-bintik darah yang disebut Auspitz sign. 2. Psoriasis gutata Bentuk khas adalah onset pada usia muda dan sering didahului dengan infeksi tenggorok yang disebabkan oleh streptokokus hemolitikus. Diameter kelainan biasanya tidak lebih 1 cm atau bentuk lentikular dan monomorf. Timbulnya mendadak dan diseminata, umumnya setelah infeksi stafilokokus di saluran nafas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral. 3. Psoriasis inversa (psoriasis fleksural) Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan namanya. 4. Psoriasis eksudativa Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini kelainannya membasah seperti dermatitis akut atau dermatitis madidans. 5. Psoriasis seboroik (seboriasis) Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis seboroik dengan skuama agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat psoriasis juga terdapat pada tempat seboroik. 6. Psoriasis pustulosa Perubahan pertama yang terjadi pada pasien psoriasis pustulosa adalah demam ringan dan malaise serta leukositosis yang ebrtahan sampai beberapa hari, diikuti dengan munculnya perubahan warna kulit menjadi eritema ringan. Lesi psoriasis disertai pustul-pustul miliar ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, contohnya psoriasis pustulosa palmo-plantar (Barber) dan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch).

a.

Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber) Penyakit ini bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustul miliar steril, dan dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.

b.

Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah menderita psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah menderit psoriasis. Faktor pencetusnya antara lain : a. Obat-obatan Obat yang tersering karena penghentian kortikosteroid sistemik, penisilin dan derivatnya (ampisilin dan amoksisilin) serta antibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin, morfin, sulfapiridin, sulfonamida, kodein, fenilbutason, dan salisilat. b. Hipokalsimia c. Sinar matahari d. Alkohol e. Stres emosional, serta f. Infeksi bakterial dan virus. Gejala awal ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum berupa demam, malaese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul miliar pada plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of pus berukuran beberapa cm. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (leukosit dapat mencapai 20.000/l), kultur pus dari pustul steril.

7.

Eritroderma psoriatik Psoriasis eritrodermi dapat dicetuskan oleh beberapa faktor antara lain : infeksi, hipokalsemia, antimalaria dan kortikosteroid. Gambaran awal penyakit

dasar psoriasis vulgaris sering tidak tampak karena menyerang semua kulit. Berbeda dengan psoriasis vulgaris pada umumnya, eritrodermi memberi keluhan yang sangat gatal. Eritoderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi atau tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi. Kelainan lesi yang terlihat adalah eritroderma yaitu tampak eritema dan skuama tebal yang menyeluruh. HISTOPATOLOGI Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni : hiperkeratosis, parakeratosis, dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro. Kecuali itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis. Pada dermis ditemukan infiltrasi sel-sel polinuklear, limfosit dan monosit. (1,2,3,4) PEMERIKSAAN PEMBANTU/LABORATORIK Pemeriksaan yang bertujuan menganalisis penyebab psoriasis seperti : pemeriksaan darah darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol dan asam urat. (1,2,3,4) DIAGNOSIS Gejala klinis yang khas Yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomen tetesan lilin, dan fenomen auspitz. (3,4) Predileksi : kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstensor terutama siku dan lutut, lumbosakral, telapak tangan dan kaki, tungkai atas dan bawah serta kuku. (1,3,4)

DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding psoriasis non pustulosa adalah : (7) Dermatitis eksematosa kronis : dermatitis atopik, dermatitis numularis atau dermatitis kontak alergi. Lues stadium II Liken simpleks kronik Tinea kruris Pitiriasis rosea Pemfigus foliaceus Miliaria pustulosa Eritema multiforme pustulosa Impetigo kontangiosa Pada stadium penyembuhan telah dijelaskan, bahwa eritema dapat terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya ialah keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur. (2,4) Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis. Penyakit tersebut sekarang jarang terdapat, perbedaannya pada sifilis terdapat sanggama tersangka (coitus suspectus), pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh, dan tes serologik untuk sifilis (T.S.S.) positif. (3,4) Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-kuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik. (4) Jika gambaran klinisnya tak khas, dilakukan biopsi, dalam praktek adakalanya setelah dilakukan biopsi beberapa kali baru menunjukkan gambaran histopatologik yang khas. (3,4) PENGOBATAN Bermacam-macam cara dilakukan untuk pengobatan penyakit psoriasis tetapi belum ada satupun yang memuaskan. Salah satu cara ialah dengan pemberian obat sitostatika, antara lain metrotrexat. Indikasi pemberian metrotrexat pada psoriasis adalah untuk penyakit yang berat dan sudah berlangsung lama. (6)

Diagnisa banding psoriasis pustulosa adalah : (7)

Penelitian terbaru pada pengobatan psoriasis (9,10,11) Pengobatan psoriasis topikal (digunakan untuk kulit), sistemik (pengobatan dalam) atau dalam bentuk foto therapi (sinar ultraviolet) digunakan untuk kulit. (9) Bahan-bahan yang termasuk topikal : Anthralin Batu bara (Coal ter) Retinoid (Derivat vitamin A) Derivat vitamin D Steroid Bahan-bahan yang termasuk sistemik : Obat antimetabolit (metrotrexate) Imunosupresiv atau obat imunomodulatori (Cyclosporin, tacrolimus) Retinoid sistemik : acitrecin, isotretinoin. Phototherapi : Sinar matahari Photo Chemotherapi : PUVA Photo Therapi : sinar ultraviolet. Efek samping yang mungkin timbul pada pemberian methotrexate antara lain adalah : nausea, kelemahan, ulcus pada mukosa mulut, vomitus, diare, alopsia, fotosensitivitas, anemia, lekopeni, trombositopeni dan abnormalitas faal hepar. Karena penyebab psoriasis belum diketahui pasti, maka belum ada obat pilihan. Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan, sebagian hanya berdasarkan empirik. Psoriasis sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan sistemik, karena efek samping pengobatan sistemik lebih banyak. (1,4) Pada pengobatan psoriasis gutata yang biasanya disebabkan oleh infeksi di tempat lain, setelah infeksi tersebut diobati umumnya psoriasisnya akan sembuh sendiri. (1,2,3,4)

10

PENGOBATAN SISTEMIK (2,4,9,10,11) 1. Kortikosteroid Kortikosteroid hanya digunakan pada eritroderma, psoriasis eritrodermik dan psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednison sehari, jika telah sembuh dosis diturunkan perlahan-lahan. 2. Obat sitostatik Obat sitostatik yang biasanya digunakan ialah metotreksat. Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah jika terdapat kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis. Cara penggunaan metotreksat ialah demikian. Mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg per os untuk mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak dikehendaki diberikan dosis 3 x 2,5 mg, dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg 5 mg per minggu. Biasanya dengan dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak lebih banyak. Cara lain ialah diberikan i.m. 7,5 mg 25 mg dosis tunggal setiap minggu. Cara tersebut lebih banyak menimbulkan efek samping daripada cara pertama. Jika penyakitnya telah terkontrol dosis diturunkan atau masa interval diperpanjang kemudian dihentikan dan kembali ke terapi topikal. Setiap 2 minggu diperiksa : Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, jumlah trombosit, dan urin lengkap. Setiap bulan diperiksa : fungsi ginjal dan hati. Bila jumlah leukosit kurang daripada 3.500, metotreksat agar dihentikan. Jika fungsi hepar normal, biopsi hepar dilakukan setiap dosis total mencapai 1,5 g. Kalau fungsi hepar abnormal, biopsi tersebut dikerjakan setiap dosis total mencapai 1 g. Efek sampingnya diantaranya ialah nyeri kepala, alopesia, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang berakibat timbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis dan sirosis.

11

3.

Levodopa Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Di antara penderita Parkinson yang sekaligus juga penderita psoriasis, ada yang membaik psoriasisnya dengan pengobatan levodopa. Menurut uji coba yang kami lakukan obat ini berhasil menyembuhkan kira-kira sejumlah 40% kasus psoriasis. Dosisnya antara 2 x 250 mg 3 x 500 mg, efek sampingnya berupa : mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikik, dan pada jantung.

4.

DDS DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya ialah : anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis.

5.

Etretinat (tegison, tigason) Obat ini merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Dapat pula digunakan untuk eritroderma psoriatika. Cara kerjanya belum diketahui dengan pasti. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosisnya bervariasi; pada bulan pertama diberikan 1 mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1 mg/kgBB. Efek sampingnya sangat banyak di antaranya pada kulit (menipis); selput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering; peninggian lipid darah; gangguan fungsi hepar; hiperostosis; dan teratogenik. Menurut pengalaman kami tidak seluruh penderita dapat disembuhkan dengan obat ini.

6.

Siklosporin Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kg berat badan sehari. Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.

12

PENGOBATAN TOPIKAL (2,4,9,10,11) 1. Preparat ter Obat topikal yang biasa kami gunakan ialah preparat ter, yang mempunyai efek anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni berasal dari : fosil, misalnya iktiol kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski batubara, misalnya : liantral dan likuor karbonis detergens. Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu, oleh karena itu hanya kedua ter tersebut yang akan dibicarakan. Ter dari batubara lebih efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga lebih besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara, karena ter tersebut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari batubara dikuatirkan akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma. Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedang likuor karbonis detergens tidak demikian. Konsentrasi yang biasa digunakan 2 5%, dimulai dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya penetrasinya harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 5%. Sebagai vehikulum harus digunakan salap, karena salap mempunyai daya penetrasi yang terbaik. Menurut pengalaman penulis kasus yang mengalami penyembuhan berjumlah 60%. 2. Kortikosteroid Kortikosteroid topikal juga memberi hasil yang baik, sayang harganya terlalu mahal. Harus dipilih golongan kortikosteroid yang poten, misalnya yang dengan senyawa fluor. Jika lesi hanya beberapa dapat pula disuntikkan triamsinolon asetonid intralesi seminggu sekali.

13

3.

Ditranot (antralin) Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya ialah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 0,8% dalam pasta, salap atau krim. Lama pemakaian hanya - jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.

4.

Pengobatan dengan penyinaran Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan malah akan memperhebat psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisia, di antaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8 metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan prefarat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. Di bagian kami UVB juga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata, pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata dikombinasi dengan salap likuor karbonis detergens 5 7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12 23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebanyak 15% dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan ialah pengurangan 75% skor PASI (psoriasis area and severity index). Hasil baik yang dicapai pada 73,3% kasus, terutama tipe plak.

5.

Calcipotriol Calcipotriol (MC 903) ialah sintetik vit. D, preparatnya berupa salap atau krim 50 mg/g, efeknya antiproliferasi. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salap ini sedikit lebih baik daripada salap betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4 20% penderita berupa iritasi yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula terlihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan menghilang setelah beberapa hari sesudah obat dihentikan.

14

PUVA Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang sinergik. Mula-mula 10 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan, di antaranya 4 kali seminggu. Penyembuhan mencapai 93% setelah pengobatan 3 4 minggu, setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan (maintenance) seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan psoriasis pustulosa. Beberapa penyelidik mengatakan pada pemakaian yang lama kemungkinan terjadi kanker kulit. (3,4) Pengobatan cara Goeckerman Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan kombinasi ter berasal dari batubara dan sinar ultraviloet. Kemudian terdapat banyak modifikasi mengenai ter dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal tar yang bersifat fotosensitif. Lama pengobatan 4 6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata bahwa UVB lebih efektif daripada UVA. Pengobatan psoriasis pustulosa 1. Psoriasis pustulosa palmo plantar (Barber) Pengobatannya sulit, bermacam-macam obat dapat digunakan. Tetrasiklin diberikan selama 4 minggu, metotreksat untuk bentuk yang parah dengan dosis 15 25 mg per minggu, etretinat 25 50 mg sehari, kortikosteroid (prednison) dengan dosis 40 50 mg sehari. Kolsisin juga dapat digunakan dengan dosis 0,2 0,5 mg sehari. Selain itu juga PVA, sebagai pengobatan topikal dengan kortikosteroid topikal secara oklusi. 2. Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) Selain dengan kortikosteroid yang telah disebut di atas, juga dapat diobati dengan DDS (diaminodifenilsulfon) dan klofazimin. Dosis DDS 100 200 mg sehari, jika telah terjadi penyembuhan dosis diturunkan. Tentang efek sampingnya, lihatlah mengenai pengobatan dermatitis 0,5 1 mg sehari, diberikan dua kali, setelah ada perbaikan dosis diturunkan menjadi

15

herpetiformis pada bab Dermatosis vesikobulosa kronik. Klofazimin diberikan dengan dosis 2 x 100 mg. Mengenai efek sampingnya, lihatlah mengenai pengobatan kusta. PROGNOSIS Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan residif. (1,2,3,4)

16

DAFTAR PUSTAKA

1.

Prof. Dr. R.S. Siregar DTM & H. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996, 107 114. Adhi Djuanda. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ketiga, Penerbit FKUI Jakarta, 1999, 173 178. Kenneth A. Arndt, M.D. Psoriasis. Dalam Pedoman Terapi Dermatologis, Penerbit Yayasan Essentia Medica, 1980, 131 138. Marek A. Stawiski. Psoriasis dan Pitiriasis Rosea. Dalam Patofisiologi, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995, 1283 1286. M.D.V.I 1998 ; 25/4 S ; 20 S 22 S. M.D.V.I Nomor 29 1984 ; 17 18. M.D.V.I 2001 ; 28 Suplemen I ; 188 S 191 S. http://www.skincarephysicians.com/psoriasisnet/whatis.htm http://www.photothrx.com/psoriasis-treatments/psoriasis http://www.health.yahoo.com/health/dc/000434/0.html http://www.aad.org/pamphlets/psoriasis.html

2.

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

17

Anda mungkin juga menyukai