Anda di halaman 1dari 18

Oleh : Ilham Rianda Pembimbing : dr. Indah Waty, Sp.An dr. Hendry Suta, Sp.

An

RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

Terapi cairan
cairan

tubuh kita?

Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif.
Faktor-faktor preoperatif : 1. Kondisi yang telah ada 2. Prosedur diagnostik 3. Pemberian obat 4. Preparasi bedah 5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada 6. Restriksi cairan preoperatif 7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya

Faktor Perioperatif : 1. Induksi anestesi 2. Kehilangan darah yang abnormal 3. Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space 4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi
Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa yang potensial terjadi perioperatif adalah : 1. Hiperkalemia 2. Asidosis metabolik 3. Alkalosis metabolik 4. Asidosis respiratorik 5. Alkalosis repiratorik

Faktor postoperatif : 1. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi 2. Peningkatan katabolisme jaringan 3. Penurunan volume sirkulasi yang efektif 4. Risiko atau adanya ileus postoperatif

Patofisiologi Trauma, pembedahan dan anestesi akan menimbulkan perubahan-perubahan pada keseimbangan air dan metabolisme yang dapat berlangsung sampai beberapa hari pasca trauma atau bedah. Perubahanperubahan tersebut terutama sebagai akibat dari :
1. kerusakan sel di lokasi pembedahan 2. Kehilangan dan perpindahan cairan baik lokal maupun umum 3. Pengaruh puasa pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah 4. Terjadi peningkatan metabolisme, kerusakan jaringan dan fase penyembuhan

Perubahan yang terjadi meliputi perubahan-perubahan hormonal seperti:


1. Kadar adrenalin dan non adrenalin meningkat sampai hari ketiga pasca bedah atau trauma. 2. Kadar glukagon dalam plasma juga meningkat 3. Sekresi hormon dari kelenjar pituitaria anterior juga mengalami peningkatan yaitu growth hormone dan adrenocorticotropic hormone (ACTH). 4. Kadar hormon antidiuretik (ADH) mengalami peningkatan yang berlangsung sampai hari ke 2-4 pasca bedah/trauma. 5. Akibat peningkatan ACTH, sekresi aldosteron juga meningkat. 6. Kadar prolaktin juga meninggi terutama pada wanita dibandingkan dengan laki-laki.

Derajat perubahan-perubahan tersebut di atas sangat bervariasi bagi setiap individu tergantung dari beberapa faktor : 1. Rasa sakit dan kualitas analgesi 2. Rasa takut dan sedasi yang diberikan 3. Komplikasi penyulit pada pasca bedah/trauma (syok, perdarahan, hipoksia atau sepsis) 4. Keadaan umum penderita 5. Berat dan luasnya trauma

Dasar-Dasar Terapi Cairan Elektrolit Perioperatif Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam pemberian cairan perioperatif, yaitu :

1. 2. 3. 4.

Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian Defisit cairan dan elektrolit pra bedah Kehilangan cairan saat pembedahan Gangguan fungsi ginjal

Penerapan terapi cairan dalam pembedahan I. Pengganti defisit Pra bedah II. Terapi cairan selama pembedahan

Secara sederhana perencanaan terapi cairan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Maintenance (M) Pengganti puasa (PP) Stress operasi (SO)

: 2 X berat badan (BB) : jam puasa X M : Ringan : 4 X BB Sedang : 6 X BB Berat : 8 X BB I jam pertama : PP + M + SO II/III : PP +M +SO Estimated Blood Volume : 65 X BB ( Laki-laki ) 70 X BB ( Perempuan ) Allowed Blood Loss (ABL) : 20 % X EBV

Walaupun volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan kristaloid, pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan berdasarkan:
1. Keadaan umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum pembedahan 2. Jumlah / penaksiran perdarahan yang terjadi 3. Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum. 4. Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi) 5. Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan 6. Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit. 7. Usia penderita

Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah:


1. 1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar hemoglobin sebesar 1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa. 2. Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar hemoglobin 3gr% 3. Monitor organ-organ vital dan diuresis, berikan cairan secukupnya sehingga diuresis 1 ml/kgBB/jam.

PILIHAN JENIS CAIRAN


1. Cairan Kristaloid

Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF). Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama.
Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.

2. Cairan Koloid Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar).

Anda mungkin juga menyukai