Anda di halaman 1dari 2

Sejarah awal tanaman apel tidak lepas dari petani petani Belanda.

Kejadiannya pada tahun 1929, sebagian besar tanaman jeruk petani diserang penyakit pada akar yang sangat sulit untuk diatasi. Segala upaya untuk mengatasi persoalan namun mangalami kegagalan. Pada saat yang sama, banyak terdapat tanaman apel yang tumbuh secara liar di halaman petani Belanda di kawasan Batu. Salah seorang diantaranya yang bernama Pegtel (Desa Pesanggrahan) memiliki perhatian lebih terhadap tanaman ini. Terdapat ahli pertanian bernama Ir. Gherts yang juga mendatangkan 19 macam tanaman Apel ke Batu dari Australia untuk ditanam di Nglebo, Pujon. Sekitar tahun 1930, para petani Belanda lainnya juga mengembangkan dengan sebuah cara di Batu, namun tidak menyebarkannya pada petani lokal pribumi Sekitar tahun 1934 beberapa kebun Apel mulai banyak yang berbuah dan mulai dipasarkan disekitar Malang terutama oleh de Ruyter Dewildt dengan jenis Rome Beauty (atau Apel Australi) yang dikenal dengan warna hijau kemerah-merahan. Selain petani Belanda, petani Tionghoa juga mengusahakan tanaman ini diantaranya D. S. Oe dengan kebunnya di kawasan Junggo. Sampai masa itu, petani lokal lebih banyak mengusahakan Jeruk Keprok Punten dan sayuran yang kondisi budidayanya mengalami kondisi yang kurang baik. Perubahan kawasan pertanian mulai terjadi saat pendudukan Jepang tahun 1942 dimana semua jenis tanaman budidaya diganti dengan tanaman Jarak yang berguna untuk diambil minyaknya yang berfungsi sebagai minyak pelumas dan bahan bakar mesin dan kendaraan perang Jepang. Oleh karena itu banyak kebun Apel menjadi terbengkalai dan tidak dapat menghasilkan buah yang maksimal. Memasuki masa kemerdekaan, aset-aset Belanda termasuk lahan perkebunan dan lahan percobaan di Batu dilakukan serangkaian tindakan pengambilalihan. Setelah mengalami masa jeda saat pendudukan Jepang, tanaman Apel sekitar tahun 1948 lebih banyak digunakan sebagai tanaman pagar akibat aksi bumi hangus serta tidak tahunya petani lokal dalam melakukan tindakan budidaya tanaman Apel. Namun pada tahun 1950, petani lokal mulai membudidayakan kembali tanaman Apel namun dengan hasil yang sedikit (akibat teknik budidaya yang seadanya). Tahun 1951, saat digelar pertemuan hortikulturis di Jakarta, Apel Batu mulai diperkenalkan dan selanjutnya ditahun yang sama, Lembaga Penelitian Hortikultura Pasar Minggu Jakarta mendatangka 21 klon jenis Apel dari Australia yang ditanam di kebun percobaan Jawa Timur termasuk di Batu. Tanaman tersebut ditanam begitu saja sebagai koleksi kebun percobaan yang tumbuh baik dan berbuah dengan sendirinya namun tidak menghasilkan buah-buah yang istimewa. Pada tahun 1957 dilakukan perbanyakan bibit Apel oleh R. Widodo (Kepala Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura Malang) di Kebun Percobaan Banaran yang selanjutnya di sebarkan ke masyarakat yang tertarik, bahkan dikirimkan ke Soe NTT. Namun sampai tahun 1962, petani masih membudidayakan dengan cara konvensional sehingga tanaman belum dapat berbuah seperti yang diharapkan (wawancara R Widodo dalam Kusumawardana, 2001) Perkembangan Pesat Tanaman Apel di Malang Raya Perkembangan pesat produksi tanaman Apel Malang dimulai pada tahun 1962, saat dikembangkan teknik pemotongan tajuk dan pelengkungan batang pohon yang selanjutnya dikenal dengan istilah perompesan daun dan pelengkungan cabang. Pada bulan Maret 1962 R.Widodo mendengar bahwa salah satu petani Nongkojajar-Pasuruan yang bernama J Kribben (keturunan Belanda) mengembangkan teknik perompesan daun (mulai 1960) sebagai salah satu adaptasi budidaya tanaman Apel di tropis yang menyerupai kondisi iklim empat musim. Kunjungan R Widodo ke Kribben yang disertai diskusi panjang dan praktek tentang

teknik budidaya ini menarik kesimpulan bahwa tanaman Apel memerlukan masa istirahat seperti pada musim gugur dan musim salju di iklim sub tropis. Sepulang dari kunjungan tersebut, R Widodo dengan staf melakukan penelitian intensif budidaya Apel untuk menghasilkan panen Apel yang maksimal serta menyebarluaskan pengetahuan kepada masyarakat. Penelitian-penelitian selanjutnya menjawab banyak pertanyaan tentang teknik budidaya tanaman Apel di iklim tropis diantaranya yang dirumuskan oleh Tim Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, FPUB berikut:

Anda mungkin juga menyukai