Anda di halaman 1dari 16

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Usia : Tn. K : 60 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan Status Agama Pekerjaan Alamat : SMEA : Sudah menikah : Islam : Pensiun PNS : Pondok Kopi

II.

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 9 Februari 2012 pukul 10.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RS. Persahabatan. A. Keluhan Utama Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RS. Persahabatan untuk kontrol dan obat sudah habis. B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RS. Persahabatan tanggal 9 Februari 2012 untuk kontrol karena obat habis sejak 2 hari yang lalu. Karena obat habis pasien menjadi lebih gampang emosi dan mudah tersinggung bila mendengar kata-kata yang tidak enak walaupun perkataan tersebut tidak ditujukan kepada dirinya. Namun pasien masih bisa mengendalikan emosinya. Pasien merasa tidak tenang karena jika obat habis pasien khawatir keluhan-keluhan terdahulu yang pernah dia rasakan akan timbul

1|Page

lagi walaupun obat yang abis hanya 1 jenis obat. Akibat hal tersebut membuat pasien menjadi sulit tidur walaupun matanya mengantuk. Pada tahun 1987 pasien mendapat tuduhan dari isterinya bahwa pasien menikah lagi, kemudian isterinya mengadukan pasien ke Instansi tempat pasien bernaung. Akibatnya pasien mengalami banyak intimidasi dan tekanan-tekanan dari berbagai pihak, serta pasien menjadi sering dipanggil oleh pihak Instansinya tersebut. Akibat seringnya pasien dipanggil, membuat pasien mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap Aparat Penegak Hukum terutama Polisi. Kemudian isteri pasien mengajukan perceraian, dan menjalankan sidang perceraian sebanyak 13 kali. Akibat perceraiannya membuat beban pikiran pasien dan hidup pasien menjadi tidak stabil. Sejak saat itu pasien mulai timbul rasa cemas, gelisah, sakit kepala, jantung berdebar-debar, dan membuat pasien menjadi tidak konsentrasi dalam bekerja. Gejala-gejala tersebut timbul setiap hari selama kurang lebih 4 tahun. Pasien juga pernah merasa seperti ada suara-suara yang menyuruhnya untuk berbuat jahat kepada orang lain. Pada tahun 1989 pasien mulai berobat ke Psikiatri karena pasien merasa beban pikirannya terlalu berat. Dan setelah proses perceraiannya selesai, pasien merasa keluhan-keluhannya tersebut mulai berkurang. Kemudian pasien menikah kembali dan untuk menghilangkan trauma dengan perkawinan pertamanya pasien hijrah ke Jogjakarta pada tahun 1997 dan bekerja di RS. Sarjito. Sebelumnya pasien bekerja di RS. Persahabatan sejak tahun 1976 1997. Pasien bekerja di bagian Administrasi RS. Sarjito, dan selama bekerja di RS. Sarjito pasien sering berhubungan dengan aparat penegak hukum dan itu menjadi syok terapi bagi pasien, sehingga membuat pasien tidak ada lagi rasa takut pada Aparat Penegak Hukum. Pada tahun 2007 pasien pensiun dan pindah kembali ke Jakarta. Selama di Jakarta pasien tinggal bersama anak, isteri, dan mertuanya. Mertua pasien jika berbicara seenaknya sendiri dan tidak memikirkan persaan orang lain, terkadang membuat beban pikiran pasien. Serta pasien juga merupakan anak pertama dari sepuluh bersaudara, dimana jika ada masalah keluarga maka pasienlah tempat mengadu keluarganya, dan itu beban pikiran pasien. Pasien juga mempunyai anak dari hasil perkawinannya yang pertama, pasien merasa bersalah kepada anaknya tersebut dan menebus rasa bersalahnya dengan cara memberikan semua harta gono-gini dari hasil perkawinan 2|Page

pertamanya kepada anaknya. Namun itu semua tidak bisa membayar rasa bersalah pasien kepada anaknya tersebut, dan itu menambah beban pikiran pasien. Hingga saat ini pasien sudah tidak berkomunikasi secara langsung maupun hanya mendengar kabar berita anaknya. Terakhir pasien mendengar kabar berita anaknya tersebut ketika pasien masih di Jokjakarta, bahwa anaknya sudah kuliah. Suasana perasaan pasien saat ini merasa biasa saja, dan setiap hari pasien suka jalan-jalan ke tempat teman-temannya untuk sekedar berbagi cerita sehingga dapat meringankan beban pikiran pasien. Pasien sudah tidak pernah lagi mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk berbuat jahat kepada orang lain. Pasien menyangkal pernah melihat bayangan, mencium bau-bauan, ataupun merasa ada yang menyentuh tangan maupun kakinya. Pasien juga tidak pernah menaruh curiga apapun dan kepada siapanpun. Pasien tidak pernah merasa bahwa tingkah laku maupun tindak tanduknya berubah seperti orang lain, dan pasien juga tidak pernah merasa rumah atau lingkungannya berubah. Pasien tidak merokok, mengkonsumsi minuman keras, maupun mengkonsmi narkoba. Pasien lahir melalui persalinan normal, namun pasien lahir premature. Pada masa anak-anak dan remaja tidak ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Pasien pada masa anak-anak dan remaja dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Pasien dapat menyelesaikan pendidikannya sampai dengan SMEA dan lulus tepat waktu. Pasien merupakan anak pertama dari sepuluh bersaudara. Saat ini pasien sudah menikah, pada perkawinan yang pertama pasien mempunyai satu orang anak, dan pada pernikahan yang kedua pasien mempunyai satu orang anak. Sekarang pasien tinggal bersama isteri, anak hasil perkawinannya yang kedua, dan mertua pasien. Perekonomian keluarga diperoleh dari pasien yang bekerja sebagai pensiunan PNS. Secara ekonomi pasien merasa cukup untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangganya dan untuk membiayai pengobatan pasien. Pasien sadar bahwa dirinya sedang mengalami gangguan pada jiwanya sehingga pasien mempunyai keinginan untuk sembuh. Harapan kedepan pasien untuk kehidupan selanjutnya adalah pasien ingin sehat dan pasien ingin melihat anak-anaknya tumbuh dewasa. 3|Page

Saat ditanya untuk mengetahui daya ingat dan konsentrasi, Pasien mempunyai daya ingat dan konsentrasi yang baik pasien dapat menjawab pertayaan dengan baik dan benar. Pasien berbicara dengan lancar, artikulasi baik, dan menjawab sesuai pertanyaan. Pasien juga mempunyai riwayat hipertensi sampai sekarang, namun pasien tidak tahu persis kapan hipertensi mulai timbul. A. Riwayat Gangguan Sebelumnya 1. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien tidak memiliki riwayat psikiatri sebelumnya. 2. Riwayat Gangguan Medik Pasien memiliki riwayat hipertensi. 3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA sebelumnya. D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Prenatal Pasien lahir dari persalinan normal, pasien lahir sebelum waktunya yaitu pada usia kehamilan 7 bulan, dan lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, namun tidak ada kelainan bawaan. 2. Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Remaja Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usianya dan mempunyai banyak teman. Tidak ada gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pasien saat anak-anak dan remaja dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. 3. Riwayat Pendidikan - SD - SMP - SMEA : tamat : tamat :tamat

4. Riwayat Pekerjaan 4|Page

Pasien adalah pensiunan PNS. 5. Riwayat Agama Pasien beragama Islam, menjalankan sholat 5 waktu dan mengaji. 6. Aktivitas Sosial Pasien sehari-harinya sering jalan-jalan ke tempat temannya. E. Hubungan dengan Keluarga Hubungan pasien dengan keluarga baik. Namun hubungan pasien dengan anak dari hasil perkawinannya yang pertama sudah tidak ada komunikasi. F. Riwayat Keluarga Pada keluaraga pasien tidak ada yang memiliki gejala seperti yang dialami pasien.

G. Riwayat Situasional Sosial Sekarang Pasien sudah menikah dan mempunyai dua orang anak. Anak hasil dari perkawinannya yang pertama sudah kuliah, namun sekarang sudah tidak diketahui kabar beritanya dan tidak tinggal dengan pasien. Sementara anak dari hasil perkawinannya yang kedua masih sekolah SD Kelas V dan tinggal bersama pasien. Pasien dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan keluarganya. Pasien dapat mengurus dirinya sendiri seperti mandi, makan, minum, dan jalan-jalan naik motor. Pasien merasa kalau dirinya sakit. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari pasien sebagai pensiunan PNS. Secara ekonomi pasien mengaku merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. H. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya Menurut pemeriksa harapan kedepan pasien ada keinginan untuk sembuh, dan keinginan untuk melihat anak-anaknya tumbuh dewasa. III. STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum 5|Page

1.

Penampilan Pasien laki-laki, usia 60 tahun, tampak sesuai dengan usia, berpakaian rapi. Perawatan diri baik, tubuh normal, tinggi, warna kulit sawo matang.

2. Kesadaran Kesadaran Umum Kesadaran Psikiatri 3. Cara Berjalan : Compos mentis : Tidak terganggu

Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Baik tidak ada gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan benar. Aktivitas Psikomotor : Pasien bersikap kooperatif, tenang, kontak mata baik,

4. Kuantitas Kualitas 5.

Pembicaraan : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter. : Artikulasi baik, volume cukup dan spontan. Sikap Terhadap Pemeriksa Pasien kooperatif.

B. Keadaan Afektif 1. 2. Ekspresi luas 3. 4. Keserasian Mood dan afek serasi. Empati Pemeriksa dapat merabarasakan perasaan pasien saat ini. B. Fungsi Intelektual / Kognitif 1. Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan Taraf Pendidikan 6|Page Afek (Mood) Pasien merasa biasa-biasa saja. Ekspresi (Afektif)

- SD - SMP - SMAE

: tamat : tamat : tamat

Pengetahuan Umum Baik, pasien mengetahui siapa presiden RI yang sedang menjabat saat ini yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, dan presiden pertama adalah Soekarno. 2. Daya Konsentrasi Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai selesai. Pasien mampu menjawab pertanyaan 100 7 sampai 5 kali dengan benar. 3. Orientasi Waktu Tempat Orang Situasi 4. Daya Ingat Daya Ingat Jangka Panjang Baik, pasien masih dapat mengingat dimana ia dulu bersekolah dari SD sampai SMEA. Daya Ingat Jangka Pendek Baik, pasien datang ke RS. Persahabatan menggunakan motor. Daya Ingat Segera Baik, pasien dapat mengulang 5 nama kota yang diberikan oleh pemeriksa secara berurutan. Akibat Hendaya daya Ingat Pasien Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini. 5. Pikiran Abstrak Baik, pasien mengerti makna dari ungkapan tong kosong nyaring bunyinya yaitu orang banyak bicara tetapi tidak ada ilmunya. 6. Bakat Kreatif Pasien masih dapat mengendarai sepeda motor, 7|Page : baik, pasien tahu saat konsulnya adalah siang hari : baik, pasien tahu sedang berada di poliklinik psikiatri RS. Persahabatan. : baik, pasien tahu yang memeriksanya adalah dokter : baik, pasien tahu bahwa dia sedang berobat dengan dokter

7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri Baik, pasien mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu mengurus dirinya sendiri.

C. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi dan Ilusi Halusinasi Ilusi Depersonalisasi Derealisasi D. Proses Pikir 1. Arus Pikir - Produktivitas - Kontinuitas - Hendaya 2. Isi Pikiran - Preokupasi - Gangguan pikiran E. Pengendalian Impuls Pengendalian impuls pasien saat wawancara baik. F. Daya Nilai 1. Norma Sosial Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. 2. Uji Daya Nilai 8|Page : tidak ada preokupasi : tidak ada gangguan pikiran. : Baik, pasien dapat menjawab spontan bila diajukan pertanyaan : Koheren : Tidak terdapat hendaya berbahasa : tidak ada halusinasi : tidak ada ilusi pada pasien : tidak ada : tidak ada

2. Depersonalisasi dan Derealisasi

Baik, ketika ditanya apa yang dilakukan jika bertemu seorang anak kecil sedang menangis di Mall, pasien menjawab akan mengantarkannya ke Security. 3. Penilaian Realitas Tidak terdapat gangguan dalam menilai realita, karena pasien sudah tidak memiliki waham maupun halusinasi.

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya Menurut penilaian pemeriksa terhadap pasien, bahwa pasien mengetau dirinya sakit dan membutuhkan pertolongan. H. Tilikan / Insight Tilikan derajat 6, pasien menyadari sepenuhnya bahwa dirinya sakit disertai motivasi untuk mencapai perbaikkan. I. Taraf Dapat Dipercaya Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien dapat dipercaya, karena pasien dapat menilai realita dan konsisten terhadap setiap pertanyaan. IV. PEMERIKSAAN FISIK a. Status Generalis 1. Keadaan umum 2. Tanda vital - Tekanan darah - Frekuensi nadi - Frekuensi napas - Suhu 3. Bentuk badan 4. Sistem kardiovaskular 5. Sistem muskuloskeletasl 6. Sistem gastrointestinal 9|Page : 150/70 mmHg : 80 x / menit : Kesan dalam batas normal : Afebris : normal : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Baik

7. Sistem urogenital 8. Gangguan khusus b. Status Neurologis 1. Saraf Kranial 2. Saraf motorik 3. Sensibilitas 4. Susunan saraf vegetatif 5. Fungsi luhur 6. Gangguan khusus V.

: Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan

: Kesan dalam batas normal : Kesan dalam batas normal : Kesan dalam batas normal : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien laki-laki usia 60 tahun, datang untuk kontrol dan obat sudah habis 2 hari yang lalu. Akibat obat habis pasien gampang emosi dan mudah tersinggung, namun pasien masih dapat menahan emosinya. Pasien merasa tidak tenang karena jika obat habis pasien khawatir keluhan-keluhan terdahulu yang pernah dia rasakan akan timbul lagi sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien mendapat banyak intimidasi dan tekanan dari berbagai pihak, serta pasien sering dipanggil oleh pihak Instansinya tersebut. Akibatnya pasien mempunyai rasa takut pada Aparat Penegak Hukum terutama Polisi, Pasien timbul rasa cemas, gelisah, sakit kepala, jantung berdebar-debar, pasien tidak konsentrasi bekerja, dan pernah merasa seperti ada suara-suara yang menyuruhnya untuk berbuat jahat kepada orang lain. Gejala-gejala tersebut timbul setiap hari selama kurang lebih 4 tahun. Pasien tidak mengkonsumsi zat psikoaktif (NAPZA), tidak pernah minum alkohol dan tidak pernah merokok. Tidak ditemukan adanya riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa seperti pasien Orientasi waktu, tempat, situasi dan orang baik. Pasien menyadari sepenuhnya bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pertolongan.

10 | P a g e

Pasien lahir spontan, premature, dan tidak ada kelainan. Tumbuh kembang normal, dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya, pendidikan sampai tamat SMEA dan tidak terdapat retardasi mental.

Fungsi kognitif pasien baik. Keadaan umum baik, pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertensi grade I, dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan.

Tahun 1987 isteri pasien mengajukan perceraian, dan menjalankan sidang sebanyak 13 kali.

Selama ini pasien tinggal bersama anak dari hasil perkawinan kedua, isteri, dan mertua pasien. Hubungan pasien dengan anak dari hasil perkawinan yang pertama sudah tidak ada komunikasi, dan pasien merasa bersalah kepada anaknya tersebut.

Pasien sudah pensiun PNS dan perekonomian keluarga diperoleh dari gaji pensiunan pasien. Menurut pasien, keadaan ekonomi keluarganya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pengobatan pasien.

Pasien masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya


Pada pasien didapatkan beberapa gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial dan pekerjaan.

VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien tidak terdapat kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis tidak menyebabkan adanya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari maka pasien dapat dikatakan gangguan jiwa. Diagnosis Aksis I Pada pasien ini tidak terdapat kelainan fisik dan riwayat trauma yang menyebabkan disfungsi otak, sehingga pasien bukan pasien gangguan mental organik (F0).

11 | P a g e

Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif maka kita dapat simpulkan bahwa pasien ini bukan pasien gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol. (F1).

Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, yang ditandai dengan adanya halusinasi, dan waham, sehingga pasien ini merupakan pasien gangguan psikotik (F2). bukan

Pada pasien ini tidak ditemukan adanya hilangnya minat, dan kegembiraan, serta hilang energi, mudah lelah maka pada pasien ini tidak ada gejala depresi. Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya aktivitas fisik yang berlebihan, mood yang meningkat, ide-ide yang meningkat maka bukan pasien dalam episode manik. Sehingga pasien bukan merupakan pasien yang memiliki gangguan suasana perasaan afektif atau mood (F3).

Pada pasien memiliki masalah, yang menimbulkan kecemasan dan kegelisahan maka ada gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan yang berkaitan dengan stress. (F4)

Pada pasien ini terdapat ketegangan motorik serta terdapat overaktivitas otonom. Maka pada aksis I didapatkan gangguan cemas menyeluruh (F41.1)

Namun gejala tersebut sudah berkurang sejak 5 tahun terakhir, pasien merasa gelisah jika obatnya habis maka pada aksis I didapatkan gangguan cemas menyeluruh dalam remisi (F41.1)

Diagnosis Aksis II Tumbuh kembang normal, sebelum sakit sampai sekarang pasien bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya, serta dapat menyelesaikan pendidikannya sampai SMEA dengan tepat waktu, fungsi kognitif optimal, dan tidak ada retardasi mental. Maka pada aksis II tidak ada diagnosis.

12 | P a g e

Diagnosis Aksis III Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak diketahui pasti kapan mulai timbul, serta pada pemeriksaan fisik diadapatkan tekanan darahnya 150/70 mmHg dimana termasuk hipertensi grade I. Maka diagnosa aksis III adalah hipertensi grade I. Diagnosis Aksis IV Hubungan pasien dengan keluarga baik, namun hubungan pasien dengan anak dari hasil perkawinannya yang pertama sudah tidak ada komunikasi dan pasien merasa bersalah kepada anaknya tersebut, serta pasien pernah mengalami perceraian dengan mantan isterinya. Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari, serta dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Pasien merupakan pensiunan
PNS, dan secara ekonomi pasien mengaku merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pada aksis IV terdapat masalah dalam berkomunikasi dengan anak dari hasil perkawinan pertama, perasaan bersalah kepada anak dari hasil perkawinan pertama, dan trauma perceraian dengan mantan isterinya.

Diagnosis Aksis V Pada pasien terdapat gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social dan pekerjaan. GAF SCALE 80-71.

VII.

EVALUASI MULTIAKSIAL - Aksis I - Aksis II - Aksis III - Aksis IV : Gangguan cemas menyeluruh dalam remisi : Tidak ada diagnosis. : Hipertensi grade I :Masalah dalam berkomunikasi dengan anak dari hasil perkawinannya yang pertama, perasaan bersalah kepada anaknya, dan trauma perceraian dengan mantan isterinya. - Aksis V : GAF Scale 80-71

13 | P a g e

VIII. DAFTAR PROBLEM - Masalah organobiologik - Psikologik/perilaku : Hipertensi grade I :Emosi sering memuncak namun pasien masih bisa menahannya, tidak bisa tidur jika obat habis, dan perasaan bersalah kepada anak dari hasil perkawinannya yang pertama. - Masalah psikososial dan ekonomi: terdapat masalah dalam berkomunikasi dengan anak dari hasil perkawinannya yang pertama, trauma perceraian dengan mantan isterinya.

IX.

PROGNOSIS Prognosis Ke Arah Baik o Pasien rutin kontrol dan patuh minum obat o Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh o Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien. o Keluarga pasien sangat mendukung untuk kesembuhan pasien o Akses berobat baik. Prognosis Ke Arah Buruk o Sakit sudah berlangsung 25 tahun o Pasien mempunyai riwayat hipertensi grade I o Tidak ada komunikasi dengan anak dari hasil perkawinannya yang pertama. Berdasatkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah : Ad vitam Ad sanationam : dubia : dubia ad bonam Ad functionam : dubia ad bonam

14 | P a g e

X. TERAPI a. Pada pasien Psikofarmaka : Ludiomil 1 x 10 mg Frixitas 1 x mg Clobazam 1 x 10 mg Neurodex 1 x 1 tablet Cardiovask 1 x 10 mg

Psikoterapi : Edukasi untuk minum obat dengan teratur Edukasi untuk kontrol teratur Konsultasi ke Penyakit dalam Berusaha mencari tahu dan menjalin komunikasi kembali dengan anak dari hasil perkawinan pertamanya. b. Pada Keluarga Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit pasien, faktor risiko, gejala, risiko kekambuhan dan progonis. Mengingatkan pasien untuk selalu minum obat. Menjalin komunikasi kembali dengan anak dari hasil perkawinannya yang pertama. Memberikan perhatian dan dukungan semangat terhadap pasien Menemani pasien untuk kontrol berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp. KJ. Buku Ajar Psikiatri. FK.UI. Jakarta. 2003 15 | P a g e

2. Maslim, Rusdi. Dr.SpKJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001. 3. Maslim, Rusdi. Dr.SpKJ. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi ketiga. PT Nuh jaya. Jakarta. 2007.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai