Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Karbohidrat B.

Tujuan Percobaan Mengetahui beberapa sifat dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida

BAB III METODE

A. Alat dan Bahan Alat : 1. Bunsen 2. Pipet ukur 3. Pro pipet 4. Tabung reaksi 5. Rak tabung reaksi 6. Alat vortex 7. Penjepit 8. Pipet tetes 9. Kertas saring

Bahan : 1. Larutan glukosa (sampel A) 2. Larutan fruktosa (sampel B) 3. Larutan sukrosa (sampel C) 4. Larutan maltosa (sampel D) 5. Larutan amilum (sampel E) 6. Fehling A 7. Fehling B 8. Indikator Phenolpthalein 9. Reagen Molisch 10. Reagen Luff 11. Larutan Iod 12. Larutan H2SO4 10% 13. Larutan NaOH 10% 14. Larutan H2SO4 pekat

B. Cara Kerja 1. Molish Test Larutan sampel A, B, C, D masing-masing diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan reagen molish sebanyak 2 ml dan divortex. Lalu ditambahkan dengan H2SO4 pekat 2 ml melalui dinding tabung secara perlahan-lahan dan perubahan yang terjadi diamati terutama pembentukan cincin furpural.

2. Iod Test Larutan sampel A, B, C, D masing-masing diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan iod sebanyak 5 tetes. Setelah itu amati perubahan yang terjadi.

3. Fehling Test Larutan sampel A, B, C, D masing-masing diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan fehling A dan B sebanyak 2 ml. Lalu NaOH 10% sebanyak 4 tetes dan dipanaskan sampai mendidih. Setelaj itu perubahan diamati.

4. Moore Test Larutan sampel A, B, C, D masing-masing diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan NaOH 10% ditambahkan sebanyak 5 ml. Kemudian dipanaskan hingga mendidih dan diamati.

5. Luff Test Larutan sampel A, B, C, D masing-masing diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan reagen luff sebanyak 2 ml dan dipanaskan lalu perubahan diamati.

6. Hidrolisa Larutan sampel A, B, C, D masing-masing diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 4 ml, lalu dipanaskan hingga mendidih dan dinginkan. Setelah itu ditambahkan NaOH 10% sebanyak 1 ml dan indikator PP sebanyak 2 tetes. Lalu ditambahkan fehling A dan B sebanyak 2 ml dan dipanaskan lagi, perubahan yang terjadi diamati.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karbohidrat adalah sekelompok senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O, contoh : glukosa (C6H12O6), sukrosa (C12H22O11), dan selulosa (C6H10O5). Rumus umum karbohidrat adalah Cn (H2O). Karbohidrat merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan-turunan senyawa lainnya. Senyawa-senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus karbonil dalam bentuk aldehid atau keton (Ngili, 2009). Karbohidrat terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu karbohidrat sederhana atau monosakarida dan karbohidrat kompleks atau disakarida dan polisakarida. Monosakarida adalah suatu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi molekul yang lebih sederhana dan terdiri dari 3-6 atom C. Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang terbentuk dari dua atau lebih monosakarida (Riswiyanto, 2009). Dari rumus struktur terlihat bahwa ada gugus fungsi penting yang terdapat pada molekul karbohidrat yaitu gugus fungsi karbonil (aldehid dan keton). Gugusgugus fungsi itulah yang menentukan sifat senyawa tersebut. Berdasarkan gugus yang ada pada molekul karbohidrat, maka senyawa tersebut didefinisikan sebagai polihidroksialdehida dan polihidroksiketon (Girindra, 1993). Glukosa (C6H12O6, memiliki berat molekul 180,18) adalah heksosamonosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut cincin piranosa, bentuk paling stabil untuk aldosa berkarbon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Berikut adalah struktur glukosa :

Gambar 1. Struktur Glukosa (Riswiyanto, 2009). Maltosa dengan rumus C12H22O11 dapat mereduksi pereaksi

fehling/tollens, oleh karena itu disebut sebagai gula pereduksi. Maltosa dapat bereaksi dengan fenilhidrazina menghasilkan osazone. Berikut struktur dari maltosa :

Gambar 2. Struktur Maltosa (Riswiyanto, 2009). Menurut Winarno (1984), pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Berikut struktur amilosa :

Gambar 3. Struktur Amilosa Fruktosa adalah bentuk ketoheksosa yang mempunyai sifat dapat terpolarisasi ke kiri (levo) sehingga dapat juga disebut sebagai levulosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff dalam asam HCl. Berikut struktur fruktosa :

Gambar 4. Struktur Fruktosa (Ngili, 2009). Sukrosa mempunyai rumus molekul C12H22O11, sukrosa tidak dapat mereduksi tollens/fehling/benedict dan tidak dapat membentuk osazon dan melakukan mutarotasi karena sukrosa tidak mengandung C-anomer pada ujungnya. Berikut struktur sukrosa :

Gambar 5. Struktur Sukrosa (Riswiyanto, 2009). Uji fehling untuk mencari atau mengetahui adanya gugus aldehid, biasanya ditandai dengan endapan berwarna merah bata/coklat. Uji luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagen luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pda uji luff ditandai dengan adanya endapan merah (Girindra, 1993). Uji iod untuk mengetahui apakah suatu sampel termasuk dalam polisakarida dan mengetahui keberadaan amilum dalam sampel. Biasanya ditandai dengan warna biru kehitaman. Uji molish adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel (Girindra, 1993). Hidrolisa untuk melihat apakah sampel pecah menjadi monosakarida atau tidak, biasanya ditandai dengan adanya endapan berwarna merah bata. Uji moore adalah uji yang menggunakan NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan gugus OH (Winarno, 1984).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Percobaan 1. Tabel Tes Fehling Warna Sampel Warna + Fehling A+B Glukosa Bening Biru tua + NaOH 10% Biru tua Ada Merah bata Fruktosa Bening Biru tua Biru tua Ada Merah bata Sukrosa Bening Biru tua Biru tua Tidak Ada Hijau lumut Maltosa Bening Biru tua Biru tua Ada Merah bata Amilum Bening Biru tua Biru tua Ada Hijau lumut Dipanaskan Endapan Warna

2. Tabel Tes Moore Warna Sampel Warna + NaOH 10% Glukosa Bening Bening Tidak Ada Kuning muda Fruktosa Sukrosa Maltosa Bening Bening Bening Bening Bening Bening Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Kuning tua Bening Kuning muda Amilum Bening Bening Tidak Ada Kuning Dipanaskan Endapan Warna

bening

3. Tabel Tes Molisch Warna Awal Bening Ditambah Molisch Warna Terbentuk Ditambah H2SO4 Warna Terbentuk cincin Kuning Emas Tidak Terbentuk Kuning Keruh Tidak terbentuk. Ada 2 lapisan: hitam (bawah) dan kuning keruh (atas) Fruktosa Bening Kuning Emas Tidak Terbentuk Kuning Keruh Tidak terbentuk. Ada 3 lapisan: Bening (bawah), hitam (tengah), dan kuning keruh (atas) Sukrosa Bening Kuning Emas Tidak Terbentuk Kuning Keruh Tidak terbentuk.

Sampel

Glukosa

Ada 3 lapisan: Bening (bawah), hitam (tengah), dan kuning keruh (atas) Maltosa Bening Kuning Emas Amilum Bening Kuning Emas Tidak Terbentuk 2 lapisan Kuning Keruh Atas : keruh Bawah : bening Terbentuk cincin Terbentuk cincin

4. Tabel Tes Luff Sampel Glukosa Warna Awal Bening Warna + Luff Biru Muda Warna Dipanaskan Kuning Kecoklatan Fruktosa Sukrosa Bening Bening Biru Muda Biru Muda Coklat Gelap Atas : Hijau Bawah : Biru muda Maltosa Bening Biru Muda Merah Bata (ada endapan) Amilum Bening Biru Muda Biru

5. Tabel Tes Iod Sampel Glukosa Fruktosa Sukrosa Maltosa Amilum Warna Awal Bening Bening Bening Bening Bening Akhir Merah Bata Merah Bata Merah Bata Merah Bata Biru Tua

6. Tabel Tes Hidrolisa Warna Awal Sampel Glukosa Awal Hidrolisa Bening Warna +Fehling A Biru Bening +Fehling B Hijau Muda +NaOH 10% Hijau Muda Tidak Ada, warna: hijau muda Fruktosa Bening Biru Bening Biru Bening Hijau Bening Tidak Ada, warna: biru kuning Sukrosa Bening Biru Bening Hijau Muda Hijau Bening Tidak Ada, warna: biru kuning Tidak Ada, warna: biru kuning Tidak ada Endapan

Maltosa

Bening

Biru Bening

Hijau Muda

Biru Bening

Amilum

Bening

Biru

Biru

Biru

Bening

Bening

Bening

B. Pembahasan Pada percobaan kali ini mengenai karbohidrat, karbohidrat adalah sekelompok senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O. Karbohidrat juga merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunanturunan senyawa lainnya. Karbohidrat terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu karbohidrat sederhana atau monosakarida dan karbohidrat kompleks atau disakarida dan polisakarida. Monosakarida adalah suatu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi molekul yang lebih sederhana. Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang terbentuk dari dua atau lebih monosakarida (Riswiyanto, 2009). Karbohidrat memiliki banyak peran bagi makhluk hidup, polisakarida berfungsi menyimpan energi (misalnya, pati dan glikogen), dan sebagai komponen struktural (misalnya, selulosa pada tanaman dan kitin dalam arthropoda). Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan mengikat protein dan lemak. Beberapa jenis polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang nantinya akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel ketika diperlukan. Pati merupakan suatu polisakarida simpanan pada tumbuhan. Tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di dalam organel plastid. Dengan mensintesis pati, tumbuhan dapat menimbun kelebihan glukosa. Glukosa merupakan bahan bakar sel yang utama, sehingga pati merupakan energi cadangan (Atkins dan Carey, 1987). Berdasarkan sifat hidrolisanya, karbohidrat dibagi menjadi

monosakarida, oligosakarida, polisakarida, dan glukosida. Monosakarida terdiri dari 3 jenis yaitu fruktosa, glukosa, dan galaktosa. Disakarida terdiri dari sukrosa, laktosa, dan maltosa. Sedangkan polisakarida terdiri dari zat tepung, dekstrin, glikogen, dan selulosa (Ngili, 2009).

Dalam percobaan kali ini, ada 5 sampel yang digunakan, yaitu sukrosa, fruktosa, amilum, maltosa, dan glukosa. Sukrosa mempunyai rumus molekul C12H22O11,sukrosa tidak dapat mereduksi tollens/fehling/benedict dan tidak dapat membentuk osazon dan melakukan mutarotasi karena sukrosa tidak mengandung C-anomer pada ujungnya (Riswiyanto, 2009). Menurut Ngili (2009), fruktosa adalah bentuk ketoheksosa yang mempunyai sifat dapat terpolarisasi ke kiri (levo) sehingga dapat juga disebut sebagai levulosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff dalam asam HCl. Menurut Riswiyanto (2009), glukosa (C6H12O6, memiliki berat molekul 180,18) adalah heksosa-monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus CHO). Maltosa memiliki rumus C12H22O11 dapat mereduksi pereaksi

fehling/tollens, oleh karena itu disebut sebagai gula pereduksi. Maltosa dapat bereaksi dengan fenilhidrazina menghasilkan osazon. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbedabeda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket (Winarno, 1984). Pada percobaan kali ini menggunakan 6 cara pengujian, yaitu tes molisch, tes moore, tes fehling, tes iod, tes luff dan hidrolisa. Tes fehling untuk menguji ada tidaknya gugus aldehid pada sampel. Tes iod untuk mengetahui apakah suatu sampel termasuk dalam polisakarida dan mengetahui keberadaan amilum dalam sampel. Tes molisch adalah uji umum pada karbohidrat. Tes luff untuk menguji adanya gugus aldehid. Tes moore untuk mengetahui ada gugus aldehid atau tidak dan hidrolisa untuk mengetahui monosakarida pecah atau tidak pada sampel (Atkins dan Carey, 1987). Tes Fehling Pengujian pertama yang dilakukan adalah tes fehling. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencampurkan antara larutan sampel sebanyak 2 ml dengan fehling A dan fehling B sebanyak 2 ml. Semua sampel yang awalnya

bening berubah warna menjadi biru tua setelah ditambahkan fehling A dan B. Fehling A berfungsi sebagai oksidator kuat dan Fehling B berfungsi sebagai pencegah terjadinya endapan. Kemudian masing-masing samprl ditambahkan dengan NaOH 10% sebanyak 4 tetes. Setelah ditambahkan NaOH 10% semua sampel tetap berwrna biru tua. Fungsi dari penambahan NaOH 10% adalah sebagai pereaksi untuk Fehling B. Karena larutan Fehling B yang ada hanya terbentuk dari Kalium Natrium Tartrat, untuk membentuk garam Rockhelle, diperlukan NaOH. Lalu dipanaskan hingga mendidih, pemanasan bertujuan untuk menguraikan ikatanikatan yang terdapat dalam karbohidrat agar menjadi satuan monosakarida. Reaksi positif adalah larutan yang memiliki endapan berwarna merah bata. Reagen fehling bertujuan untuk menguji suatu sampel dengan cara mencampurkan larutan tersebut hingga diperoleh warna biru tua. Selain itu reagen fehling dipakai mengidentifikasi ada tidaknya gula reduksi dalam suatu sampel. Reaksi aldehida dengan reagen fehling akan menghasilkan endapan merah bata. Reaksi yang terjadi:

Gambar 1. Reaksi Pada Tes Feling (Atkins dan Carey, 1987). Berdasarkan dari tabel dapat dilihat bahwa pada fruktosa, glukosa, maltosa hasil positif, artinya fruktosa, glukosa, maltosa mengandung gugus aldehid. Endapan merah bata yang dihasilkan merupakan endapan Cu2O yang berasal dari larutan CuO. Sedangkan pada sukrosa dan amilum negatif, pada Sukrosa tidak terjadi endapan dan larutan berwarna hijau lumut, sukrosa tersusun atas glukosa+fruktosa. Glukosa berupa aldosa akan memberikan hasil positif, tetapi kebalikan dari aldosa, keton yang berasal dari fruktosa akan memberikan hasil negatif. Sehingga, terbentuklah hasil larutan berwarna hijau. Amilum terdapat endapan dan berwarna hijau lumut, amilum tersusun atas banyak maltose dan glukosa, pada percobaan uji amilum memiliki hasil

negative, hal ini karena uji Fehling tidak dapat mengindikasikan polisakarida berguguskan aldehid, melainkan hanya dapat menjangkau monosakarida saja (Atkins dan Carey, 1987). Tes Moore Test moore bertujuan untuk mengetahui adanya gugus alkali. Reaksi ini disebut juga reaksi pendamaran. Uji Moore menggunakan larutan NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan (Riswiyanto, 2009). Pertama sampel diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, warna awalsemua sampel bening. Setelah itu semua sampel ditambahkan NaOH 10% sebanyak 5 ml. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk memberikan sumber ion OH- yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid yang berwarna kekuningan sebelum dipanaskan. Lalu dipanaskan sampai terjadi perubahan, tujuan pemanasan adalah untuk membuka ikatan karbon dengan hydrogen dan menggantikannya dengan gugus -OH- membentuk asam karboksilat. Reaksi yang terjadi secara umum dalam tes moore :

Gambar 2. Reaksi Pada Tes Moore (Riswiyanto, 2009). Pada maltosa terbentuk warna kuning muda, hal ini disebabkan karena maltose tersusun atas glukosa+glukosa, sehingga terbentuklah reaksi basa kuat + aldosa. Pada Glukosa terjadi hasil uji positif, glukosa mengandung gugus aldehid dan merupakan gula aldosa serta gula pereduksi. Reaksi antara glukosa dengan gugus aldosa + NaOH adalah:

Gambar 3. Reaksi Gugus Aldosa+NaOH (Riswiyanto, 2009). Pada Fruktosa, terbentuk warna merah bata karena penambahan NaOH yang menyebabkan struktur ketosa fruktosa berubah menjadi aldosa. Hal tersebut menyebabkan saat proses pendidihan terbentuk reaksi aldosa + NaOH seperti diatas. Pada sukrosa terbentuk warna kuning tua yang artinya banyak mengandung aldosa dan sukrosa sehingga gugus aldosa yang terbentuk banyak. Pada Amilum, terbentuk warna kuning, artinya banyak gugusan aldosa pada sampel. Hal ini disebabkan karena amilum terdiri dari rantaian panjang glukosa dan maltose (glukosa+glukosa) menyebabkan banyak glukosa yang

terdamarkan, sehingga membentuk warna yang pekat. Semua sampel tidak memiliki endapan (Ngili, 2009). Tes Molisch Tes molisch memiliki prinsip kerja yaitu reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin berwarna ungu, uji Molisch dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam suatu zat. Pertama semua sampel diambil sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi,warna awal semua sampel adalah bening. Setelah ditambahkan reagen molisch sebanyak 2 ml semua larutan berubah menjadi warna kuning emas, kemudian semua sampel dikocok menggunakan vortex. Tujuan digunakannya vortex adalah untuk homogenisasi larutan agar reagen dapat tercampur merata dengan masingmasing sampel dan reagen molisch berfungsi untuk mengadakan reaksi kondensasi sehingga menghasilkan cincin ungu. Reaksi positif adalah larutan terbentuk cincin furfural berwarna ungu violet.

Lalu ditambahkan H2SO4 pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung karena asam kuat bersifat eksotermis, jika penambahan H2SO4 tidak melalui dinding tabung reaksi, tabung reaksi akan pecah. Selain itu agar asam kuat tidak bercampur dengan larutan atau membentuk lapisan sendiri yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. Fungsi ditambahkannya H2SO4 pekat adalah untuk menghidrolisis ikatan glikosida, setelah itu amati perubahan yang terjadi. Dari tabel didapat bahwa hanya maltosa dan amilum yang menghasilkan reaksi positif yaitu terbentuknya cincin furfural berwarna ungu violet, sedangkan glukosa fruktosa dan maltosa tidak terbentuk cincin hal ini dikarenakan adanya kesalahan dalam percobaan, ketika menambahkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Reaksi yang terjadi pada tes molisch :

Gambar 4. Reaksi Pada Test Molisch (Winarno, 1984). Tes Luff Tes luff bertujuan untuk menguji adanya gugus aldehid dan digunakan sebagai uji yang membedakan monosakarida dan disakarida (oligosakarida). Pertama semua sampel diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi warna awal semua sampel bening, lalu semua sampel ditambahkan reagen luff sebanyak 2 ml. Setelah itu larutan dipanaskan sampai terjadi perubahan, tujuan dipanaskannya larutan adalah untuk mempercepat reaksi. Reaksi positif adalah larutan yang terdapat endapan.

Dari tabel dapat dilihat bahwa hanya maltosa yang memiliki endapan dan endapan tersebut berwarna merah bata. Komponen utama reagen luff adalah CuO, reaksi yang terjadi dalam tes luff adalah reduksi CuO menjadi Cu2O. Cu2O lalu membentuk endapan merah bata. Reaksi yang terjadi yaitu :

Gambar 5. Reaksi Pada Tes Luff (Gerindra, 1993) Pada Glukosa, Fruktosa hasilnya negatit, hal ini dikarenakan keduanya bukan disakarida, sehingga tidak terjadi reaksi tersebut. Sukrosa merupakan disakarida, tidak membentuk hasil uji positif karena bukan gula aldosa. Sedangkan amilum tidak membentuk karena merupakan polisakarida. Tes Iod Tes iod bertujuan untuk mengetahui apakah sampel termasuk polisakarida serta menguji keberadaan amilum pada sampel. Pertama semua sampel diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, warna awal semua sampel bening. Kemudian semua sampel ditambahkan larutan iod sebanyak 5 tetes, r eagen iod merupakan I2 yang terlarut dalam potassium iodide. Penambahan iod berfungsi sebagai molekul pengikat pati, molekul pengindikasi adanya amilum. Lalu perubahan yang terjadi diamati, reaksi postif mengandung polisakarida jika larutan berwarna biru dan reaksi negatif mengandung disakarida jika larutan berwarna merah. Dari tabel dapat dilihat bahwa hanya amilum yang postif mengandung polisakarida, larutannya berwarna biru tua karena amilum polimernya lebih dari 20, sehingga membentuk ikatan dengan ioden dan memunculkan warna biru tua. Sedangkan glukosa, maltosa, sukrosa, dan fruktosa berwarna merah bata, keempat sampel tersebut adalah gula monosakarida/disakarida.

Tes Hidrolisa Uji Hidrolisa digunakan untuk melihat terbentuk monosakarida dari suatu sampel tersebut. Sampel yang berupa polisakarida maupun oligosakarida akan diubah menjadi monosakarida dalam uji ini. Reaksi yang terjadi : Karbohidrat warna pemutusan ikatan glikosidik gugus aldehid mengendap. (Gerindra, 1993) Pertama semua sampel diambil sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, warna awal semua sampel adalah bening. Kemudian ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 4 ml, fungsi daripada H2SO4 10% adalah untuk pemutusan ikatan glikosidik pada gula non-monosakarida. Lalu larutan dipanaskan, tujuannya sebagai katalis H2SO4 10% agar ikatan glikosidik lebih cepat diuraikan, sekaligus membantu penguraian lebih cepat. Setelah itu larutan didinginkan sampai benar-benar dingin, tujuannya agar ketika ditambahkan NaOH 10%, larutan NaOH tidak bereaksi dengan H2SO4 10% sehingga tidak terjadi galat dalam uji. Kemudian larutan ditambahkan NaOH 10% sebanyak 1 ml dan indikator PP sebanyak 2 tetes, saat ditambahkan NaOH warna semua sampel tetap bening. Lalu larutan ditambahkan Fehling A dan Fehling B sebanyak 2 ml, fungsinya sebagai indikator ada atau tidaknya gugus aldehid dalam sampel. Ketika ditambahkan fehling A warna larutan berubah menjadi biru bening dan ketika ditambahkan fehling B warna larutan glukosa, sukrosa, dan maltosa berubah menjadi hijau muda sedangkan fruktosa dan amilum berubah warna menjadi biru. Setelah ditambahkan NaOH 10% sebanyak 4 tetes, glukosa menjadi berwarna hijau muda fruktosa dan sukrosa menjadi berwarna hijau bening sedangkan maltosa dan amilum menjadi berwarna biru bening. Dari Perubahan

kelima sampel tidak ada satupun yang terbentuk endapan, hal ini dikarenakan kesalahan dari praktikan saat pemanasan terlalu lama.

BAB V KESIMPULAN Pada percobaan karbohidrat dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut : 1. Uji Hidrolisa Sifat monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana, ditunjukan dari tes Hidrolisa yang terbentuk warna endapan merah, menunjukan bahwa monosakarida karbohidrat paling sederhana. Monosakarida tidak dapat dihidrolisis dibuktikan oleh tes Hidrolisa yang dilihat dari tidak dapatnya monosakarida di hidrolisis. Hasil kelompok kami semua sampel tidak terbentuk endapan. 2. Uji Fehling dan Moore Monosakarida memiliki gugus aldehid dan gugus karbonilnya adalah aldosa dibuktikan dari tes Fehling yang positif mengandung gugus aldehid adalah glukosa, fruktosa, dan maltosa, terdapat endapan warna merah bata berasal dari larutan CuO. Uji moore yang positif mengandung gugus aldehid adalah fruktosa, maltosa, glukosa, dan amilum dan semua sampel tidak ada endapan. 3. Uji Molisch Yang positif terbentuk cincin furfural berwarna ungu violet adalah maltosa dan amilum. Untuk glukosa, fruktosa,sukrosa, dan malotsa berwarna kuning keruh sedangkan amilum lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah bening. 4. Uji Luff Sifat disakarida adalah tersusun dari 2 monosakarida dilihat dari uji Luff dimana menghasilkan warna merah bata. Yang positif dan memiliki endapan warna merah bata hanya maltosa. Glukosa berwarna kuning kecoklatan, fruktosa berwarna coklat gelap, sukrosa lapisan atas berwarna hijau dan bawah berwarna biru muda, amilum berwarna biru.

5. Uji Iod Sifat polisakarida adalah tersusun atas rantai panjang monosakarida ditunjukan dari uji Iod, dimana terbukti dengan adanya warna biru kehitaman pada amilum. Untuk glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltosa berwarna merah bata (disakarida/monosakarida).

DAFTAR PUSTAKA Atkins, R. C. dan Carey, F. A. 1987. Organic Chemistry A Brief Course. McGraw-Hill. USA. Girindra, A. 1993. Biokimia 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ngili, Y. 2009. Biokomia Struktur & Fungsi Biomolekul Edisi Pertama. Graham Ilmu. Yogyakarta. Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta. Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

LAMPIRAN Gambar hasil setiap pengujian : 1. Uji Fehling (uji aldosa glukosa)

2. Uji Moore (uji aldosa glukosa)

3. Uji Molisch (Cincin Violet)

4. Uji Luff (uji maltose)

5. Uji Iod (amilum-biru kehitaman)

6. Hidrolisa (sampel karbohidrat)

Anda mungkin juga menyukai