Anda di halaman 1dari 7

Tapai ketan BAHAN : 1) ketan putih 1 kg 2) pewama hijau muda secukupnya 3) ragi tape 1 buah CARA MEMBUAT TAPE

KETAN : 1) Ketan dicuci bersih, diberi pewarna hijau secukupnya, dan direndam selama satu malam. 2) Kemudian, ketan dikukus hingga matang. Jika menginginkan hasil akhir berupa tape ketan lembek dan berair, pengukusan harus lebih lama sampai ketan menjadi lebih lembek. Dem ikian pula sebaliknya. 3) Ketan yang sudah dikukus didinginkan, kemudian dimasukkan ke dalam toples atau panci ya bertutup rapat. 4) Ragi digerus sampai halus. Agar tidak langsung mengenai ragi, gunakan plastik untuk membungkus alat penggerus. 5) Ragi ditebarkan dan dibalurkan secara merata seluruh ketan. Usahakan agar ketan dan ragi tidak terkena tangan, oleh karena itu ini bisa digunaka sendok. 6) Kemudian, wadah ditutup dengan rapat, dan disimpan di tempat gelap. Diberi pemberat di atas tutupnya. 7) Setelah 3-4 hari disimpan, tape diperiksa dengan mencium aroma yang keluar dan panci. Jika sudah tercium aroma tape yang khas berarti tape sudah jadi dan siap disantap. Tape ketan yang enak adalah yang terasa manis, alkoholis, dan berair. CATATAN : Keberhasilan pembuatan tape ketan ditentukan antara lain oleh ragi dan tingkat kebersihan. Pakailah ragi yang benar-henar benar baik, sehingga tape yang dihasilkan juga baik (fermentasi sempurna). Banyak tidaknya pemakaian ragi disesuaikan. Bila digunakan ragi yang bulat, pipih, dan agak kecil, bisa digunakan 1 buah per 1 kg ketan. Tingkat kebersihan dapat mempengaruhi keberhasilan fermentasi. Kondisi yang tidak bersih dapat menyebabkan adanya bakteri pembusuk lain Yang menghasilkan asam pada saat fermentasi. Sehingga tape ketan yang sehausnya manis, bisa menjadi asam (kecut). Oleh karena itu, haus diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi kontak antara tangan pembuat, alat gerus, dan sebagainya, dengan ragi dan ketannya. Warna tape ketan dapat disesuaikan dengan selera. Untuk membuat tape ketan putih, perlakuan sama, tetapi tanpa penambahan warna hijau. Adapun untuk membuat tape ketan hitam, gunakan beras ketan hitam dalam pembuatannya.

Proses pembuatan batik tulis: 1. Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil 2. Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan 3. Nyalakan kompor/anglo. Taruh malam/lilin ke dalam wajan dan panaskan wajan dengan api kecil sampai malam mencair sempurna. Biarkan api tetap menyala kecil

4. Mulailah membatik dengan cara ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas, kemudian goreskan canting dengan mengikuti motif yang telah ada. Hati-hati jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan kain karena akan mempengarufi hasil motif batik 5. Setelah semua motif tertutup malam, maka proses selanjutnya adalah proses pewarnaan 6. Siapkan bahan pewarna di dalam ember, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna dengan menggunakan kuas, ulangi sampai beberapa kali. 7. Tahap selanjutnya adalah proses penghilangan lilin batik dengan cara pengerakan dan melarod 8. Tahap terakhir dari proses pembuatan batik ini adalah proses pencucian dan penjemuran

1. Pemotongan bahan baku (mori) sesuai dengan kebutuhan. 2. Mengetel : menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan : minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Lalu mori diuleni setelah rata dijemur sampai kering lalu diuleni lagi dan dijemur kembali. Proses ini diulang-ulang sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai bersih. Proses ini agar zat warna bisa meresap ke dalam serat kain dengan sempurna. 3. Nglengreng : Menggambar langsung pada kain. 4. Isen-isen : memberi variasi pada ornamen (motif) yang telah di lengreng. 5. Nembok : menutup (ngeblok) bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai. 6. Ngobat : Mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna. 7. Nglorod : Menghilangkan lilin dengan cara direbus dalam air mendidih (finishing). 8. Pencucian : setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci sampai bersih dan kemudian dijemur

Teknik Pembuatan Batik Tulis dengan Warna Alami

Sekilas Batik Tulis yang menggunakan Pewarna Alami akan terlihat "mbladus" dan mudah pudar warnanya,dibanding dengan batik dengan pewarna Syntetis yang cenderung "Ngejreng". Penggunaan Warna Alami selain lebih Ramah Lingkungan, juga turut Melestarikan Kebudayaan Bangsa yaitu kembali seperti batik aslinya di zaman dulu ketika menggunakan bahan kayu ataupun akar pohon sebagai pewarna batik. Walaupun begitu tidak semua kayu dapat dijadikan pewarna batik. Diantara kayu yang dapat digunakan sebagai pewarna batik adalah kayu pohon Indigo yang menghasilkan warna Biru dan pohon Soga yang menghasilkan warna Coklat. Kayu soga ini mempunyai tiga macam jenis yaitu kayu Tingi, Tegeran, dan Jambal. Adapun secara lengkap bahan pewarna alami yang digunakan oleh Bixa untuk produk batiknya antara lain Indigofera Tinctoria, Bixa Orellana, Caesalpinia Sappan, Cundrania Javanensis (Machlura Rachanhinensis) Pelangi tidak akan indah jika tidak memiliki Warna begitu juga dengan Kain Batik Tulis. Jika hanya berupa Motif saja tentunya kain batik yang diciptakan akan menjadi kurang indah. Untuk memberikan nuansa indah tersebut kita membutuhkan warna dalam kain batik. Macam-macam pewarnaan Alami dalam Batik Tulis sebagai berikut: 1. Medel pemberian warna biru tua pada kain yang dicap klowongan dan tembok dengan cara dicelup. Dahulu proses ini menggunakan nila dari daun indigofera (daun-tom) karena memiliki daya pewarna lambat, maka harus dilakukan secara berulang-ulang dan penuh Kesabaran serta Ketelitian agar Pewarnaan nya bisa merata. 2. Celupan warna dasar Batik-batik Tulis daerah Pekalongan, Cirebon, Banyumas dan lainnya yang warnanya tidak diwedel namun diganti warna lain seperti violet, merah, hijau orange dan lainnya. Hal ini agar pewarnaan berikutnya tidak berubah. bahan pewarna yang bisa dipakai biasanya memiliki ketahanan yang baik seperti pewarna indigosol, Napthol/Indanthreen.

3. Menggadung

Yakni menyiram kain batik dengan larutan zat warna. Tekniknya dengan menggelar kain kemudian disiram dengan larutan pewarna. Cara ini menghemat zat warna namun menjadi agak kurang merata karena pemerataannya dilakukan dengan menyapunya. Pewarnaan ini sering dilakukan oleh pembatik di Pekalongan untuk warna pada kain sarung atau buket.

4. Coletan ( Dulitan ) Yakni pemberian warna dengan kuas atau dilukis dimana bagian yang diwarnai dibatasi oleh garis perintang Malam ( Lilin ). Pewarna yang biasa digunakan seperti Rapid dan Indigosol 5. Menyoga Pemberian warna coklat pada kain batik tulis. Bagi daerah jogja Solo, ini merupakan pewarnaan terakhir. Zaman dahulu pewarnaan menggunakan kulit pohon soga. Sekarang banyak digunakan pewarnan seperti Soga Ergan. Chroom. Kopel Naphtol, indigosol/kombinasii dari bahan bahan pewarna alami lain nya. Proses pembuatan Batik Tulis Warna Alami sebenarnya tidak susah, hanya saja memerlukan ketelatenan dan kesabaran. Umumnya untuk menghasilkan warna yang kita inginkan diperlukan waktu yang tidak sebentar. Kita akan menghabiskan waktu berhari-hari bahkan hingga hitungan minggu. Bahan untuk pewarnanya sendiri didapat dengan cara "mengekstrak" bagian-bagian dari tumbuhan penghasil celup, seperti Batang, Kulit kayu, Daun, Akar-akaran, Bunga biji-bijian, Buah-buahan, dan Getah pohon. Pengekstrakan dapat dilakukan baik pada temperatur rendah maupun temperatur tinggi dengan menggunakan air sebagai pelarut. Pembuatan batik warna alam terbagi tiga jenis yaitu bejana (rebus), fermentasi (pembusukan), dan direct (langsung). Agar bahan-bahan yang kita gunakan bisa menempel kuat di kain, proses pewarnaan harus dibantu dengan apa yang disebut "fiksasi". Jenis bahan fiksasi ada tiga, yaitu : 1. Kapur : untuk menghasilkan warna yang muda atau terang 2. Tawas : untuk memperoleh warna dasar atau asalnya 3. Tunjung : agar menghasilkan warna yang lebih tua. Bagian terpenting dalam Proses Pewarnaan Alami ini disebut "Mordanting". Bisa dikatakan, berhasil atau tidaknya suatu proses pewarnaan tergantung dari proses mordanting. Itu sebabnya mordanting harus dilakukan secara hati-hati, akurat, dan tidak terlalu cepat, agar menghasilkan warna yang stabil. Pada dasarnya mordanting dilakukan untuk menghasilkan warna-warna permanen. warna-warna

mordan yang umum digunakan adalah Alum, Chrome, Iron, Tin, Lime, dan Tannin. Namun yang biasa digunakan adalah Alum (Potassium aluminium sulphte), Iron (Ferrous sulphat/copperas/green vitriol), Lime (Ca Co3), dan Tannin, karena bahan ini "aman" digunakan.

Bila kita meninjau mengenai Batik Tulis maka kita bertanya terlebih dahulu dasi segi mana kita akan meninjau. Batik dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu sebagai Seni Batik dan Teknik Batik. Peninjau batik menurut segi seni batik yakni meninjau dari pewarnaan baik itu arti warna, keharmionisan dan sebagainya tentang pewarnaan. sedangkan dari segi teknik yakni melihat bahan, tenik maupun proses dalam pewarnaannya. penijauan ini saling berkaitan sangat sulit untuk memisahkannya kedua unsur ini. apalagi dengan meninjau secara kronologis urutan mengenai zaman maupun periode pembuatan hal ini karena bahan-bahan yang kita miliki belum terlalu lengkap. secara umum warna-warna yang sering dipapaki dalam pewarnaan batik sebagai berikut: 1. Warna hitam 2. warna biru tua 3. warna soga/ coklat 4. warna mengkudu/ merah tua 5. warna hijau 6. warna kekuningan 7. warna violet Zaman dahulu kain batik hanya dibuat dengan satu macam warna yakni Merah Tua atau Biru Tua seperti di daerah Jawa Barat yang disebut Kain Simbut dengan motif garis-garis berwana putih dan warna dasar Merah Tua. Di jawa tengah dikenal dengan Kain Kelengan yang berwarna dasar Biru Tua. batik dengan satu warna ini cukup popular di daerah Jawa Barat seperti "Kain Balakbag" dari Tasik dan Mego-Mendung serta Kain Bukit-Batu dari Cirebon. Dalam perkembangan selanjutnya pewarnaan menggunakan dua macam warna yakni biru tua dan warna soga atau coklat. Hal ini bergantung bagaimana proses pembuatannya, warna biru tua masih tetap atau berubah menjadi hitam kerna pengaruh warna coklat. Kain dengan pewarnaan ini cukup popular di daerah Jawa Tengah seperti dari Jogja, Sala, Semarang dan Ponorogo. sedangkan di daerah Jawa Barat dikenal denga proses Bedesan. di daerah Pekalongan, Lasem, Cirebon sudah biasa menggunakan warna-warna lain seperti hijau,kuning, merah dan ungu. Namun dengan perkembangan Teknologi Pewarnaan batik senantiasa berkembang dan semakin bervariatif. sehingga batik menjadi lebih hidup dan semakin berinteraksi dengan manusia selain dengan keindahan motif-motif yang dimilikinya, tanpa mengkesampingkan dampak terhadap alam sekitar karena sangat ramah lingkungan.

Tahapan Pembuatan
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis adalah sebagai berikut : 1. Langkah pertama adalah membuat desain atau motif batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga, burung dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil atau menggunakan kertas yang sudah ada gambar polanya kemudian ditempel dengan kain mori dan caranya diterawang untuk melakukan proses selanjutnya. 2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan lilin (malam) menggunakan canting dengan mengikuti pola tersebut, pada proses ini gawangan dipakai untuk menyampirkan kain mori yang sedang dilukis menggunakan canting, proses ini biasa disebut ngengkreng yang artinya melukis lilin ke kain untuk yang pertama kalinya. 3. Proses selanjutnya mengisi motif atau ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya, proses ini biasa disebut isen-isen,isen-isen dapat dibedakan dua jenis yaitu cecek dan sawut, yang dimaksud cecek adalah titik-titik kecil yang membentuk sebuah ornamen dan sawut adalah garis yang diulang-ulang untuk menutup sebuah ornamen yang nantinya akan diwarna sogan (coklat gosong). 4. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin (malam) pada bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna), proses ini biasa disebut nembok. Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar (penggunaan kuas untuk mempercepat proses). Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena. 5. Tahap berikutnya adalah proses medhel, proses ini adalah pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna biru tua. 6. Setelah selesai dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan (pengeringan cukup diangin-anginkan di tempat yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung). 7. Setelah proses diatas selesai kemudian dilakukan proses ngerok dan ngremok, yang dimaksud ngerok adalah proses pengerokan pada ornamen sawut yang nantinya dilakukan pewarnaan sogan dengan menggunakan pisau atau benda logam yang ujungnya tipis dan agak tajam, kemudian dilanjutkan proses ngremok yaitu mengucek atau mencuci bagian yang telah dikerok agar bersih dari lilin. 8. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin (malam) menggunakan canting untuk menutup bagian ornamen cecek dan ornamen lain yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama, proses ini biasa disebut mbironi yang artinya menutup untuk mempertahankan warna biru. 9. Setelah selesai proses mbironi kemudian dilanjutkan dengan proses nyogapada proses ini dilakukan pencelupan warna sogan yaitu warna coklat tua atau coklat gosong, pada proses ini ornamen sawut dan ornamen yang tidak ditutup dengan lilin yang akan berwarna sogan.

10. Proses berikutnya, menghilangkan lilin (malam) dari kain tersebut dengan cara mencelupkan kain tersebut berulang kali ke dalam air panas diatas tungku sampai lilin benar-benar bersih tidak menempel pada kain, proses ini biasa disebut nglorot yang artinya meluruhkan atau menghilangkan lilin dari kain. 11. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua, apabila diinginkan penambahan warna sesuai kombinasi warna yang dibutuhkan. Proses membuka dan menutup lilin (malam) dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan. 12. Proses selanjutnya atau proses terakhir adalah nglorot kembali, tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.

Anda mungkin juga menyukai