Anda di halaman 1dari 25

IKLAN DI RUANG KOTA

Kajian pola pemanfaatkan ruang perkotaan sebagai lahan pemasangan iklan di kota Bandung
Rene Arthur P/FSRD UK Maranatha

IKLAN

RUANG

KOTA

beli dominasi

Dua dimensi Tiga dimensi

Ruang publik Ruang privat

KOMERSIALISASI
KOTA RUANG IKLAN

POLUSI VISUAL

Bagaimana iklan memanfaatkan berbagai ruang kota (ruang publik-privat).


Mengidentikasi berbagai pola polusi visual iklan

Objek penelitian: Iklan luar ruang


(outdoor)

Teknik analisa data menggunakan


studi proxemics (studi makna jarak iklan dalam ruang geografi)

Tiga variabel analisis ruang (Danesi &Peron,1999) :

1. territoriality
teritori fisik yang objektif.

(teritorialitas) ruang sebagai sebuah

2. extension of self

ruang sebagai kepanjangan mental manusia. Jadi ruang merupakan kepanjangan gejala konotasi individual yang didasari konvensi sosia
(konotasi sosial) Konotasi sosial berarti ruang dilihat dari kacamata makna sosial

3. coded connotation

1. Pola Penjajahan Ruang


invasi setiap bidang di ruang kota, badan kios, tembok kosong, bak sampah dan, tiang listrik: Merusak estetika kota.

Teritorialitas: ruang-ruang berbagai lahan yang ada pada bangunan, sarana dan infrastruktur kota. Bidang kosong tersebut sebenarnya tidak diperuntukkan untuk beriklan, apalagi disewakan sebagai ruang iklan..

Ruang-ruang tsb menjadi kepanjangan diri (extension of self) para produsen dan pengusaha. konotasi sosial: bagi produsen dan para pengusaha, ruang kosong bernilai ekonomis tinggi, bisa secara cuma-cuma beriklan tanpa harus menyewa lahan iklan.

2. Pola Penjejalan Ruang


Menjejali satu titik ruang komersial strategis dengan beragam papan iklan. Ruang iklan melebihi kapasitasnya melalui penumpukan beragam papan reklame sehingga informasi iklan menjadi sukar dicerna dan menimbulkan kejenuhan komunikasi.

Contoh: PERSIMPANGAN JALAN Teritorialitas: persimpangan jalan sbg tempat pertemuan beberapa jalur jalan. Ekstensi diri : persimpangan jalan ruang kepentingan bagi pengendara; pilihan untuk ubah jalur: kanan, ke kiri, lurus atau berbalik. Tapi, bagi pengusaha dan pemerintah kota, ruang simpang jalan strategis untuk beriklan, karena mampu mengumpulkan banyak orang. Pengusaha membeli ruang-penguasa menyediakan dan menjual ruang untuk beriklan. Kini kepentingan ekonomi mengalahkan fungsi hakiki persimpangan jalan. Iklan mengabaikan fokus informasi, hirarki informasi dan estetika kota.

3 Pola Penutupan Ruang


Iklan menutupi keindahan kota/identitas kota : bangunan, pemandangan landmark. Contoh: Iklan di daerah Viaduct

Teritorialitas : ruang kosong di badan jembatan di daerah Viaduct. Sebelum kehadiran iklan, orang dapat menikmati pemandangan gunung Tangkuban Perahu di tempat ini. Ekstensi diri: Bagi pengusaha, ruang kosong ini = potensi beriklan. Bagi kota= identitas/ciri kota. Konotasi sosial: ekstensi diri kota takluk pada ekstensi diri kepentingan bisnis para pengusaha yang hanya mengutamakan kepentingan bisnis saja dengan menutup ruang. Pemasangan dan penataan yang rapi tidak selalu memecahkan masalah polusi visual.

4. Pola Penggusuran Ruang


Ruang publik dan fasilitas publik, seperti taman, lapangan, jalan, trotoar, ruang terbuka digusur untuk dijadikan lahan bagi pemasangan iklan.

5 Pola Pengalihan Ruang

Memanfaatkan ruang-ruang pada rumah-rumah pribadi : tembok, atap atau bagian lainnya cukup terlihat dari sisi jalan dijadikan media untuk pemasangan ikla.. Dari sudut pemasaran, cara ini merupakan cara yang kreatif untuk mengatasi kelangkaan dan mahalnya ruang beriklan di perkotaan. Tetapi sebenarnya telah terjadi pengalihkan ruang privat menjadi ruang komersial.

Teritorialitas : rumah milik pribadi merupakan ruang privat penghuninya. Sekalipun demikian, ada bagian dari rumah yang dapat dilihat orang luar, bahkan dibanggakan oleh pemilik rumah : eksterior rumah yang indah. Sebagai area pribadi, tidak semua orang diijinkan masuk area rumah. Ada pembatas tanaman, pagar, atau bahkan pos satpam. Bagian rumah tampak bagi publik selain mampu menyenangkan orang karena indah, dapat pula merusak pemandangan kota karena kurang terawat.

iklan-iklan di ruang publik merupakan ekstensi diri para pengusaha : Ukuran dan jangkauan pemasangan menjadi petanda besarnya kapital yang dimiliki produsen. Dari dimensi konotasi sosial, terdapat perbedaan hakiki karena kedua belah pihak memberi makna yang berbeda terhadap ruang masing-masing: rumah merupakan ruang privat, iklan merupakan ruang publik. Dunia periklanan yang selalu mencari cara-cara kreatif untuk menarik perhatian publik akhirnya memanfaatkan rumah sebagai media beriklan Akibatnya terjadi polusi visual dalam wujud homogenisasi lanskap kota.

6 Pola Penumpangan Ruang


Simbol-simbol kewibawaan pemerintahan ditumpangi iklan sehingga terjadi ambiguitas fungsi dan devaluasi kewibawaan aparat.

iklan-iklan yang menumpang pada papan informasi lainnya. Namun hal ini bermasalah ketika yang ditumpangi itu memuat informasi yang dikeluarkan oleh lembagalembaga yang harus menjaga kewibawaannya dan bersikap netral.

Di Bandung, terdapat pos polisi dan berbagai rambu polisi yang ditumpangi oleh iklan. Teritorialitas: pos polisi beserta perangkatnya memiliki ciri warna, logo dan tipe huruf tertentu yang menyatakan bahwa ini pos polisi dan rambu resmi dari pihak kepolisian. Ekstensi: Pos polisi dan perangkat lalu lintas menjadi cermin kewibawaan polisi. Berbagai sarana dan peralatan yang mendukung kinerja polisi menjadi perpanjangan dari wibawa penegakan hukum.Tetapi ternyata, bidang yang sakral ini tidak luput dari komersialisasi. Bidang penuh wibawa ini juga ditumpangi ekstensi diri para pengusaha dalam bentuk promosi produk.

Timbul konotasi sosial negatif: Apakah ada kerjasama antara pengusaha dan kepolisian? Apakah negara begitu miskinnya sehingga harus disponsori oleh pengusaha? Atau ini merupakan gambaran hubungan akrab pengusaha dan penegak hukum? Terjadi kerancuan citra lembaga penegak hukum. Dari segi desain komunikasi visual, pesan pesan semacam ini menimbulkan kerancuan informasi.

simpulan
Pola pemanfaatan ruang oleh iklan di kota Bandung terlalu mementingkan segi komersil sehingga menghasilkan polusi visual. Masalah polusi visual tidak dapat diatasi secara umum, tetapi harus harus dilihat kasus perkasus, zona per zona dengan menilik pola penyebab polusi visual. Pengembalian berbagai ruang kota yang ada kepada fungsi hakikinya, bukan hanya membersihkan polusi visual, tetapi juga berdampak pada penertiban mentalitas penghuni kota.

Sekian terimakasih

Anda mungkin juga menyukai