Anda di halaman 1dari 8

Street Graphics sebagai Galeri Jalanan

Rene Arthur

Kota dan jalan merupakan dua hal yang tak


terpisahkan. Secara fisik jalan merupakan bagian
dari kota, namun secara psikologis jalan berperan
besar dalam membentuk identitas kota. Banyak
kota dikenal karena keunikan jalannya. Kota Yogya
memiliki jalan Malioboro, Bandung memiliki Braga,
Dago, Cihampelas dstnya.

Ada berbagai faktor yang membuat suatu jalan


terkenal, antara lain peristiwa bersejarah,
makanan yang khas, bentuk bangunan, barang
dagangan dan juga berbagai elemen seni rupa
yang ada. Seni rupa yang terdapat di jalan, apapun
bentuknya tidak dapat dikesampingkan begitu
saja, karena melalui seni rupalah orang
menawarkan dagangan, mengemas produknya,
menandai suatu lokasi, memperingati suatu
peristiwa atau memberi identitas yang khas.
Jadi berbagai jalan itu bukan saja berfungsi
sebagai tempat lalu lalang manusia, tetapi juga
tempat memajang dan menyaksikan berbagai rupa
huruf, berbagai gaya dan tema gambar, disajikan
dalam beraneka warna, teknik, bahan, dimensi dan
misi. Inilah yang biasa disebut sebagai desain
grafis jalanan atau Street Graphic.

Pemahaman Street Graphics


Apakah yang dimaksud dengan street graphic? Ada
pelbagai batasan yang diberikan. Dalam tulisan ini
street graphics tidak hanya berarti desain grafis
vernacular atau public art (seperti graffiti, stencil
graffiti, sticker art, street poster art, art
intervention dan instalasi jalanan), tetapi juga
mencakup stiker, poster, corporate identity,
rambu, kemasan, iklan, logo, marka jalan hasil
karya desainer vernacular maupun desainer
profesional. Ke dalam kelompok ini masih dapat
ditambahkan karya mural, grafitti, instalasi jalanan
karena karya-karya ini juga dianggap
menyampaikan pesan.

Galeri Desain Grafis Jalanan


Jalanan merupakan ruang public yang berbeda
dengan rumah yang merupakan ruang personal.
Suatu karya seni/desain grafis dapat berada di
ruang personal dimana tidak setiap orang dapat
bebas mengakses desain tersebut atau berada di
ruang publik dimana semua orang bebas melihat
dan menikmati apa yang tersaji di depan matanya.
Begitu desain tersebut ditampilkan di jalanan, ia
menjadi milik umum.
Street graphic dapat dilihat sebagai ruang pamer
atau galeri dari berbagai karya seni rupa/desain
grafis. Dapat dikatakan hampir seluruh lahan jalan
dimanfaatkan oleh desain grafis, mulai dari tepi
jalan misalnya, desain grafis hadir di etalase toko,
di billboard, di batang pohon, tiang listrik, di kios,
di kedai makanan dan di papan nama toko. Lebih
jauh dari tepi jalan ada jajaran gedung-gedung
yang juga tidak luput dari sentuhan desain grafis
berupa papan nama dan grafis skala besar di
dinding gedung. Lalu desain grafis hadir di jalan
itu sendiri dalam rupa marka dan rambu lalu lintas,
street furniture seperti pos polisi dan perhentian
bus kota dan pada berbagai badan kendaraan.
Akhirnya, setiap tikungan jalan dan berbagai titik
strategis tak luput dari pemanfaatan media grafis.
Street graphics merupakan galeri raksasa yang
beratapkan langit dan berdindingkan
bangunan/tanaman di tepi jalan. Benarlah jika ada
pendapat yang mengatakan bahwa orang tidak
perlu pergi ke musium, desain grafislah yang
mendatangi kita (Landa: 2006).

Apa yang dikemukakan diatas barulah gambaran


umum tentang street graphics. Keunikan street
graphic dapat dilihat diberbagai kota indonesia
sesuai dengan kekayaan budaya daerah tersebut.
Berwisata semestinya tak hanya wisata kuliner
atau barang kerajinan, tetapi juga wisata budaya
rupa yang bertujuan mengapresiasi berbagai
street graphic di tanah air. Di pihak lain,
kekayaan street graphic Indonesia perlu segera
didokumentasikan secara visual. Antara lain
dengan memotret ’galeri jalanan’ ini secara
berkala Misalnya street graphic jalan Cihampelas
di tahun 80an, 90an, dan di tahun 2000 dstnya.
Ini perlu diupayakan karena street graphic sendiri
bersifat temporer, berubah seiring dengan
dinamika budaya, ekonomi dan teknologi
masyarakat. Sebagai contoh saat ini papan nama
toko yang dibuat dengan tulisan tangan/lettering
yang khas mulai digantikan oleh printout spanduk
vinyl cetak komputer yang dianggap lebih praktis
dan atraktif, padahal sebenarnya berpenampilan
impersonal, kaku dan homogen. Amat disayangkan
apabila desain lama tidak segera
didokumentasikan.

Dari dokumentasi ini ada banyak hal yang dapat


dipelajari. Selain punya nilai historis, dokumentasi
visual street graphic dapat bercerita banyak
mengenai kebiasaan dan gaya hidup saat itu.
Selain itu, dokumentasi juga dapat menjadi
referensi visual sumber inspirasi para seniman.

Pameran Multi Talenta


Dalam wadah street graphics, desain grafis dibuat
dan hadir untuk semua kalangan, termasuk
golongan menengah ke bawah. Lihat saja
pemandangan di jalan- jalan kota. Di samping
papan nama cafe, billboard, megatron; ada pula
warung tegal, terima jahit jeans, gerobak tukang
mie baso. Sekalipun bersahaja, mereka juga
mempromosikan diri melalui papan nama, logo dan
huruf. Masih banyak contoh lainnya, suara rakyat
tampil dalam bentuk gambar dan huruf di badan
angkot, truk, gerobak, dllsbgnya. Kesemuanya itu
dapat dilihat sebagai karya desain grafis, yang di
’desain’ oleh desainer jalanan, untuk konsumen
rakyat sederhana. Desainer jalanan belajar
otodikdak dan memakai peralatan sederhana
untuk membuat desain. Prinsip desain mereka
umumnya intuitif, imitatif dan terkadang naif dan
unik. Menurut Juan Carlos Meno dalam buku
Mexican Street Graphics, kelompok ini memiliki
satu kesamaan, yaitu mereka tidak belajar aturan
desain akademis, konvensi seni rupa ataupun
trend desain mutakhir. Mereka hanya terikat pada
suatu persaudaraan, tradisi vernakular dan inilah
yang membuat karya mereka bergaya unik (Mena,
2007:3).

Jadi street graphic itu dihasilkan oleh bermacam-


macam kalangan. Pertama desainer akademis
atau gedongan. Inilah desainer grafis yang belajar
di sekolah desain. Kelompok pertama ini biasanya
peduli ‘grid’, menerapkan prinsip-prinsip grid dan
hukum tipografi dalam mendesain. Namun street
graphics bukan monopoli desain modern, selain
desain karya kelompok akademis, ada pula
desainer non akademis atau desainer jalanan.
Desainer semacam ini membuat desain
berdasarkan pengalaman, intuisi dan tradisi. Oleh
karenanya mereka bekerja tanpa perencanaan dan
sketsa. (Mena, 2008 :3).
Para desainer jalanan dapat lebih berbakat dan
lebih mencintai pekerjaannya dibanding desainer
akademis.
Selanjutnya adalah kelompok ke3, yakni kelompok
desainer amatiran. Kelompok ini tidak memiliki
latar pendidikan desain grafis akademis, namun
punya akses kepada peralatan grafis yang cukup
memadai. Kelompok jenis ini yang suka mendesain
dan mau belajar ilmu desain praktis. Termasuk
juga dalam golongan ini adalah mereka yang
merasa bisa mendesain karena kemudahan
teknologi digital. Teknologi digital berperan
memperkenalkan publik kepada berbagai bidang
komunikasi visual yang sebelumnya hanya bisa
diakses para ahli. Sekarang setiap orang dapat me-
layout dokumen bertampilan profesional dengan
menggunakan template software mutakhir
(Poynor,2004). Kelompok terakhir adalah adalah
mereka yang terpaksa berfungsi sebagai desainer
karena dorongan kebutuhan finansial. Dari ke
empat kelompok inilah berbagai karya street
graphic bersumber.
Secara garis besar, keempat kelompok ‘desainer’di
atas melahirkan 2 gaya visual street graphic.
Gaya elegan karya desainer grafis sekolahan yang
sarat dengan prinsip dan aturan desain modern
dan desain bergaya naïf karya rakyat jelata yang
sering dinilai ‘jelek’.
David Byrne membahas masalah ini panjang lebar
dalam eseinya ‘Nostalgia for The Real-or Good is
Bad”. Menurut Byrne, dalam street graphic desain
yang dianggap jelek merupakan desain yang baik.
Sebaliknya, desain bagus berselera tinggi adalah
desain yang buruk. Byrne mengatakan desain yang
perfect kini dapat dihasilkan dengan satu klik
mouse. Perlahan tapi pasti orang mulai menyadari
ada sesuatu yang hilang dalam dunia ini ketika
komputer mulai mengambil alih kehidupan kita.
Manusia mulai menyadari bahwa garis bengkok
kadangkala lebih berjiwa dari pada garis lurus
sempurna. Manusia mulai menyadari bahwa
ketidak sempurnaan itu manusiawi.
Ditengah bombardir visual komputer yang
sempurna, tiba-tiba hasil karya tangan yang tidak
sempurna dan irregular menjadi bermakna. Byrne
berkata desain grafis vernacular lebih berjiwa,
beraroma, humoristis dan bersahaja.
Street graphic merupakan wadah yang tepat,
dimana semua tipe desainer, dengan berbagai
bakatnya diberi kesempatan untuk bersuara.
Ruang Multifungsi
Dalam suatu kota, street graphic memiliki berbagai
peranan. Isaac Victor Kerlof dalam esai berjudul
‘Graphisme Fonctionel Populaire Mexicain’
mengatakan bahwa fungsi street graphics
melampaui tujuan awal pembuatannya. Signage,
poster, mural dan label tidak hanya berfungsi
identitas tetapi juga memunculkan fantasi,
mengungkapkan ilusi, menguak tabu, dan
terkadang berdialog dengan para pengguna jalan.
Fungsi komersil. Mayoritas desain grafis jalanan
bersifat komersil. Berbagai gambar dan huruf
yang dibuat untuk menawarkan produk/ jasa dan
membujuk calon konsumen: papan nama dokter,
café, outlet, tukang pijat, supermarket, bengkel,
iklan shampoo dllnya.
Fungsi identitas. Street graphic dapat berperan
memberi identitas visual kota yang kuat untuk
mengimbangi bagian kota modern yang didesain
terlampau homogen. Identitas yang kuat ini juga
menguntungkan bagi brand image kota yang
bersangkutan. Seperti yang telah dikemukakan di
bagian awal tulisan, suatu kota dapat dikenal
karena street graphicnya yang unik.
Fungsi Inspiratif. Atmosfer lingkungan street
graphic dapat menjadi lahan subur berbagai
gagasan dan mendorong orang untuk berkreasi.
Fungsi Dialog. Pesan komersial hanya salah dari
sekian jenis pesan yang ada pada street graphic.
Pada dasarnya street graphic menggunakan
bahasa visual untuk berdialog dengan para pelihat.
Melalui gambar dan huruf berupa mural, graffiti,
ornament dan warna dapat mengirimkan pesan
yang provokatif, anarkis, atau sebaliknya
menghibur dan humoristis.
Inilah kelebihan dari street graphics sebagai galeri
jalanan, lokasi pamerannya berada di ruang publik,
para pesertanya dan pesan yang disampaikan
lewat karya seninya tidak tunggal nada, tetapi
amat heterogen.

Daftar Pustaka
Juan Carlos Mena,Oscar Reyes Mena, Sensacional!
Mexican Street Graphics, Princeton Architectural
Press, New York, 2002.
www.bansky.co.uk/outdoors
www.sixspace.com/gallry/shepard2003/index.php
www.ruavista.com

Amy Mandelker, Writing Urban Spaces: Street


Graphics and The Law as Postmodern Design and
Ordinance,1994

Anda mungkin juga menyukai