Anda di halaman 1dari 22

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA

Disusun oleh: Astria Putri Utami G1D008009 Irwan Sigit Pradipta G1D008010 Dani Indriyani G1D008015 Anne Diana Putri G1D008016 Gina Tri Ayu Ramadhan G1D008017 Dwi Seyo Rini G1D008029 Ferra Febriani G1D008036 Rizki Rahadianto G1D008057 Endang Sulistyowati G1D008058 Kelompok: 1 (Satu) Kelas: A1

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita kebutaan 16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar 0,2 % kebutaan di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei Departemen Kesehatan RI 1982-1996 melaporkan bahwa galukoma

menyumbang 0,4 5 atau sekitar 840.000 orang dari 210 juta penduduk penyebab kebutaan. Kondisi ini semakin diperparah dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah akan bahaya penyakit ini. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang

mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %, konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaucoma 0,40 %, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02 %, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi total 1,47 % (Ilyas, 2004).

Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan Glaukoma (Smeltzer, 2001).

B. Rumusan masalah a. Apakah definisi glaukoma ? b. Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis pada glaukoma? c. Bagaimana penatalaksanaan glaukoma ? d. Bagaimana asuhan keperawatan dengan glaukoma?

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Ilyas, 2006). Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan

intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang (RS Mata dr. YAP, 2009). Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata (Ilyas, 2006).

B. Klasifikasi Glaukoma Menurut Ilyas (2003) klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut : a. Glaukoma primer 1. Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh

perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. 2. Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit) Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. b. Glaukoma sekunder Dimana glaukoma timbul akibat kelainan didalam bola mata, yang dapat disebabkan (kelainan lensa, katarak immature, hipermatur dan dislokasi lensa; kelainan uvea, uveitis anterior; trauma, hifema, inkarserasi iris; pasca bedah, blokade pupil, goniosinekia). Terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . c. Glaukoma kongenital Glaukona kongenital adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal. Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg. Glaucoma yang terjadi sejak lahir, ini terdapat lebih jarang dari pada glaukoma pada orang dewasa. Glaukoma kongenital biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.

d. Glaukoma absolut Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

C. Etiologi Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh : y y Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

D. Manifestasi Klinis Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut terbuka) dapat tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang berat terjadi, sehingga dikatakan sebagai pencuri penglihatan. Berbeda pada glaukoma akut sudut tertutup, peningkatan tekanan TIO berjalan cepat dan memberikan gejala mata merah, nyeri dan gangguan penglihatan. 1. Peningkatan TIO Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya TIO menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa faktor, meliputi tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal atau lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg

dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan mencetuskan oklusi pembuluh darah retina 2. Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian cairan oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat (glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan halo di sekitar cahaya. 3. Nyeri, bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka.

4. Penyempitan lapang pandang Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf optik menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang biasanya menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada glaukoma stadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat (tunnel vision), meski visus pasien masih 6/6. 5. Perubahan pada diskus optik Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa penggaungan dan degenerasi papil saraf optik. 6. Oklusi vena 7. Pembesaran mata Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak. Pada anak-anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).

E. Patofisiologi Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitelprosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa.Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik matadepan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan. Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati.Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimula dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal ( Waluyo ,2010 ).

F. Pathway Nyeri Tekanan intra okuler meningkat


Menekan syaraf optickdan retina

b/d

peningkatan

tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah

Serabut syaraf iskemik

Kerusakan jaringan perifer menuju ke fovea sentralis Gangguan lapang pandang

Kemungkinan,kenyataan kehilangan penglihatan

Ansietas fisilogis,

b/d

faktor

perubahan

Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif

status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan .

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber

G. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang 1. Penilaian dugaan glaukoma memerlukan pemeriksaan slit lamp lengkap yaitu: a. Mengukur tekanan ocular dengan tonometer. Tekanan normal sebesar 15,5 mmHg. Batasnya ditentukan sebagai 2 standar deviasi di atas dan di bawah rata-rata (11-21 mmHg). Pada glaukoma sudut terbuka kronis, tekanan ini biasanya sebesar 22-40 mmHg. Pada glaukoma sudut tertutup, tekanan meningkat hingga diatas 60 mmHg. b. Memeriksa sudut iridokornea dengan lensa gonioskopi untuk mengkonfirmasi adanya sudut terbuka. c. Menyingkirkan penyakit mata lainnya yang dapat menyebabkan glaukoma sekunder. d. Memeriksa lempeng optik dan menentukan apakah mengalami cupping patologis. Cupping merupakan ciri normal lempeng optik. Lempeng dinilai dengan memperkirakan rasio vertikal mangkuk terhadap lempeng sebagai suatu keseluruhan (rasio mangkuk terhadap lempeng, cup to ratio). Pada mata normal, ratio ini biasanya tidak lebih besar dari 0,4. Namun terdapat kisaran angka yang cukup besar (0-0,8) dan ukuran manguk optik berkaitan dengan ukuran lempeng optik. Pada glaukoma kronis, akson yang memasuki papil saraf mati. Mangkuk sentral meluas dan pinggir serabut saraf menjadi lebih tipis. Papil saraf optik menjadi atrofi. Rasio mangkuk terhadap lempeng pada bidang vertikal lebih besar dari 0,4 dan mangkuk menjadi lebih dalam. Jika mangkuk dalam namun ratio mangkuk terhadap lempeng lebih kecil dari 0,4 maka kemungkinan bukan glaukmakronis kecuali bila lempengan sangat kecil. Takik pada pinggir lempeng yang menandai hilangnya akson fokal juga merupakan tanda kerusakan glaukomatosa. 2. Tes lapang pandang digunakan untuk menegakkan adanya pulau-pulau lapang pandang yang menghilang(skotomata) dan mengamati pasien untuk menentukan apakah kerusakan visual bersifat progresif.

3.

Pada glaukoma sudut tertutup penilaian yang dihasilkan pada pemeriksaan adalah tajam penglihatan berkurang, mata terlijat merah, kornea berawan, dan pupil oval, terfiksasi dan terdilatasi ( James dkk, 2006).

H. Komplikasi Menurut Elizabeth (2009) komplikasi glaukoma terdiri dari : 1. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Glaukoma penutupan sudut akut adalah suatu kedaruratan medis. 2. Agen topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapasan, atau neurologis. 3. Sinelia anterior perifer Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran mata keluar. 4. Katarak Lensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa yang membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan menambah hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut. 5. Atrofi retina dan saraf optik Daya tahan saraf mata terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk. Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan sel-sel ganglion.

I. Penatalaksanaan Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaukomadapat dicegah untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan danrusaknya saraf penglihat. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ketingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi ( Harnawartiaj, 2008) :

1. Terapi obat. a. Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral.2) b. Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam. 2. Bedah lazer. Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus danmenurunkan TIO. 3. Bedah konfensional. 4. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian irisunutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior keanterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakansaluran balu melalui sclera

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Data demografi, yang meliputi : Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur kurang lebih 40 tahun. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit putih. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata 2. Aktivitas/Istirahat Perubahan aktivitas penglihatan 3. Makanan/Cairan Mual, muntah (glaukoma akut) 4. Nyeri/Kenyamanan: Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tibatiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut). 5. Neurosensori : Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). 6. Riwayat keluarga Apakah keluarga mengalami glaukoma, DM, 7. Riwayat pasien: mengalami trauma atau pembedahan mata atau pernah mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang. Apakah ada riwayat penggunaan obat misalnya antidepresan trisiklik, anthihistamin biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan

(menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), fenotiasin, inhibitor monoamine oksidase (MAO), antikolinergik, antispasmotik, dan anti Parkinson.

8.

Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan dengan oftalmoskop untuk mengkaji kerusakan saraf optikus, untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan dalam pada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris. b. Pemeriksaan lapang pandang perifer : Pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap. c. Pemeriksaan melalui inspeksi Untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. d. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) e. Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma. f. Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan. g. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM (Brunner & Suddart. 2002).

B. Diagnosa 1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah. 2. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. 3. Ansietas berhubungan dengan faktor fisilogis, perubahan status

kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup

4.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah

C. Intervensi No 1 Diagnosa Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan okuler yang dengan intra (TIO) ditandai mual Tujuan Nyeri Kriteia hasil hilang a. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan penilaian nyeri b. Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang c. Ekspresi rileks wajah Intervensi a. Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri

atau berkurang

akan b. Kaji tingkatan nyeri untuk menentukan

dosis analgesik c. Anjurkan istirahat

ditempat tidur dalam ruangan yang tenang d. Atur sikap fowler 30 atau dalam posisi

dan muntah

nyaman. e. Hindari mual, muntah karena ini akan

meningkatkan TIO f. Alihkan pada perhatian yang

hal-hal

menyenangkan g. Berikan analgesik

sesuai anjuran 2 Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan Penggunaan penglihatan yang optimal a. Pasien akan a. Pastikan kehilangan penglihatan b. Dorong akan mengekspresikan derajat/tipe

berpartisipasi dalam program pengobatan b. Pasien

dengan gangguan penerimaan, gangguan status ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. organ

mempertahankan lapang ketajaman tanpa lebih

perasaan kehilangan kemungkinan kehilangan penglihatan

tentang /

penglihatan kehilangan lanjut

c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh tetesan,

menghitung

menikuti jadwal, tidak salah dosis d. Lakukan untuk pasien tindakan membantu menangani

keterbatasan penglihatan, kurangi kekacauan,atur perabot, memutar ingatkan kepala ke contoh,

subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah

penglihatan malam e. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi 3 Ansietas berhubungan dengan fisilogis, perubahan status kesehatan, faktor Cemas hilang atau berkurang a. Pasien rileks tampak dan a. Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini b. Berikan informasi

melaporkan ansitas menurun tingkat diatasi b. Pasien sampai dapat

adanya

nyeri,

menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah c. Pasien menggunakan sumber efektif secara

yang jujur.

akurat

dan

kemungkinan/k enyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup

Diskusikan

kemungkinan bahwa pengawasan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan c. Dorong pasien untuk mengakui dan mengekspresikan perasaan d. Identifikasi sumber/orang yang menolong masalah dan

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,

Klien mengetahui tentang kondisi,progno sis dan

a. pasien menyatakan a. Diskusikan perlunya pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan b. Mengidentifikasi hubungan gejala/tanda dengan penyakit c. Melakukan prosedur benar dengan dan proses antar menggunakan identifikasi b. Tunjukkan yang tehnik benar

pengobatannya

pemberian tetes mata c. Izinkan pasien

mengulang tindakan d. Kaji pentingnya

mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata

menjelaskan alasan e. Diskusikan obat yang tindakan harus contoh dihindari, midriatik,

salah interpretasi ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat

kelebihan pemakaian steroid topical f. Identifikasi samping/reaksi merugikan pengobatan (penurunan nafsu dari efek

makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll. g. Dorong pasien

mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dicegah dapat

membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup h. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men menggunakan ketat dan sempit. i. Diskusikan pertimbangan diet, dorong, baju

cairan adekuat dan makanan berserat. j. Tekankan pemeriksaan rutin. k. Nasehatkan untuk pasien

melaporkan

dengan cepat nyeri mata inflamasi, hebat,

peningkatan fotofobia, peningkatan lakrimasi, perubahan lapang penglihatan pandang, kabur,

kilatan sinar/partikel ditengah pandang l. Anjurkan keluarga anggota memeriksa lapang

secara teratur tanda glaukoma.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan y Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang (RS Mata dr. YAP, 2009). Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata (Ilyas, 2006). y Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus pasien dengan glaukoma ada 4, yaitu : a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah. b. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. c. Ansietas berhubungan dengan faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan

penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi ditandai dengan

pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah

B. Saran Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma, secara cepat lakukanlah pemeriksaan dini agar glaukoma dapat segera ditangani dan tidak berkelanjutan. Kewaspadaan terhadap glaukoma juga seharusnya lebih diperhatikan dan ditingkatkan, dengan cara melakukan pemeriksaan berkala minimal 2 kali setahun, terutama bagi mereka yang memiliki resiko terkena glaucoma.

DAFTAR PUSTAKA

Bruce James, Chris Chew dan Anthony Bron. (2006). Lecture Notes Oftalmologi, Edisi 9. Erlangga Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth. J. (2009) Buku saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3. Jakarta: EGC. Harnawatiaj. (2008). Konjungtivitis. Dalam http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/. Diperoleh tanggal 13 Desember 2011 Ilyas, S. (2006). Ilmu Penyakit Mata Ed 3. 205-216. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Khaw, T., Shah, P., Elkington, AR. (2005). ABC of Eyes 4th Edition. 52-59. London: BMJ Publishing Group. RS Mata dr. YAP. Diagnosis dan Penanganan http://www.rsmyap.com (diakses 15 Desember 2011). Glaukoma.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Vaughan, Daniel G, MD, Asbury, Taylor, MD, dan Riordan-Eva, Paul, FRCS, FRCOphth. Editor; Diana Susanto. Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta. 2009. hal; 12 dan 212-229 Waluyo, Sunaryo joko. (2009). Askep Glaukoma. Dalam http://askep akper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html.Diperoleh tanggal 13 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai