Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN ONKOLOGI

SASARAN BELAJAR
1.
2.

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN OBESITAS


DEFINISI
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI BMI
GEJALA
DIAGNOSIS
KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN ONKOLOGI

DEFINISI

Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidak


seimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan pemakaian energi (energy
expenditure).
Istilah normal, overweight dan obese dapat berbeda-beda, masing-masing negara
dan budaya mempunyai kriteria sendiri-sendiri, oleh karena itu, WHO menetapkan suatu
pengukuran / klasifikasi obesitas yang tidak bergantung pada bias-bias kebudayaan.
Metoda yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah
BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat
dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Keterbatasan BMI adalah tidak dapat digunakan bagi:

Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan


Wanita hamil
Orang yang sangat berotot, contohnya atlet

BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko penyakit
tertentu yang disebabkan karena berat badannya. Seseorang dikatakan obesitas dan membutuhkan
pengobatan bila mempunyai BMI di atas 30, dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan BB
sebanyak 20%.

Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998)

Kategori

BMI (kg/m2)

Underweight

< 18.5 kg/m2

Batas Normal
Overweight:
Pre-obese
Obese I
Obese II
Obese III

18.5 - 24.9
kg/m2
> 25
25.0 29.9
kg/m2
30.0 34.9kg/m2
35.0 - 39.9
kg/m2
> 40.0 kg/m2

Resiko Comorbiditas
Rendah (tetapi resiko terhadap
masalah-masalah klinis lain
meningkat)
Rata-rata

Meningkat
Sedang
Berbahaya
Sangat Berbahaya

Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI pada


Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori

BMI (kg/m2)

Underweight

< 18.5 kg/m2

Batas
Normal
Overweight:

18.5 - 22.9
kg/m2
> 23
23.0 24.9
kg/m2
25.0 29.9kg/m2
> 30.0 kg/m2

At Risk
Obese I
Obese II

Risk of Co-morbidities
Rendah (tetapi resiko terhadap
masalah-masalah klinis lain
meningkat)
Rata rata

Meningkat
Sedang
Berbahaya

PATOFISIOLOGI
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas

primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat
adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses
fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran
energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi
melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal
aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat
anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula
bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2
kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan
dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida
gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam
peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin
yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian
merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y
(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan
energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi
rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu
makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya
kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.

GEJALA KLINIS
Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :
- apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang)

- pear shape body/gynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul dan
paha)
Secara klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain :
- wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap
- leher relatif pendek
- dada membusung dengan payudara membesar
- perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen
- pada anak laki-laki : Burried penis, gynaecomastia
- pubertas dini
- genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam
saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit.

DIAGNOSIS
PENYEBARAN LEMAK
Lingkar Pinggang dan Perbandingan antara lingkar pinggang dengan
lingkar pinggul
Mengetahui jumlah total lemak di dalam tubuh adalah hal utama untuk
mengetahui tingkat obesitas dan bahaya kesehatan yang ditimbulkannya, hal lain
yang juga tak kalah penting adalah mengetahui distribusi atau lokasi lemak
tersebut.

PRIA
Pengukuran

Resiko
sangat
meningkat

Resiko
Meningkat

WANITA
Resiko
Resiko
sangat
Meningkat
meningkat

Lingkar pinggang

>
94cm

> 102cm

> 80cm

> 88cm

Perbandingan
lingkar
pinggang/lingkar
pinggul

0.9

1.0

0.8

0.9

Bentuk Tubuh

Cara lain untuk mengetahui distribusi lemak tubuh adalah dengan cara
melihat bentuk tubuh. Terdapat 3 macam bentuk tubuh berdasarkan karakteristik
distribusi lemak.
1.

Gynoid (bentuk peer)


Lemak di simpan disekitar pinggul dan bokong, tipe ini cenderung
dimiliki wanita. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya
kecil, kecuali reesiko terhadap penyakit artritis dan varises(varicous vein)

2.

Apple shape (android)


Biasanya terdapat pada pria, di mana lemak tertumpuk disekitar perut.
Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe
gynoid, karena sel-sel lemak disekitar perut lebih siap melepaskan
lemaknya ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak
lain. Melihat hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang pria
kurus dengan perut gendut lebih beresiko dibandingkan dengan pria yang
lebih gemuk dengan perut lebih kecil.

3.

Ovid (Bentuk Kotak Buah)


Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid
umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.

CARA PEMERIKSAAN
1. Anamnesis :
Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound,
remaja
Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)
Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
Riwayat gaya hidup :

2.

a)

Pola makan/kebiasaan makan

b)

Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi

Pemeriksaan fisik :
Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas

3.
Pemeriksaan penunjang : analisis diet, laboratoris, radiologis,
ekokardiografi dan tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan).
4.

Pemeriksaan antropometri :
- Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal
(BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut
obesitas bila BB > 120% BB Ideal.
- Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P
> 95 kurva IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.
- Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold
thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps P > 85.
- Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri,
hidrometri

KOMPLIKASI
1.

Kardiovaskuler

Terkait dengan: peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL-kolesterol dan


tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol.
2.

Diabetes Mellitus tipe-2

Jarang ditemukan pada anak obesitas, tetapi hampir semua anak obesitas
dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau P > 99.

3.

Obstructive sleep apnea

Sering dijumpai dengan gejala mengorok. Gejala ini berkurang seiring


dengan penurunan berat badan.
4.

Gangguan ortopedik

Disebabkan tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri


panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul akibat kelebihan berat badan.
5.

Pseudotumor serebri

Adanya gangguan jantung dan paru pada obesitas, menyebabkan peningkatan


kadar CO2 dan peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat menimbulkan sakit
kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan
iritabilitas.
6. Problem psikososial.
Karena obesitas merupakan bentuk tubuh yang tidak menyenangkan serta
adanya anggapan bahwa anak obesitas identik dengan malas, jorok, bodoh,
jelek, pembohong dan curang, sehingga anak
yang obesitas sering
mengalami diskriminasi, fungsi sosial berkurang serta penurunan prestasi belajar,
kebugaran dan kesehatan.

PENATALAKSANAAN
Prinsipnya adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran
energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan
mengubah/modifikasi pola hidup.
1. Menetapkan target penurunan berat badan
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan :
Usia anak : 2-7 tahun dan diatas 7 tahun

Derajat obesitas
Ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi.
Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun tanpa komplikasi, dianjurkan
cukup dengan mempertahankan berat badan. Pada anak obesitas usia dibawah 7
tahun dengan komplikasi dan usia diatas 7 tahun (dengan/tanpa komplikasi)
dianjurkan untuk menurunkan berat badan (diet dan aktifitas fisik). Target
penurunan berat badan dengan kecepatan 0,5-2 kg per bulan, sampai mencapai
berat badan ideal.
2. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai
dengan angka kecukupan gizi (AKG), hal ini karena anak masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia
anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas tanpa
penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan
asupan kalori sebesar 30%. Dapat pula memakai perhitungan kebutuhan kalori
berdasarkan berat badan sebagai berikut :
BB ideal + (BB aktual-BB ideal) X 0,25
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :

Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan


pertumbuhan normal.

Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak


20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta
kolesterol < 300 mg per hari.

Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan
penghitungan dosis menggunakan rumus : (umur dalam tahun + 5) gram per
hari.

3. Pengaturan aktifitas fisik


Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12
tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan
otot, seperti
bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas
fisik selama 20-30 menit per hari.
4. Mengubah pola hidup/perilaku

Diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen intervensi, dengan cara :

Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan


aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya.

Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan


dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu
keinginan untuk makan.

Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis


makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.

Memberikan penghargaan dan hukuman.

Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori


tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai
petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam
program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program
diet.
6. Konseling problem psikososial, terutama untuk peningkatan rasa percaya diri
7. Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang
disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional,
terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan
terapi bedah.
Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140%
BB Ideal atau IMT P > 97, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan
protein hewani 1,5-2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan
mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari
dengan pengawasan dokter.

Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu : mempengaruhi asupan


energi dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi
penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat,
leptin, octreotide dan metformin; meningkatkan penggunaan energi.
Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena
efek jangka panjang yang masih belum jelas.
Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip

terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat


pengosongan lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi
makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus
halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya
terapi ini pada anak.
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN ONKOLOGI

WANITA pascamenopause yang mengalami obesitas dan tidak


pernah menjalani terapi hormon berisiko lebih tinggi terkena kanker
ovarium.
Diketahui bahwa wanita pascamenopause yang obesitas berisiko
lebih rentan mengalami keganasan kanker ovarium. Fakta menariknya,
risiko tersebut menurun pada wanita pascamenopause obesitas yang
menggunakan TSH.
risiko kanker ovarium pada wanita obesitas pascamenopause
mengalami peningkatan dikarenakan efek hormonal. Penjelasan logisnya,
lemak berlebih meningkatkan produksi estrogen yang akan memacu
perkembangan kanker ovarium.
Akibat obesitas
Obesitas bermakna meningkatkan risiko dari 6 janis kanker: kanker
kolon, ginjal, pankreas, eosofagus, serta kanker endometrium dan payudara
pada wanita pasca menopause.
Peningkatan berat badan beberapa pon atau gemuk berlebih akan
meningkatkan risiko kanker.
Peningkatan konsumsi daging merah meningkatkan risiko kanker sebesar
15%.
Peningkatan konsumsi daging olahan meningkatkan risiko kanker
kolorektal. Berhubungan dengan hasil ini, para peneliti membuat
rekomendasi untuk pencegahan kanker (berhubungan dengan berat badan):
Usahakan berada dalam kisaran berat badan yang normal, (selangsing
mungkin).
Konsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan (buah, sayur, beras, dan
kacang polong).
Hindari konsumsi daging merah 18 ons per minggu.
Hindari sebisa mungkin konsumsi daging olahan.
Usahakan aktifitas fisik sebanyak mungkin.
Tetap memenuhi kebutuhan gizi, melalui makanan.
Konsumsi makanan tanpa-kalori, seperti minuman manis harus dibatasi
Pembatasan konsumsi alkohol
Pasien yang telah berhasil sembuh dari kanker harus mengikuti
rekomendasi ini.
Ditambahkan bahwa obesitas meningkatkan risiko pembentukan batu
empedu, dan adanya batu empedu ini meningkatkan risiko kanker kandung

empedu, yang diperkirakan terjadi dari supersaturasi kolesterol.


Kegemukan mempengaruhi kadar hormon yang bersirkulasi seperti
insulin, insulin-like growth factors dan estrogen, yang akan memunculkan
keadaan yang memacu karsinogenesis dan mengurangi apoptosis. Hal ini
merangsang respon inflamasi tubuh yang akan mengarah pada mulainya
dan progresifitas beberapa kanker.
Kesimpulan:
Pada masa yang akan datang, obesitas kemungkinan akan menjadi
penyebab utama terjadinya kanker.
Obesitas, kurangnya aktivitas dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker.
Dokter perlu melakukan tindakan preventif, dalam hal ini mengatasi
kelebihan berat badan pada pasien yang obes dan overweight dan
berdiskusi dengan pasien mengenai diet dan aktifitas fisik yang perlu
dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya kanker.

DAFTAR PUSTAKA

Candrawinata, J., (2003), When Your Patients Start To Do The Popular Diets. Dalam Naskah Lengka
National Obesity Symposium II, Editor: Tjokroprawiro A., dkk. Surabaya, 2003;
Sudoyo, Aru W dan Bambang Setiyohadi. 2006. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 3. Jakarta : Departemen Penyakit Dalam FKUI

Anda mungkin juga menyukai

  • Infeksi Virus
    Infeksi Virus
    Dokumen5 halaman
    Infeksi Virus
    cynjes
    Belum ada peringkat
  • JR Tifani
    JR Tifani
    Dokumen15 halaman
    JR Tifani
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Bab I Jadi
    Bab I Jadi
    Dokumen26 halaman
    Bab I Jadi
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Tumbuh Kembang 2010
    Tumbuh Kembang 2010
    Dokumen48 halaman
    Tumbuh Kembang 2010
    Priyanka Dyah Setiorini
    Belum ada peringkat
  • Analisis Kasus
    Analisis Kasus
    Dokumen3 halaman
    Analisis Kasus
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Gizi Buruk - Ined
    Gizi Buruk - Ined
    Dokumen46 halaman
    Gizi Buruk - Ined
    Bahrun
    Belum ada peringkat
  • Case 4
    Case 4
    Dokumen61 halaman
    Case 4
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Sistem Saraf Otonom
    Sistem Saraf Otonom
    Dokumen16 halaman
    Sistem Saraf Otonom
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Poliomyelitis
    Kata Pengantar Poliomyelitis
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar Poliomyelitis
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Case Anak Nayla
    Case Anak Nayla
    Dokumen11 halaman
    Case Anak Nayla
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus Omsk
    Presentasi Kasus Omsk
    Dokumen20 halaman
    Presentasi Kasus Omsk
    Ridwan Irwansyah Nurwidyanto
    Belum ada peringkat
  • Cover CASE
    Cover CASE
    Dokumen1 halaman
    Cover CASE
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Cover, Daftar Isi Dan Pengantar SIM Residensi
    Cover, Daftar Isi Dan Pengantar SIM Residensi
    Dokumen5 halaman
    Cover, Daftar Isi Dan Pengantar SIM Residensi
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Absensi Anak
    Absensi Anak
    Dokumen11 halaman
    Absensi Anak
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Gizi Buruk - Ined
    Gizi Buruk - Ined
    Dokumen46 halaman
    Gizi Buruk - Ined
    Bahrun
    Belum ada peringkat
  • Another Power Point !
    Another Power Point !
    Dokumen37 halaman
    Another Power Point !
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Sel
    Sel
    Dokumen43 halaman
    Sel
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Cover Obesitas
    Cover Obesitas
    Dokumen1 halaman
    Cover Obesitas
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Biodata Abk AMRI YAHYA
    Biodata Abk AMRI YAHYA
    Dokumen2 halaman
    Biodata Abk AMRI YAHYA
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • P.P Sist. Reproduksi
    P.P Sist. Reproduksi
    Dokumen21 halaman
    P.P Sist. Reproduksi
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Sistim Reproduksi
    Sistim Reproduksi
    Dokumen31 halaman
    Sistim Reproduksi
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • PPGB 2005 Ratna Akbari Ganie
    PPGB 2005 Ratna Akbari Ganie
    Dokumen45 halaman
    PPGB 2005 Ratna Akbari Ganie
    Yenny Maharani
    Belum ada peringkat
  • Cover Case
    Cover Case
    Dokumen1 halaman
    Cover Case
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Tugas K. BEDAH
    Tugas K. BEDAH
    Dokumen2 halaman
    Tugas K. BEDAH
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen8 halaman
    Soal
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan
    Penyuluhan
    Dokumen22 halaman
    Penyuluhan
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Bab II VI
    Bab II VI
    Dokumen21 halaman
    Bab II VI
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Viral Infection 1
    Viral Infection 1
    Dokumen34 halaman
    Viral Infection 1
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Virus 1
    Infeksi Virus 1
    Dokumen22 halaman
    Infeksi Virus 1
    Zulfikar Chaeruddin
    Belum ada peringkat