Anda di halaman 1dari 13

EEEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA

TERPADU (SLPHT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI


(Studi Kasus Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan)
Oleh :
Nurul AriIiyanti
Happy MoninthoIa MA, SP, MSi
Ihsannudin SP, MP
Jurusan Agribisnis
Eakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Penelitian dilaksanakan di Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten
Bangkalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana produktivitas
padi antara kelompok tani yang mengikuti SLPHT dengan non SLPHT dan Iaktor-
Iaktor yang mempengaruhi keberhasilan program SLPHT. Metode pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sensus yaitu di kelompok tani
'Potre Tane 1 dan 2. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptiI
kualitatiI untuk menjelaskan implementasi program SLPHT, sedangkan untuk
mengetahui perbandingan produktivitas padi dan Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi
keberhasilan program SLPHT menggunakan analisis deskriptiI kuantitatiI yaitu
menggunakan uji t independent dan uji regresi linier berganda. Teknik pengumpulan
data melalui observasi, penyebaran kuisioner, wawancara dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat produktivitas padi SLPHT lebih
tinggi dibandingkan produktivitas padi non SLPHT. Selanjutnya Iaktor-Iaktor yang
paling berpengaruh terhadap keberhasilan program SLPHT yakni komunikasi dan
pengetahuan petani tentang pestisida.
Kata kunci: SLPHT, Produktivitas Padi
PENDAHULUAN
Produksi beras Indonesia tercatat belum bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pada tahun 2010 produksi beras 66 juta ton sedangkan kebutuhan
masyarakat mencapai 21.416 juta ton. Indonesia menanggulangi kekurangan tersebut
dengan melakukan impor beras. Pemerintah berupaya untuk melakukan swasembada
beras secara berkelanjutan.
Salah satu Iaktor kendala petani dalam memproduksi padi yakni adanya hama
penganggu. Pemerintah telah melakukan upaya pengendalian hama, salah satunya
dengan melaksanakan program pengendalian hama terpadu (PHT). SLPHT
merupakan program pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang
berbasis pada budidaya ramah lingkungan.
Konsep SLPHT terdapat pelatihan, musyawarah, panduan dari penyuluh,
praktek lapangan dan binaan dari penyuluh pendamping dari awal tanam sampai akhir
panen. SLPHT memadukan berbagai macam teknik pengendalian hama yang sesuai
dengan kondisi ekosistem dan sistem masyarakat. Metode yang digunakan Iokus pada
proses pemikiran dan cara pandang dari petani, berdasarkan perhitungan dan
penilaian konsekuensi ekonomi, ekologi, dan sosiologi dari daerah tanam tersebut.
Metode setiap daerah tidak akan sama dan paten, harus melalui musyawarah
kelompok tani SLPHT.
Pada kegiatan SLPHT diharapkan ada perubahan dari petani yang semula
belum mengenal dan menerapkan pengendalian hama secara terpadu dan biasanya
hanya menggunakan pestisida, kini menjadi petani yang mampu mengendalikan hama
di lahannya sendiri secara terpadu sesuai dengan apa yang didapatkan setelah
mengikuti kegiatan SLPHT. Serta mampu mendukung peningkatan produktivitas padi
di daerah tersebut. Pada penelitian sebelumnya yakni dari Mariyono dan
Kuntariningsih (2007) menyatakan bahwa produktivitas padi antara alumni SLPHT
dengan non alumni SLPHT dan hasil yang diperoleh lebih tinggi produktivitas padi
alumni SLPHT.
Tujuan dari penelitian ini yakni mengetahui implementasi program SLPHT di
Desa langkap, mengetahui perbedaan produktivitas padi antara petani dengan non
SLPHT dan Iaktor apa saja yang mempengaruhi eIektivitas program SLPHT.
METODE PENELITIAN
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan November-Desember
2012. Lokasi penelitian di Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan.
Metode sampel yang digunakan yakni sensus dengan responden kelompok tani
SLPHT 'Potre Tane 1 dan non SLPHT 'Potre Tane 2. Metode penelitian sensus
yaitu metode penelitian yang datanya dikumpulkan dari seluruh populasi yang ada di
daerah penelitian (Sugiyono, 2003). Analisis data yang digunakan yakni kualitatiI dan
kuantitatiI. Metode kuantitatiI dengan menyebarkan kuisioner. Analisis data dari hasil
wawancara dengan petani, dikumpulkan dan diolah dalam bentuk tabulasi data dan
diinterpretasikan secara deskriptiI.
Uji t independen adalah metode yang digunakan untuk pengujian kesamaan
rata-rata dari 2 populasi yang bersiIat independen, yang mana peneliti tidak memiliki
inIormasi ragam populasi. Uji t ini akan menganalisis apakah terdapat perbedaan
produktivitas padi antara kelompok tani peserta SLPHT dengan non peserta SLPHT.
Rumus Uji t Independen adalah

Keterangan :
n : Jumlah sampel
: Rata-rata sampel ke 1
: Rata-rata sampel ke 2
: Standart deviasi sampel ke 1
: Standart deviasi sampel ke 2
Hipotesis yang diajukan :
Ho : tidak terdapat perbedaan signiIikan antara hasil produktivitas padi SLPHT
dengan non SLPHT
H1 : terdapat perbedaan signiIikan antara produktivitas padi SLPHT dengan non
SLPHT
Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara
lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Eaktor
yang digunakan sebanyak 4 variabel yaitu komunikasi (Nurhayati, 2011 ; Kusmiati,
2001), teknologi (Agustian dan Rachman, 2009 ; Yanti dan Noor, 2010), pengetahuan
petani tentang pestisida (Indar, 2008) dan partisipasi petani (AriIah, 2002).
Rumus regresi berganda :

Keterangan :
X : Variabel bebas
Y : Variabel terikat
a : Konstanta
b : KoeIisien Regresi
Y : Produktivitas padi
: Komunikasi
: Teknologi
: Pengetahuan petani tentang pestisid
: Partisipasi petani
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menyatakan implementasi program SLPHT di Desa Langkap
telah memenuhi, sesuai dengan pedoman umum SLPHT. SLPHT telah dilaksanakan
setiap tahunnya di Kecamatan Burneh dikarenakan merupakan sentra dari produksi
padi. Lokasi SLPHT diadakan secara bergantian dari satu desa ke desa lainnya. Pada
tahun 2011, SLPHT diadakan di Desa Langkap kemudian dilanjutkan lagi pada tahun
2012 di lokasi dan kelompok tani yang sama yang disebut dengan program SLPHT
lanjutan. SLPHT lanjutan merupakan lanjutan dari sebelumnya dengan penambahan
lahan yang diteliti yakni dengan penambahan 3 petak penelitian.
SLPHT di Desa Langkap diikuti oleh 40 petani yang tergabung dalam
kelompok tani 'Potre Tane 1 dan didampingi oleh pemandu lapang. Pemandu
SLPHT di Desa Langkap telah berpengalaman di bidang PHT. Pemandu lapang yakni
Petugas Organisme Penganggu Tanaman/Petugas Hama Penyakit (POPT-PHP)
Kecamatan Burneh, PPL, mantri pertanian, Koordinator POPT-PHP dan dari lab
PHPTPH Pamekasan. Petugas SLPHT tersebut telah mengikuti kuliah PHT selama 1
(satu) tahun di Universitas Brawijaya dan mengikuti kursus pemandu yang
diselenggarakan Unit Pelaksana Teknis Proteksi Tanaman Padi dan Hortikultura
Dinas Pertanian Jawa Timur.
Prinsip yang mendasari PHT telah dilaksanakan dengan baik, yakni
(1)Budidaya tanaman sehat yang terdiri dari penggunaan varietas bibit jenis Ciherang
yang bersertiIikat, pengairan dengan sistem setengah teknis dan bisa diatur,
pemupukan berimbang, pengolahan tanah yang menggunakan hand tractor dan
pengendalian hama terpadu dengan pengawasan hama secara intensiI oleh petugas.
(2)Pelestarian musuh alami, hama yang paling banyak di Desa langkap yakni walang
sangit dan penggerek batang, dengan penggunaan agen hayati buatan sendiri dari
daun mimbah bisa menanggulangi hama tersebut. Pestisida anorganik lebih
diminimkan karena dapat membunuh musuh alami dan dapat membuat hama resisten.
(3)Pengamatan berkala mengenai tanaman, cuaca, air dan musuh alami yang
dilakukan setiap minggunya secara intensiI. (4)Petani ahli PHT dan pemandu,
merupakan petani yang telah ahli dalam bidang PHT. Pemandu dan petani ahli harus
telah menyelesaikan pelatihan dan kursus PHT yang disiapkan oleh provinsi.
Tingkat produktivitas yang signiIikan antara petani peserta dan non peserta
SLPHT ditunjukkan dengan menggunakan independent sample t test. Hasil yang
didapat yakni t hitung (19,332) ~ t tabel (1,995) dan nilai sig 0,000 0,05 (taraI
kesalahan). Produktivitas padi pada petani SLPHT min 7,2 ton/Ha dan maks 8 ton/Ha
sedangkan petani non SLPHT min 5,4 ton/Ha dan maks 6,4 ton/Ha. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa dari hipotesis yang diajukan menerima H1 yaitu terdapat
perbedaan signiIikan antara produktivitas padi SLPHT dengan non SLPHT.
SLPHT ditekankan melakukan pengamatan intensiI setiap minggu, hal ini
merupakan salah satu Iaktor meningkatnya produktivitas padi. Di SLPHT juga
diajarkan cara pengendalian hama secara terpadu dan ramah lingkungan dengan
menggunakan pestisida yang organik, dan pembuatan agen hayati. Wawasan dan
pengetahuan lebih luas dengan adanya SLPHT ini. Petani SLPHT menggunakan bibit
yang bersertiIikat dan sistem tanam menggunakan konsep jajar legowo. Berbeda
dengan petani non peserta SLPHT yang bekerja secara mandiri dan tanpa adanya
pengamatan intensiI oleh petani.
Variabel yang termasuk dalam Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi eIektivitas
SLPHT yakni komunikasi, teknologi, pengetahuan petani tentang pestisida dan
partisipasi petani. Menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menentukan
yang paling berpengaruh dalam program SLPHT. Hasil analisis yakni :
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel t-hitung Nilai sig Parsial
Komunikasi -2.872 .007
*
Teknologi -.016 .988
Pengetahuan Petani 3.300 .002
*
Partisipasi Petani -.385 .702
Sig (u)
Adjusted R Square (R
2
)
E hitung
E tabel
Sig Anova
T tabel
0,05
.263
4.478
2.461
.005
a
0.207
* SigniIikan pada u 5
Pada uji validitas hanya terdapat 3 item yang tidak valid dari 32 butir
pertanyaan. Uji reliabilitas juga menunjukkan semua variabel reliabel/layak. Hasil
analisis regresi terlihat nilai koeIisien determinasi yang kecil (0,263), Nilai ini kecil
di duga bahwa variabel teknis (benih, sistem tanam) berpengaruh besar namun tidak
tercakup dalam penelitian ini. Benih yang digunakan oleh petani SLPHT
menggunakan varietas Ciherang yang berlabel dan berkualitas. Sedangkan petani
yang non SLPHT hanya menggunakan benih turunan yang kualitasnya rendah.
Sistem tanam untuk petani non SLPHT menggunakan tanam acak sedangkan untuk
petani SLPHT telah menggunakan sistem tanam jajar legowo.
Uji simultan dapat ditunjukkan dengan nilai E hitung. Secara
simultan/bersama-sama 4 variabel mempunyai pengaruh yang signiIikan terhadap
produktivitas padi yang ditunjukkan oleh nilai I hitung (4,478) ~ I tabel (2,261) dan
nilai sig 0,005 0,05.
Uji parsial dapat ditunjukkan dengan nilai t hitung. Nilai ini menjelaskan
bagaimana pengaruh variabel-variabel independen secara terpisah terhadap variabel
dependen. Pada hasil analisis menunjukkan terdapat 2 variabel yang signiIikan yaitu
variabel komunikasi dan pengetahuan petani tentang pestisida dengan nilai sig 0,007
dan 0,002 yakni lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan petani tentang pestisida sangat berpengaruh terhadap produktivitas padi.
Sedangkan variabel teknologi dan partisipasi petani memiliki nilai sig yang lebih
besar dari 0,05 yang berarti tidak signiIikan.
Sama halnya dengan nilai uji t hitung dan t tabel. Nilai t tabel yang sebesar
0,207 dan nilai t hitung untuk komunikasi -2,872 dan pengetahuan petani tentang
pestisida sebesar 3,300 yang berarti signiIikan. Kriteria penilaian jika t hitung ~ t
tabel maka akan menerima H1. Maka variabel komunikasi dan pengetahuan petani
tentang pestisida berpengaruh terhadap produktivitas padi. Variabel teknologi dan
partisipasi petani memiliki nilai t hitung t tabel sehingga tidak signiIikan.
Pada variabel komunikasi terdapat 6 item pertanyaan yang ditanyakan kepada
petani yaitu mengenai pemahaman, penyampaian materi, keaktiIan peserta, peran
komunikasi, keluhan materi dan Irekuensi kegiatan. Pada kelompok tani SLPHT di
Desa Langkap untuk komunikasi berjalan dengan lancar, dilihat dari hasil kuisioner
yang rata-rata menjawab setuju pada semua item. Disesuaikan juga pada hasil
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan lahan lokal.
Peserta SLPHT memiliki riwayat pendidikan rata-rata SMP, berbeda dengan
peserta kelompok tani non SLPHT yang rata-rata SD. Pendidikan petani yang lebih
tinggi berpengaruh pada penyerapan dan pemahaman materi yang disampaikan
pemandu karena cara berpikir yang berbeda-beda. Sebanding dengan variabel
pengetahuan petani tentang pestisida. Hasil analisis pengetahuan petani tentang
pestisida berpengaruh terhadap produktivitas padi. Pada variabel pengetahuan petani
tentang pestisida terdapat 8 item pertanyaan yang diajukan kepada petani. Terdapat
pemahaman eIek hama, musuh alami, MOL, penggunaan pestisida anorganik,
pestisida nabati, agen hayati, dan pengetahuan yang meningkat. Dari seluruh item
rata-rata petani menjawab setuju.
Penelitian ini sebanding dengan penelitian Kusmiati (2001) yang menyatakan
proses komunikasi berhubungan nyata dengan tingkat pengetahuan petani. Pada
kelompok tani SLPHT di Desa Langkap, peserta telah memahami keberadaan hama
penyakit yang dapat mempengaruhi produktivitas padi. Petani mulai menggunakan
agen hayati yang dibuat dari daun mimbah untuk membunuh hama walang sangit.
Petani mulai sadar bahwa pestisida anorganik berdampak negatiI pada tanaman dan
musuh alami. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang eIektiI dan lancar akan
berdampak pada pengetahuan dan wawasan petani yang meningkat.
Variabel teknologi dalam analisis memperoleh hasil t hitung -0,16 t tabel
0,207, ini berarti terima Ho dimana variabel teknologi tidak mempengaruhi
produktivitas padi. Hal ini bertentangan dengan penelitian Azwir dan Ridwan (2009)
yang menyatakan untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi, teknologi budidaya
yang diterapkan oleh petani perlu diperbaiki atau disempurnakan sesuai dengan
kondisi lingkungan. Untuk mencapai hasil maksimal perlu didukung oleh teknologi
budidaya yang tepat.
Pada kelompok tani SLPHT ini, teknologi untuk penanganan hama tidak
terlalu menonjol. Dikarenakan pengamatan yang dilakukan setiap minggunya
sehingga tidak sampai terjadi pembludakan hama. Hama di lahan peserta SLPHT
tidak sampai melebihi ambang batas yang merugikan sehingga tidak sampai
menggunakan teknologi yang berlebihan. Penggunaan pestisida anorganik sangat
rendah. Sehingga teknologi yang digunakan lebih banyak mengenai budidaya seperti
sistem penanaman yang menggunakan jajar legowo, dan benih yang digunakan harus
bersertiIikat.
Variabel partisipasi petani menolak Ho yang berarti tidak mempengaruhi
produktivitas padi. Hal ini serupa dengan penelitian AriIah (2002) yang menyatakan
partisipasi tergolong rendah. Partisipasi petani di kelompok tani 'Potre Tane 1
sebenarnya jika dilihat dari hasil kuisioner aktiI untuk menghadiri pertemuan setiap
minggunya. Namun hal ini dikarenakan adanya uang kehadiran sebesar Rp. 20.000,
sehingga para petani sanggup untuk mengikuti. Pada dasarnya petani sulit untuk
diajak bekerja sama/berkumpul dan lebih bersiIat invidualis karena sebagian besar
mereka merupakan petani dengan lahan yang sempit/gurem, sehingga usaha tani padi
seakan dinomorduakan dan lebih mementingkan bidang usaha lain untuk memenuhi
kebutuhan hidup petani dan keluarganya.
Rata-rata petani yang termasuk kepala keluarga sejahtera II, tidak
mengandalkan usaha tani yang masih menunggu 3-4 bulan untuk mendapatkan hasil.
Petani juga sedikit sulit untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi seperti pupuk.
Banyak kebutuhan yang tidak mampu sepenuhnya dipenuhi oleh petani sedangkan
pemerintah tidak memberikan peminjaman sehingga petani kekurangan modal.
EIektivitas SLPHT bisa dilihat dari sasaran PHT yakni (1)Produktivitas
tinggi, (2)Kesejahteraan petani meningkat, (3)Populasi dan kerusakan hama tetap
berada pada tingkatan yang secara ekonomis tidak merugikan, dan (4)Kualitas dan
keseimbangan lingkungan terjamin dalam usaha mewujudkan pembangunan yang
berkesinambungan. Berdasarkan kelompok tani SLPHT di Desa Langkap telah
memenuhi ke-4 sasaran tersebut yakni produktivitas padi meningkat dibandingkan
dengan kelompok tani yang non SLPHT, petani lebih sejahtera, populasi hama
penyakit berada pada batas yang aman, tidak merugikan dan keseimbangan
lingkungan terjaga dengan baik. Sehingga program SLPHT telah dianggap eIektiI.
KESIMPULAN
1. Implementasi program SLPHT telah memenuhi sesuai dengan pedoman umum
SLPHT.
2. Peserta Kelompok tani yang mengikuti program SLPHT mendapatkan
produktivitas padi yang lebih tinggi secara signiIikan dibandingkan produktivitas
padi petani yang tidak mengikuti SLPHT.
3. Berdasarkan analisis diketahui variabel yang sangat mempengaruhi keberhasilan
dari program SLPHT adalah komunikasi dan pengetahuan petani tentang
pestisida.
DAETAR PUSTAKA
Agustian, Adang dan Benny Rachman. 2009. Penerapan Teknologi Pengendalian
Hama Terpadu Pada Komoditas Perkebunan Rakvat. Jurnal PerspektiI Vol. 8
No. 1 / Juni 2009. Hlm 30 41 ISSN: 1412-8004. Bogor. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
AriIah, Nur. 2002. Faktor-faktor vangMempengaruhi Tingkat Partisipasi Petani
dalam Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Skripsi. Bogor. IPB.
Azwir dan Ridwan. 2009. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan
Teknologi Budidaya. Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No. 2 hlm 212 - 218 Juli-
Des 2009 ISSN 1410-3354.
Kusmiati, Dewi. 2001. Analisis Dampak Komunikasi Pemasvarakat Pengendalian
Hama Terpadu Pada Petani Savuran Dataran Tinggi di Kabupaten Cianfur.
Skripsi. Bogor. IPB.
Mariyono, Joko dan Kuntariningsih, Apri. 2007. Keunggulan ekonomi, Penerapan
Teknologi PHT dan Sosial Ekonomi Usaha Tani Padi Beririgrasi Teknis di
Kecamatan Movudan, Yogvakarta. Jurnal Studi Ekonomi Volume ll Nomor2
Desember 2007.
Nurhayati. 2011. Faktor-faktor vang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi di dalam
Sekolah Lapang Padi. Tesis. Bogor. IPB.
Pramudi, Indar. 2008. Pengetahuan Petani akan Pestisida dan SLPHT Terhadap
Keberhasilan Pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu. Jurnal Kalimantan
Scientiae No. 71 Th.XXXVI Vol. April 2008.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. AlIabeta.
Yanti, Rina dan M. Noor. 2010. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Komponen
Teknologi PTT padi dan Persepsi Petani Terhadap SLPTT di Lahan Raa
Pasang Surut. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2011:
Buku 3 : Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Cekaman Lingkungan Biotik
dan Abiotik. Banjarbaru. Balit Pertanian Lahan Rawa Banjarbaru.

Anda mungkin juga menyukai